Dengan cara merojok Dengan cara longgar

Penakaran dengan berat sulit dilakukan dengan pertimbangan efisiensi pekerjaan, maka penakaran berat diganti dengan penakaran volume, yang diberikan dengan hubungan berikut: Berat = Berat isi x V M = BI x V Dimana : M = Berat atau massa BI = Berat isi V = Volume

VI. Prosedur Percobaan

Sampel diambil yaitu berupa agregat kasar 1. Bejana logam berbentuk silinder ditimbang dalam keadaan kosong 2. Penentuan berat isi agregat kasar dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Dengan cara merojok

- Sampel dimasukkan ke dalam wadah setinggi 13 dari tinggi bejana. Sampel dirojok dengan alat besi perojok sebanyak 25 kali secara merata. Perlu diingat bahwa sewaktu merojok jangan sampai memukul bejana terlalu keras. - Sampel ditambah hingga ketinggian 23 dari tinggi bejana, kembali diratakan dan dirojok seperti diatas. Sewaktu merojok jangan sampai alat perojok melewati lapisan pertama 25 kali. - Isi bejana dengan sampel sampai penuh dan kemudian dirojok seperti diatas. Sewaktu merojok jangan sampai mengganggu lapisan kedua. Universitas Sumatera Utara - Permukaan bejana yang berisi agregat kasar diratakan dengan menggunakan mistar sehingga rata. - Bejana dan agregat kasar tersebut kemudian ditimbang. - Setelah itu agregat kasar yang ada di dalam bejana dikeluarkan semua dan bejana tersebut diisi dengan air hingga penuh. - Bejana yang berisi air tersebut kemudian ditimbang dan diukur suhunya dengan menggunakan thermometer.

b. Dengan cara longgar

- Sampel yang telah tersedia ditempatkan di suatu wadah. - Bejana yang masih kosong ditimbang beratnya. - Setelah itu bejana diisi dengan agregat kasar sampel dengan cara menyiramkannya kedalam bejana dengan bantuan alat sekop setinggi 5 cm dari tepi bejana. - Bejana yang penuh dengan kerikil ditimbang beratnya. - Sampel agregat kasar yang ada dalam bejana dikeluarkan semua dan diisi dengan air hingga penuh. - Bejana yang berisi air tersebut ditimbang dan diukur suhunya dengan menggunakan thermometer Universitas Sumatera Utara

VII. Data Hasil Percobaan

Tabel 3.15. Hasil Percobaan Pemeriksaan Berat Isi Agregat Kasar Pemadatan Berat Rojok Longgar Sampel I Sampel II Sampel I sampel II Bejana Kosong kg 5,2 5,2 5,2 5,2 Bejana + Agregat kg 20,8 19,6 18,8 18,1 Bejana + Air kg 13,6 13,6 13,6 13,6 Suhu air o C 27 27 27 27

VIII. Perhitungan 1. Cara merojok

Dari buku “ Forum Informasi Konstruksi FT USU” diberikan : Pada temperatur 26,7 O C diberikan berat isi air = 996,59 kgm 3 . Pada temperatur 29,4 O C diberikan berat isi air = 995,83 kgm 3 . Dari data di atas temperatur 27 O C secara interpolasi didapat berat isi air adalah : BIA = 996,506 kgm 3 . Berat isi air untuk kedua sampel pada 29 O C = 996,506 kgm 3 . VK = VA 59 . 996 83 . 995 59 . 996 7 . 26 4 . 29 7 . 26 27 − − = − − BIA Universitas Sumatera Utara BIA mA = BIK mK Dimana : VK = Volume Agregat kasar. VA = Volume Air. mK = Massa Agregat kasar. mA = Massa Air. BIK = Berat Isi Agregat kasar. BIA = Berat Isi Air. Sampel I BIK = 1850,654 kgm 3 Sampel II BIK = 1708,296 kgm3 BIK1 + BIK2 BIkr = --------------- 2 1850,654 + 1708,296 = ------------------------- 506 . 996 4 , 8 6 , 15 = BIK 506 . 996 4 , 8 4 , 14 = BIK Universitas Sumatera Utara 2 = 1778,46 kgm 3 .

2. Cara Longgar

Dari cara merojok tadi suhu air 27 O C berat jenis air didapat sebesar 996,506 kgm 3 demikian juga untuk cara longgar ini: Sampel I BIK1 = 1613,391 kgm 3 . Sampel II BIK1 = 1530,349 kgm 3 . BIK1 + BIK2 BIKr = --------------- 2 1613,391 + 1530,349 = ------------------------- 2 = 1570,98 kgm 3 .

IX. Kesimpulan

506 , 996 4 , 8 6 , 13 = BIK 506 , 996 4 , 8 9 , 12 = BIK Universitas Sumatera Utara Dari hasil percobaan dapat diketahui : a. Berat isi agregat kasar dengan cara merojok = 1778,46 kgm3. b. Berat isi agregat kasar dengan cara longgar = 11670,98 kgm3. - Berat isi air tidak selamanya 1000 kgm 3 , tetapi tergantung dari temperatur air tersebut. - Berat isi agregat kasar yang ditentukan dengan cara merojok lebih besar dari pada cara longgar. - Hal tersebut terjadi disebabkan pemadatan yang merata pada cara merojok. c. Dari hasil di atas diperoleh gambaran bahwa akan terdapat perbedaan besar berat isi akibat adanya perojokan. Hal ini disebabkan oleh terdapat banyaknya ruang kosong antar agregat kasar apabila agregat kasar tidak dipadatkan dengan cara merojok. d. Dengan mengetahui berat isi agregat kasar, kita dapat mengetahui volume jika besarnya tidak diketahui yaitu : Berat Volume = ------------ . m 3 Berat Isi Hal ini penting karena komposisi campuran beton pada umumnya dinyatakan dengan satuan volume. Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar I. Nama Percobaan : Berat Jenis Absorpsi Agregat Kasar Universitas Sumatera Utara

II. Tujuan : - Menentukan berat jenis kering , berat jenis semu, dan

berat jenis SSD agregat kasar. - Menentukan peresapan absorpsi agregat kasar.

III. Bahan : - Agregat kasar

- Air

IV. Alat : - Timbangan

- Saringan ukuran 4,76 mm dan 19,1 mm - Kain lap - Oven - Keranjang kawat - Ember - Pan - Dunagan Test Set

V. Teori

Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air pada volume yang sama. Berat jenis agregat kasar perlu diketahui untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton, maka diadakanlah percobaan untuk menentukan atau mendapatkan harga : - Berat jenis kerikil agregat kasar - Berat jenis kerikil semu - Berat jenis SSD saturated surface dry Universitas Sumatera Utara Berat jenis dari ketiga kondisi kerikil di atas dapat dicari dengan menggunakan rumus : Absorpsi agregat kasar perlu juga diketahui dalam penentuan banyaknya air yang diperlukan untuk suatu agregat dalam campuran beton dapat dicari dengan rumus. Dimana A = Berat agregat dalam keadaan kering B = Berat agregat dalam keadaan SSD C = Berat agregat dalam air.

VI. Prosedur Percobaan

1. Agregat kasar diayak dengan ayakan 19,1 mm dan 4,76 mm. Kita ambil agregat kasar yang lolos ayakan 19,1 mm dan yang tertahan di ayakan 4,76 mm ± 3 kg 2. Rendam agregat kasar tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam. 3. Kerikil hasil rendaman tersebut dikeringkan hingga didapat kondisi kering permukaan SSD dengan menggunakan kain lap. 4. Siapkan agregat kasar sebanyak 2 x 1250 gram untuk 2 sampel. C B B SSD BeratJenis − = C A A Semu Jenis Berat − = C B A Kering Jenis Berat − = 100 x A A B Absorpsi − = Universitas Sumatera Utara 5. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada Dunagan Test Set sampai jarum menunjukkan setimbang pada saat air dalam kondisi tenang. 6. Masukkan agregat kasar yang telah mencapai kondisi SSD ke dalam keranjang yang berisi air. 7. Timbang berat air + keranjang + agregat kasar. 8. Keluarkan agregat kasar lalu dikeringkan di dalam oven selama 24 jam. 9. Timbang berat agregat kasar yang telah diovenkan. 10. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua.

VII. Data Hasil Percobaan.

Tabel 3.16. Hasil Percobaan Pemeriksaan BJ Absorbsi Kerikil Sampel I gram Sampel II gram Berat SSD 1250 1250 Berat agregat dalam air 750 781,5 Berat kering 1239 1240

VIII. Perhitungan

Sampel I 888 , 100 1239 1239 1250 478 , 2 750 1250 1239 534 , 2 750 1239 1239 500 , 2 750 1250 1250 = − = = − = = − = = − = x Absorpsi Kering Jenis Berat Semu Jenis Berat SSD Jenis Berat Universitas Sumatera Utara Sampel II Rata - rata : 81 , 100 1040 1240 1250 65 , 2 5 , 781 1250 1240 70 , 2 5 , 781 1040 1240 668 , 2 5 , 781 1250 1250 = − = = − = = − = = − = x Absorpsi Kering Jenis Berat Semu Jenis Berat SSD Jenis Berat 584 , , 2 2 668 , 2 500 , 2 = + = SSD Jenis Berat 617 , 2 2 70 , 2 534 , 2 = + = Semu BeratJenis 85 , 2 81 , 888 ., 56 , 2 2 65 , 2 478 , 2 = + = = + = Absorpsi g JenisKerin Berat Universitas Sumatera Utara

IX. Kesimpulan

1. Agregat kasar pada percobaan di atas tergolong baik karena memenuhi persyaratan, berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu, yaitu : 2,56 2,58 2,62 2. Berat jenis suatu agregat sangatlah tergantung kepada kadar air yang dikandung agregat tersebut. Semakin sedikit kadar airnya maka semakin kecil berat jenisnya. 3. Absorbsi agregat kasar 0,85 III.2. Perencanaan Balok Over Reinforced Penampang balok bertulangan lebih over reinforced adalah penampang balok beton bertulang yang mengandung jumlah tulangan baja tarik lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan. Hal yang demikian pada gilirannya akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum 0,003 sebelum tulangan baja tariknya luluh. Apabila penampang balok tersebut dibebani momen lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga kemampuan regangan beton terlampaui, maka akan berlangsung keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih dahulu. Perhitungan jumlah tulangan tarik pada keadaan seimbang akan disajikan di bawah ini. Universitas Sumatera Utara b c = 0,003 0,85 f’c c b a N Db d garis netral aaaa d - c b N Tb s = y = Gambar 3.1 Keadaan Seimbang Regangan Dengan memasukkan nilai Es = 200.000 Mpa, maka Dan karena H= 0 dan N Db = N Tb , maka 0,85 fc’ Cb b = Asb fy Universitas Sumatera Utara Direncanakan :  Diameter tulangan 20 mm  Jarak antar tulangan 30 mm  Tebal selimut beton 40 mm  Tulangan 2 lapis  Fc’ = 20 MPa dan fy = 240 Mpa 150 ฀ c = 0,003 0,85 f’c c b a N Db 250 d garis netral aaaa d - c b N Tb ฀ s = ฀ y = Gambar 3.2 Skema Regangan, Tegangan Dan Kopel Momen Dalam • d = 175 mm Universitas Sumatera Utara • Cb = 125 mm Ab = ฀ 1 Cb = 0,859125 • Ab = 106,25 mm N Db = 0,85 fc’ A b b N Db = 0,8520106,25150 10 -3 • N Db = 270,938 KN • A sb = 1128,906 mm 2 Maka luas tulangan tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang adalah 1128,906 mm 2 . Sedangkan balok over reinforced tercapai apabila jumlah tulangan tariknya melebihi jumlah tulangan dalam keadaan seimbang. Sehingga, ambil tulangan 4 D20 As = 1256,6 mm 2 III.3. Penyediaan Bahan Penyusun Beton Setelah dilakukan peemeriksaan karakteristik terhadap bahan pembuatan beton seperti pasir, agregat kasar yang akan digunakan untuk mendapatkan mutu Universitas Sumatera Utara material yang baik sesuai dengan persyaratan yang ada, maka sehari sebelum dilakukan pengecoran benda uji, bahan yang telah disiapkan tersebut ditimbang beratnya sesuai dengan variasi campuran yang ada dan diletakkan di dalam wadah yang terpisah untuk mempernudah pelaksanaan pengecoran yang dilakukan. Bahan-bahan yang telah disiapkan tersebut kemudian ditempatkan di ruangan tertutup, hal ini untuk mneghindari pengaruh cuaca luar yang dapat merusak bahan ataupun mengakibatkan perbedaan kualitas bahan. III.4. Pembuatan Benda Uji Pembuatan benda uji terdiri dari dua variasi, yaitu dengan semen portland tipe I dan dengan semen portland pozzolan. Variasi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kekuatan yang dihasilkan antara beton dengan semen portland tipe I dengan beton semen portland pozzolan. Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan masukkan campuran beton sembarang ke dalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tersebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ± 30 detik, campuran tersebut dibuang. Langkah pertama masukkan agregat halus dan semen dan kemudian diaduk sampai benar-benar tercampur merata. Kemudian air dimasukkan sebagian-sebagian ke dalam molen secara menyebar, hal ini supaya air tidak hanya tercampur di beberapa tempat dan mengakibatkan adukannya tidak rata menggumpal. Selanjutnya masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen mengaduk adonan sampai benar-benar tercampur merata dan homogen. Adukan yang sudah Universitas Sumatera Utara tercampur merata, dituangkan ke atas sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang berukuran ฀ 15 cm, tinggi 30 cm dan ke dalam cetakan balok yang berukuran lebar 15 cm, tinggi 25 cm daan panjang 3 m yang sebelumnya telah dipasangi tulangan ฀ 20 mm.. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan dimulai dilakukan perawatan beton dengan cara direndam dalam bak perendaman untuk benda uji silinder dan disiram secara berkala untuk benda uji balok. III.5. Pengujian Sampel III.5.1. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian dilakukan pada umur silinder beton 3, 7 dan 21 hari, untuk tiap variasi beton sebanyak 2 buah. Sehari sebelum pengujian sesuai umur rencana, silinder beton dikeluarkan dari bak perendaman. Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan mesin kompres manual berkapasitas 200 ton. Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus: f’c = dengan : f’c : kekuatan tekan kgcm 2 P : beban tekan kg A : luas permukaan benda uji cm 2 Universitas Sumatera Utara III.5.2. Pengujian Balok Prosedur pengujian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Persiapkan balok beton over reinforced 2. Balok beton diangkat dengan hati- hati ke atas alat pengujian. 3. Pasang balok baja penyalur di atas balok beton dimana balok baja penyalur tersebut akan membuat gaya terpusat ke balok beton yang akan diuji dimana di atasnya akan ditempatkan jack hammer 4. Pasang dial untuk megukur lendutan di tempat beban terpusat yang direncanakan 5. Setelah semuanya berjalan baik, baru dibebani dengan 2500 kg setiap tahap. Dalam setiap beban dinaikkan 2500 kg akan diukur lendutan yang terjadi. 6. Pembebanan dilakukan sampai balok benar-benar runtuh. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBAHASAN

IV.1. Nilai Slump