43
terjadi perubahan opini yang mendukung, kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa 99.”
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara
hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini
merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua
subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.
39
Judul berita yang akan diteliti adalah ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma
Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Berita ini diawali dengan penjelasan akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada.
Kemudian pada bagian tengah berisi soal tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia LSI. Dalam
pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK.
39
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 231
44
Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan kekuatan
uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk
menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD.
c. Semantik
Dalam elemen ini hal yang dianalisis adalah struktur mikro, yaitu bagian dimana pada suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang
ingin ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak
dibawa. Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.
40
Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi
bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.
41
Pada elemen ini biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan informasi yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan.
Sedangkan maksud adalah melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana
maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang.
40
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LKiS, 2001, h.235.
41
Eriyanto, Analisis Wacana, h.238.
45
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
42
1. Latar Latar dalam pemberitaan ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir
,”Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh
rakyat”. Pada kalimat ini latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya
berada ditangan rakyat. 2. Detil
Dalam berita tersebut detil yang ingin ditonjolkan adalah berupa hasil survei yang telah dilakukan LSI,
“Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota
DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden
”. Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak
dam hanya sebagian kecil yang menyetujui. Wartawan ingin menunjukkan bahwa lebih banyak penolakan ketimbang persetujuan dan cenderung implisit.
42
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001,h. 240
46
3. Maksud Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik
hanya disajikan
informasi yang
menguntungkan komunikator.
Menunjukkan bagaimana
secara implisit
dan tersembunyi
wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan
secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.
43
Dalam berita ini dapat dilihat pada paragraf 4, 5, dan 6 yaitu,
“Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena
tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat
”.
Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang
awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini, jelasnya”.
“Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak
langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan”.
Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah
43
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001, h. 240
47
Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan
partai.
d. Sintaksis
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung konjungsi yang diapakai untuk menghubungkan fakta.
Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal sebab akibat, hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya.
44
1 Koherensi
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita tersebut ada pada paragraf pertama baris terakhir, yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai
politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala
daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat.” Kalimat tersebut menggunakan kata hubung yang menyatakan
pertentangan yakni „padahal‟. Proposisi “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras
44
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001, h. 242
48
agar kepala daerah dipilih oleh DPRD”, dengan “.pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”, adalah sesuatu hal
yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata penghubung „padahal‟ dua hal tersebut nampak berhubungan koheren.
2 Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Penempatan dapat mempengaruhi
makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.
45
Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Pengertian satu
kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu.
46
Dalam berita ini bentuk kalimat yang disajikan adalah dalam bentuk kalimat aktif. Disini, aktor pelaku Koalisi Merah Putih disajikan dalam teks
terlihat Koalisi Merah Putih sebagai peran antagonis sementara Jokowi-JK sebagai peran protagonis.
e. Stilistik
Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.
45
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 251
46
Lubis, Analisis Wacana Pragmatik Bandung: Angkasa, 2011, h. 23
49
Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.
47
Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada
beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini. 1
Leksikon Pada elemen ini pemilihan leksikal atau kata-kata kiasan dapat dilihat dalam berita
ini, antara lain: -
Pada paragraf pertama baris ketiga terdapat kata Reformasi, yang berkalimat: “Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati
dipilih langsung oleh rakyat... ”
- Pada paragraf ketiga baris pertama terdapat kata politik balas dendam ,
yang berkalimat:“Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam
...” -
Pada paragraf keenam baris ketiga terdapat kata akal bulus dan memonopoli
, yang berkalimat:” ...pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.
” -
Pada paragraf kesembilan terdapat kata kata bahasa asing di tiap barisnya yang sulit dimengerti antara lain quick pool, multistage random sampling,
margin of error, yang berkalimat:” Survei dilakukan melalui quick pool
pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden
47
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 255
50
dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.
” Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian-bagian berita
ini adalah kata-kata denotatif, yakni arti kata yang sebenarnya atau bisa dikatakan kata-kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata-kata kiasan, dan
bahasa serapan ilmiah yang digunakan dalam berita ini, seperti Reformasi, politik balas dendam, akal bulus, memonopoli. Dan penggunaan bahasa asing untuk
ilmiah yang biasa digunakan dalam pengambilan survei seperti quick pool, multistage random sampling, margin of error.
f. Retoris
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati
dari teks. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat
mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
48
1 Grafis
Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan,
48
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 257
51
kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu: “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia
menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh
presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage
random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media.
Margin of error sebesar 2,9 persen.
Tabel 4 Analisis Teks Berita
“LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih ”
Struktur Wacana Elemen
Keterangan Struktur Makro
Tematik Pada paragraf ke 2, dijelaskan inti
atau pokok yang menjadi tema dari berita tersebut yaitu pernyataan mengenai
politik balas dendam yang dilakukan oleh pihak koalisis merah putih
Superstruktur Skematik
- Diawali dengan penjelasan akan
keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada.
- Pada pertengahan tulisan diceritakan
tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan
seorang peneliti
Lingkaran Survei Indonesia LSI. Dalam
pernyataannya dikatakan
bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam,
dan merupakan
ancaman bagi
pemerintahan Jokowi-JK. -
Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa
dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan
52
kekuatan uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil
survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia
yang setuju untuk menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh
DPRD.
Struktur Mikro Latar
- Latar yang ingin dimunculkan oleh
wartawan adalah seperti apa pasca reformasi
demokrasi berlangsung
dengan melibatkan
partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk
mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa
ketika
hak konstitusional
tidak sepenuhnya berada ditangan rakyat.
Detil -
Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan siapa yang melakukan
survei dan
berapa persentasi
masyarakat yang menolak dam hanya sebagian
kecil yang
menyetujui. “Dalam hasil survei yang
dilakukan LSI,
81,25 persen
masyarakat Indonesia menolak jika kepala
daerah kembali
dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71
persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya
ditunjuk oleh presiden”. Maksud
- Maksud yang terkandung dalam berita
ini Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut
menjelaskan secara
gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi
Merah Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya
pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai
PKS dan
PAN, bahkan
dikatakan sebagai
pengkhianatan partai.
- Pada paragraf keempat:
“Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat
53
pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena
tidak mampu
menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai
sikap Koalisi
Merah Putih
memunculkan antipati
terhadap masyarakat”.
- Pada paragraf kelima: Pilkada oleh DPRD dinilai publik
sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini
kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai
partai demokratis juga mendukung RUU ini, jelasnya”.
- Pada paragraf keenam:
“Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan
mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan
tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli
kekuasaan”.
Koherensi -
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada
paragraf pertama
baris terakhir,
yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung
dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih
oleh
DPRD. Padahal
pasca Reformasi bergulir, kepala daerah
disepakati dipilih langsung oleh rakyat.”
Bentuk Kalimat
- Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah
bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum
penderita atau bisa dikatakan korban dan biasanya diawali dengan awalan
me-.
54
Leksikon -
Kata “Reformasi” pada paragraf 1 baris ke 3.
- Kata “politik balas dendam” pada
paragraf 3 baris 1. -
Kata “akal bulus” pada paragraf 6 baris 3.
- Kata “memonopoli” pada paragraf 6
baris 3. -
Kata “quick pool” pada paragraf 9 baris 1
- Kata “multistage random sampling”
pada paragraf 9 baris 2 -
Kata “Margin of error” pada paragraf 9 baris 4
Grafis -
Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca bahwa
informasi yang
diberikan valid dan penting untuk diperhatikan, kalimat tersebut terdapat
di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu:
“Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25
persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih
anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen
menyatakan kepala daerah sebaiknya
ditunjuk oleh presiden.” Dan pada paragraf
selanjutnya ,“Survei
dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan
menggunakan metode
multistage random sampling. Survei dilakukan
kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan
penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error
sebesar 2,9 persen.
B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya
55
proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi
suatu berita.
49
Menurut Van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks serta sumber-sumber yang digunakan
Redaksi hingga menjadi satu berita. Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bertolakbelakang dengan kecenderungan
menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar dalam media seperti kontrol institusi, profesi, modal, dan lain sebagainya.
Dalam pengambilan isu tersebut pihak Redaksi mengatakan ada hal yang menarik yang ingin disampaikan kepada publik:
“Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di
tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR. ”
50
Dalam pandangan van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan wartawan dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Pertama, seleksi. Seleksi adalah
strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi oleh wartawan. Kedua, reproduksi. Behubungan dengan apakah informasi dikopi,
digandakan, atau tidak dipakai oleh awrtawan. Ketiga, penyimpulan. Berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan
ditampilkan dengan diringkas. Keempat, transformasi lokal. Transformasi berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan.
49
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 266
50
Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits Redaktur Politik pada 3 November 2014 melalui E-mail.
56
Dalam berita ini pihak Merdeka memposisikan mereka selayaknya media lain yang memberitakan isu tersebut terus menerus, kalau tidak memunculkan berita
tersebut maka akan terlihat berpihak, Benny memiliki alasan: “Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu
diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita
tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak
”.
51
Di Merdeka.com sendiri proses pengambilan berita hingga dapat dinikmati pembaca tidak serumit media cetak dan cenderung lebih simple.
“Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyak- banyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan
data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita atau tidak. Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Rapat redaksi
dimulai pukul 17.00 agenda dikirim melalui email kepada reporter, kemudian reporter mengirimkan kembali kemudian setelah berita sudah
jadi atau sudah melalui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT
”.
52
Sebagai media yang dapat dikatakan Nasionalis, nampaknya isu mengenai RUU Pilkada mejadi salah satu isu yang gencar diberitakan oleh Merdeka.
Diakui bahwa keberpihakan dalam media memang tidak bisa dihindari, namun kembali
kepada kecerdasan wartawan dalam mengelola dan mengkonstruksi kalimat, sehingga tidak merugikan pihak lain dalam pemberitannya dengan tidak terlalu
menonjolkan kata-kata yang menjatuhkan pihak tertentu.
51
Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi Reporter pada 8 November 2014 melalui E-mail.
52
Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits Redaktur Politik pada 3 November 2014 melalui E-mail.