Tim Redaksi Merdekcom Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online

38 Agus Salim, Alvin Nouval, Mohammad Shoifudin, Muhammad Faizin, Vizcardine Audinovic, Wanda Praditya Ramadhan, Yoga Tri Priyanto Malang Foto: Arie Basuki, Dwi Narwoko, Debby Restu Utomo, Imam Buchori, Iqbal Septian Nugroho, Mudasir, Muhammad Luthfi Rahman.

2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com

Berikut biografi singkat dari penulis dan redaktur serta editor dalam pemberitaan ini, yaitu Muhammad Hasits yang merupakan lulusan fakultas syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan sudah selama 7 tahun bekerja di merdeka.com. Memulai karier didunia jurnalistik sebagai reporter, hingga saat ini menjadi redaktur bidang politik serta merangkap sebagai editor. Laurel Benny Siron Silalahi sudah bergabung di Merdeka.com selama tiga tahun dan sering meliput mengenai rubrik politik dan juga kriminal. Benny 39 merupakan sarjana komunikasi dan program studi yang diambil ketika berkuliah adalah broadcasting. Tentunya mereka menjadi jalan peneliti untuk mencari data mengenai pemberitaan Merdeka.com edisi 9 september 2014 pukul 15:26 yang berjudul “ LSI : RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah Putih”, Peneliti melihat adanya indikasi kecenderungan dari media ini dalam melihat permasalahan RUU Pilkada. Kecenderungan ini yang menjadi alasan penulis mengangkat judul ini. RUU Pilkada yang digadang-gadang dapat memberangus hak-hak demokrasi rakyat ini dilihat sebagai senjata Koalisi Merah Putih untuk menggoyang pemerintahan baru Jokowi, Jusuf Kalla. Melalui kata-kata yang dikutip dari Lingkaran Survey Indomesia LSI, pihak Merdeka.com cenderung menilai bahwa RUU Pilkada hanya sebagai alat balas dendam Koalisi Merah Putih dikarenakan kalah dalam pemilu presiden lalu. Dalam berita tersebut salah satu kata-katanya yang patut digaris bawahi adalah,” Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia LSI, Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut. Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua parpol di Koalisi Merah Putih menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang 40 mendukung, kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa 99”.