Analisis Wacana Level Kognisi Sosial

56 Dalam berita ini pihak Merdeka memposisikan mereka selayaknya media lain yang memberitakan isu tersebut terus menerus, kalau tidak memunculkan berita tersebut maka akan terlihat berpihak, Benny memiliki alasan: “Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak ”. 51 Di Merdeka.com sendiri proses pengambilan berita hingga dapat dinikmati pembaca tidak serumit media cetak dan cenderung lebih simple. “Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyak- banyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita atau tidak. Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Rapat redaksi dimulai pukul 17.00 agenda dikirim melalui email kepada reporter, kemudian reporter mengirimkan kembali kemudian setelah berita sudah jadi atau sudah melalui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT ”. 52 Sebagai media yang dapat dikatakan Nasionalis, nampaknya isu mengenai RUU Pilkada mejadi salah satu isu yang gencar diberitakan oleh Merdeka. Diakui bahwa keberpihakan dalam media memang tidak bisa dihindari, namun kembali kepada kecerdasan wartawan dalam mengelola dan mengkonstruksi kalimat, sehingga tidak merugikan pihak lain dalam pemberitannya dengan tidak terlalu menonjolkan kata-kata yang menjatuhkan pihak tertentu. 51 Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi Reporter pada 8 November 2014 melalui E-mail. 52 Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits Redaktur Politik pada 3 November 2014 melalui E-mail. 57 Jadi secara kognisi sosial terlihat jelas bahwa wartawan Merdeka.com memiliki motivasi kognisi sosial yang kuat dalam keberpihakannya terhadap penolakan RUU Pilkada. Meskipun secara proses penerbitan berita yang memiliki otoritas penuh akan naiknya berita adalah editor atau redaktur. Pertama, merdeka membebaskan para wartawan untuk memuat sebuah berita asalkan sesuai dengan fakta dan data yang valid, dan dengan alur produksi yang simple maka dengan mudah apa yang ingin detekankan penulis dapat terlihat dengan sangat jelas didalam teks berita. Kedua, sisi indivu dari wartawan yang tidak mendukung akan hal tersebut dalam pengesahan RUU Pilkada menjadi faktor berikut yang menjadi salah satu faktor pengaruh terhadap isi berita, sehingga apa fakta yang ditimbulkan dan siapa yang memberikan keterangan menjadi suatu penekanan atau kecenderungan tersendiri. Terlepas dari kesamaan tersebut, melihat kecenderungan Merdeka.com yang menolak akan disahkannya RUU Pilkada, penulis memandang bahwa seharusnya keseimbangan dalam penyampaian informasi oleh media massa kepada khalayak haruslah diperhatikan. Peran media massa sebagai ruang publik menuntut isi berita yang disampaikan tidak hanya memihak pada satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, apalagi menyangkut konflik koalisi partai-partai yang mendukung masing-masing tokoh, dan tentunya mengganggu kestabilan demokrasi. Meskipun pada kenyataannya tidak dapat dihindari keberpihakan yang dilatarbelakangi atas kesamaan ideologi sangat mungkin terjadi dalam pemberitaan di media massa yang akhirnya akan memengaruhi isi berita tersebut. 58 Sebagaimana disebutkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese 1996 bahwa terdapat berbagai faktor yang secara hirarkis dapat memengaruhi isi media. Pertama faktor individu, Laurel Benny Siron Silalahi yang merupakan reporter dari berita ini mengatakan penolakannya terhadap RUU Pilkada. “RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada dipilih oleh DPRD, sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi sebaiknya pilkada dilakukan secara langsung tidak melalui DPRD. Karena kalau dipilih DPRD akan banyak terjadi polemik di masyarakat. Mudah- mudahan Perpu SBY akan dikabulkan oleh DPR bulan Januari nanti .” 53 Dari apa yang telah dikatakan oleh Benny terlihat bahwa pandangannya menolak akan kontroversi RUU Pilkada yang jika dikaitkan dengan level Hierarki Pengaruh termasuk dalam Level Individu, yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita. Level ini memiliki pengaruh yang amat besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi dilapangan. 54 Jika kognisi wartawan dalam memahami pro dan kontra pengesahan RUU Pilkada seperti yang telah penulis paparkan diatas maka dalam tabel empat skema atau model kognisi sosial van Dijk dapat dituliskan sebagai berikut: Tabel 5 SkemaModel Kognisi Sosial van Dijk 53 Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi Reporter pada 8 November 2014 melalui E-mail. 54 Werner J. Severin, James W. Tankard, jr., Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa Jakarta: Kencana, 2008 h. 66 59 Skema Peran Role Schemas , skema ini berhubungan dengan bagaimana sesorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini Laurel Benny Siron Silalahi memandang pengesahan RUU Pilkada bertentangan dengan azas demokrasi yang belakangan dibangun oleh Indonesia. Dan dia pun berharap agar PERPU yang diajukan oleh SBY dikabulkan oleh DPR. Skema Peristiwa Event Schemes , skema ini paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu- lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. 55 Muhammad Hasits mengatakan pengesahan RUU Pilkada menjadi isu yang hangat diperbincangkan oleh segala lapisan masyarakat dan media. Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.

C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan 55 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h.262 60 legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu kekuasaan power, dan akses access. 56 Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan pada kecenderungan pihak media terhadap isu Pemilihan Kepala Daerah terkait RUU Pilkada. Jika dibuat rumusan konteks sosial dalam hal ini adalah menjawab pertanyaan bagaimana wacana mengenai pengesahan RUU Pilkada khususnya yang berkembang pada masyarakat. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan konteks sosial yang melatarbelakangi Pemilihan Kepala Daerah terkait pengesahan RUU Pilkada. Mulai 1 Juni 2005, para kepala daerah GubernurWakil Gubernur, BupatiWakil Bupati, dan WalikotaWakil Walikota dipilih secara langsung. Secrara teknis, proses pemilihannya lebih sederhana. Misalnya saja, kalau tidak ada calon yang mampu memperoleh suara 50 persen + 1, calon yang memperoleh suara lebih dari 25 persen bisa dianggap sebagai pemenang. Oleh sebab itu, jarang sekali Pilkada yang menggunakana second round. 57 Hasil kajian Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny JA menyimpulkan bahwa proses pengesahan Rancangan Undang-undang tentang pemilihan kepala daerah menjadi UU cacat secara prosedural. Hal itu mengacu pada tata tertib di Dewan Perwakilan Rakyat tentang pengambilan keputusan senator. 56 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,h. 259 57 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta:Kencana,2010 h. 102 61 Menurut Tatib DPR RI, Bab XVII pasal 277 ayat 1, dalam pengambilan keputusan harus disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir. Tingginya resistensi masyarakat terhadap RUU Pilkada oleh DPRD menunjukkan penolakan dicabutnya hak politik mereka. Penolakan masyarakat ini juga terlihat dari temuan ilmiah LSI yang di rilis 8 September 2014 bahwa sebanyak 81,25 setuju pilkada langsung, 58 Gejolak penolakan secara luas seketika muncul pasca pengesahan UU Pilkada oleh DPR Jumat dini hari 269. Gelombang elemen masyarakat yang berancang- ancang mengajukan gugatan uji materi judicial review ke Mahkamah Konstitusi MK, khususnya soal pilkada lewat DPRD terus bermunculan. 59 Komisi Pemilihan Umum KPU akan menjadi lembaga yang paling terdampak atas pengesahan UU Pilkada. Pekerjaan penyelenggara pemilu itu diprediksi berkurang. Mereka hanya akan menyelenggarakan pileg dan pilpres. Pakar Hukum Tata Negara Oce Madril mengatakan, Memang dalam pengesahan UU Pilkada ini lebih banyak muatan politiknya jadinya seperti ini. Jika SBY yang juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sejak awal menghendaki pilkada dipilih secara langsung mengapa harus walkout saat sidang paripurna pengesahan RUU Pilkada. Sebab, Demokrat pasti sudah 58 http:news.detik.comread20141002163246270806710 diakses pada tanggal, 13112014 pukul 13.49 59 http:www.jawapos.combacaartikel7483Penolakan-Pilkada-oleh-DPRD-Meluas ,diakses pada tanggal 13112014, pukul 14.00