Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok Kretek di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan

(1)

PERBEDAAN SENSITIVITAS INDERA PENGECAP

RASA MANIS DAN RASA PAHIT PADA PEROKOK

KRETEK DI KELURAHAN PADANG BULAN

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MARLINA OKTAFIA S SIMAMORA NIM: 080600095

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2012

Marlina Oktafia Simamora

Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok Kretek di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan

XI + 67 halaman

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami.Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kebiasaan merokok yang merupakan potensi paling besar menyebabkan sensitivitas indera pengecap menurun. WHO pada tahun 2008 telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan sensitivitas indera pengecap pada rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek dengan non perokok di kelurahan Padang Bulan Kota Medan.

Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok dan non perokok, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dan rasa pahit di 4 reseptor rasa pada lidah yakni reseptor rasa manis, asin, asam, dan pahit dengan peningkatan konsentrasi larutan secara berurutan dari konsentrasi yang paling rendah ke konsentrasi yang paling tinggi.


(3)

Rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah tukang becak di sekitar kampus USU yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak merokok. Jumlah sampel adalah 74 sampel. Sampel diambil dengan metode selected sampling, pemilihan subjek berdasarkan kuesioner yang dilakukan sebelumnya dengan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Hasil menunjukkan ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa manis untuk reseptor rasa manis mempunyai nilai p = 0.003. Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa manis untuk reseptor rasa asin mempunyai nilai p = 0.035. Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa pahit untuk reseptor rasa pahit dimana nilai p = 0,001. Pada perokok kretek, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasa manis dengan rasa pahit pada masing-masing reseptor rasa.

Hasil penelitian menyimpulkan non perokok lebih peka merasakan rasa manis pada reseptor manis dan asin dibandingkan perokok kretek. Secara statistik, sensitivitas indera pengecap rasa pahit lebih besar pada non perokok dibandingkan dengan perokok kretek. Semua reseptor rasa dapat merasakan zat rasa manis dan rasa pahit yang diberikan namun reseptor rasa tertentu lebih peka terhadap zat rasa tertentu pula.


(4)

Faculty of Dentistry Department of Oral Biology In 2012

Marlina Oktafia Simamora

Differences on Taste Sensitivity in Sweet Taste and Bitter Taste in the Clove Cigarette Smokers in Medan Padang Bulan

XI + 67 pages

Tongue as the sense of taste have taste buds which covers the entire surface. Taste buds contain taste receptor which are sour, salty, sweet, bitter, and umami. Sensitivity of the taste is effected by many factors, including the smoking habit which is the greatest potential cause in decreased taste sensitivity. WHO in 2008 has established Indonesia as the third largest country in the world as tobacco users. This study aims to look at the differences of taste sensitivity to sweet taste and bitter taste in the pedicab driver clove cigarette smokers with non-smokers in Medan Padang Bulan.

This study was conducted by placing the sweet taste strips and bitter taste strips on the four taste receptors on the tongue, they are sweet, salty, sour, and bitter with increasing concentration of the solution in a sequence from the lowest concentration to the highest concentration.

The study was designed cross sectional, which population was the pedicab driver around USU in the habit of smoking and non smoking. Total of the samples was 74 samples. Samples were taken with method of selected sampling.


(5)

The results showed there was differences between clove cigarette smokers and non smokers on examination sweetness to the sweet taste receptor with a value of p = 0,003. There is differences between smokers and non smokers on cigarettes examination sweetness to the salty taste receptor has a value of p = 0.035. There is a difference between clove cigarette smokers and non smokers on examination bitter taste receptors for bitter taste which with the value of p = 0.001. On the clove cigarette smokers, there is no significant difference between sweet taste and bitter taste on the receptors itself.

This study concluded non-smokers are more sensitive to sweet taste in sweet taste receptors and salt taste receptors than the clove cigarette smokers. Statistically, bitter taste sensitivity is greater in smokers than non smokers cigarettes. All taste receptors could taste sweet and bitter substances but a certain taste receptors more sensitive to certain substances taste.


(6)

PERBEDAAN SENSITIVITAS INDERA PENGECAP

RASA MANIS DAN RASA PAHIT PADA PEROKOK

KRETEK DI KELURAHAN PADANG BULAN

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MARLINA OKTAFIA S SIMAMORA NIM: 080600095

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, September 2012

Pembimbing: Tanda tangan

1. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes ……… NIP: 19680311 199203 2 001


(8)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 11 September 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes ANGGOTA : 1.Rehulina Ginting, drg., M.Si


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia memberikan masukan, arahan, waktu dan semangat dari awal penelitian sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Kepada Rehulina Ginting, drg., M.Si., selaku ketua Departemen Biologi Oral dan sebagai tim penguji skripsi beserta Lisna Unita, drg., M.Kes., dan seluruh staf pengajar Biologi Oral Yendriwati, drg., M.Kes., Minasari, drg., Yumi Lindawati, drg., dan Kak Ngaisah serta Kak Dani di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Nazruddin, drg., C.Ort. Sp.Ort, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Kepada Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes., yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data dan Bapak Frans Siahaan, S.STP, M.SP., selaku Lurah Kelurahan Padang Bulan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di daerah Kelurahan Padang Bulan Kota Medan.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua Ayah M. Simamora dan Ibu R.Manalu, S.Pd. saudara penulis Elfrida, S.Pd., Roni Jhonson S.T., M.Cs., Adi Hendra, S.Kom. atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Sahabat-sahabat tersayang penulis Bernike, Hana, Yudha, Ilice, Arigato, Fransiska, Arini, Runggu, Desy, Billy, Rizka dan teman-teman skripsi di Departemen Biologi Oral Zovi, Dharma, Wen Yan, Lestari, Hanum, Dennis, Charissa serta teman-teman stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.


(10)

Teman-teman penulis di Paduan Suara Pemuda Remaja GKPI Resort Khusus Mandala Medan atas motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis dan Ade Wisata Virgo untuk semangat dan perhatian selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, September 2012 Penulis,

(Marlina Oktafia S Simamora) NIM: 080600095


(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………...……….….

HALAMAN PERSETUJUAN...…... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...…... KATA PENGANTAR………...……...

DAFTAR ISI………...…... vi

DAFTAR GAMBAR………...…... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN………..……... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang……...………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Manfaat Penelitian…………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Lidah... 4

2.1.1 Anatomi Lidah... 4

2.1.2 Taste Buds…...………... 5

2.1.3 Fisiologi Lidah... 7

2.1.4 Jenis-jenis Papilla……... 10

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap... 12

2.3 Rokok... 13

2.3.1 Jenis Rokok... 14

2.3.2 Kandungan Rokok... 15

2.4 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut... 18

2.5 Uji Sensitivitas Indera Pengecap... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN... 21


(12)

3.2 Kerangka Teori... 24

3.3 Kerangka Konsep... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN... 26

4.1 Rancangan Penelitian... 26

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian... 26

4.2.2 Waktu Penelitian... 26

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel 4.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... ... 26

4.3.3 Besar Sampel... 26

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi………... 28

4.4.2 Kriteria Eksklusi………... 28

4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Bebas...…..………... 29

4.5.2 Variabel Tergantung... 29

4.5.3 Variabel Terkendali... 30

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali... 30

4.6 Defenisi Operasional... 30

4.7 Bahan dan Alat Penelitian 4.7.1 Bahan Penelitian……... 31

4.7.2 Alat Penelitian... 31

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data... 32

4.10 Pengolahan dan Analisis Data... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN...………... 38

5.1 Skor Rata-rata Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit Pada Reseptor rasa Manis, Asin, Asam dan Pahit pada Seluruh Sampel 39 5.2 Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit Pada Perokok Kretek dibandingkan dengan Non Perokok... 42

5.3 Perbandingan Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok Kretek dan Non Perokok Pada Reseptor Rasa Manis, Asin, Asam dan Pahit dengan Mann-Whitney Test... 50

5.4 Perbandingan Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Reseptor Rasa Manis, Asam, Asin, dan Pahit pada Perokok Kretek dengan Mann-Whitney Test.... 52

BAB 6 PEMBAHASAN... 54

6.1 Skor Rata-rata Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit Pada Reseptor rasa Manis, Asin, Asam dan Pahit pada Seluruh Sampel... 55

6.2 Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit Pada Perokok Kretek dibandingkan dengan Non Perokok... 56

6.3 Perbandingan Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok Kretek dan Non Perokok Pada Reseptor Rasa Manis, Asin, Asam, dan Pahit dengan Mann-Whitney Test... 59


(13)

6.4 Perbandingan Pemeriksaan Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Reseptor Rasa Manis, Asam, Asin, dan Pahit pada Perokok

Kretek dengan Mann-Whitney Test.... 60 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN….……...

7.1 Kesimpulan... 62 7.2 Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA... 63 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Otot Lidah

1A. Otot Intrinsik Lidah... 5

1B. Otot Ekstrinsik Lidah... 5

2. Taste buds pada Lidah, Papila, Penampang Taste buds dan bagian- bagiannya…………...………...………... 6

3. Letak Reseptor Rasa Pada Lidah... 9

4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste buds sampai dipersepsikan di Thalamus... 10

5. Papilla Lidah... 11

6. Kandungan Zat Berbahaya Pada Rokok... 17

7. Elektrogustometer RION TR-06 (Rion Co, Jepang)... 20

8. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis di Reseptor Rasa Manis... 42

9. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis di Reseptor Rasa Asin... 42

10. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis di Reseptor Rasa Asam... 42

11. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis di Reseptor Rasa Pahit... 43

12. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Pahit di Reseptor Rasa Manis... 46

12. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Pahit di Reseptor Rasa Asin... 46

12. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Pahit di Reseptor Rasa Asam... 46

12. Diagram Penurunan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Pahit di Reseptor Rasa Pahit... 47


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sosiodemografi tukang becak di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan... 38 2. Kebiasaan merokok tukang becak di Kelurahan Padang Bulan Kota

Medan... . 39 3. Skor rata-rata pemeriksaan rasa manis pada reseptor rasa manis, asin,

Asam dan pahit pada seluruh sampel... . 40 4. Skor rata-rata pemeriksaan rasa pahit pada reseptor rasa manis, asin,

asam, dan pahit pada seluruh sampel... . 41 5. Penurunan sensitivitas indera pengecap rasa manis di reseptor rasa manis,

asin, asam dan pahit... 44 6. Penurunan sensitivitas indera pengecap rasa pahit di reseptor rasa manis,

asin, asam dan pahit... 48 7. Perbandingan pemeriksaan rasa manis pada perokok kretek dan

non perokok pada reseptor rasa manis, asin, asam, dan pahit... . 50 8. Perbandingan pemeriksaan rasa pahit pada perokok kretek dan

non perokok pada reseptor rasa manis, asin, asam, dan pahit... . 51 9. Perbandingan pemeriksaan rasa manis dan rasa pahit pada reseptor rasa manis, asam, asin, dan pahit pada perokok kretek dengan Mann-Whitney Test.... 52


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek di kelurahan Padang Bulan Kota Medan 2. Output analisis perhitungan statistik.

3. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 4. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed consent)

5. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian


(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2012

Marlina Oktafia Simamora

Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok Kretek di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan

XI + 67 halaman

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami.Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kebiasaan merokok yang merupakan potensi paling besar menyebabkan sensitivitas indera pengecap menurun. WHO pada tahun 2008 telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan sensitivitas indera pengecap pada rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek dengan non perokok di kelurahan Padang Bulan Kota Medan.

Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok dan non perokok, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dan rasa pahit di 4 reseptor rasa pada lidah yakni reseptor rasa manis, asin, asam, dan pahit dengan peningkatan konsentrasi larutan secara berurutan dari konsentrasi yang paling rendah ke konsentrasi yang paling tinggi.


(18)

Rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah tukang becak di sekitar kampus USU yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak merokok. Jumlah sampel adalah 74 sampel. Sampel diambil dengan metode selected sampling, pemilihan subjek berdasarkan kuesioner yang dilakukan sebelumnya dengan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Hasil menunjukkan ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa manis untuk reseptor rasa manis mempunyai nilai p = 0.003. Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa manis untuk reseptor rasa asin mempunyai nilai p = 0.035. Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa pahit untuk reseptor rasa pahit dimana nilai p = 0,001. Pada perokok kretek, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasa manis dengan rasa pahit pada masing-masing reseptor rasa.

Hasil penelitian menyimpulkan non perokok lebih peka merasakan rasa manis pada reseptor manis dan asin dibandingkan perokok kretek. Secara statistik, sensitivitas indera pengecap rasa pahit lebih besar pada non perokok dibandingkan dengan perokok kretek. Semua reseptor rasa dapat merasakan zat rasa manis dan rasa pahit yang diberikan namun reseptor rasa tertentu lebih peka terhadap zat rasa tertentu pula.


(19)

Faculty of Dentistry Department of Oral Biology In 2012

Marlina Oktafia Simamora

Differences on Taste Sensitivity in Sweet Taste and Bitter Taste in the Clove Cigarette Smokers in Medan Padang Bulan

XI + 67 pages

Tongue as the sense of taste have taste buds which covers the entire surface. Taste buds contain taste receptor which are sour, salty, sweet, bitter, and umami. Sensitivity of the taste is effected by many factors, including the smoking habit which is the greatest potential cause in decreased taste sensitivity. WHO in 2008 has established Indonesia as the third largest country in the world as tobacco users. This study aims to look at the differences of taste sensitivity to sweet taste and bitter taste in the pedicab driver clove cigarette smokers with non-smokers in Medan Padang Bulan.

This study was conducted by placing the sweet taste strips and bitter taste strips on the four taste receptors on the tongue, they are sweet, salty, sour, and bitter with increasing concentration of the solution in a sequence from the lowest concentration to the highest concentration.

The study was designed cross sectional, which population was the pedicab driver around USU in the habit of smoking and non smoking. Total of the samples was 74 samples. Samples were taken with method of selected sampling.


(20)

The results showed there was differences between clove cigarette smokers and non smokers on examination sweetness to the sweet taste receptor with a value of p = 0,003. There is differences between smokers and non smokers on cigarettes examination sweetness to the salty taste receptor has a value of p = 0.035. There is a difference between clove cigarette smokers and non smokers on examination bitter taste receptors for bitter taste which with the value of p = 0.001. On the clove cigarette smokers, there is no significant difference between sweet taste and bitter taste on the receptors itself.

This study concluded non-smokers are more sensitive to sweet taste in sweet taste receptors and salt taste receptors than the clove cigarette smokers. Statistically, bitter taste sensitivity is greater in smokers than non smokers cigarettes. All taste receptors could taste sweet and bitter substances but a certain taste receptors more sensitive to certain substances taste.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa.1 Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami.2

Rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok.3 Efek negatif rokok terhadap gigi dan jaringan lunak mulut bervariasi, tergantung pada jenis rokok, cara merokok, lamanya merokok, serta banyaknya konsumsi rokok per harinya.4 Di dalam rongga mulut, merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut seperti : bau mulut, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya penumpukan plak dan tartar pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit periodontal, kehilangan tulang penyokong gigi, terjadinya leukoplakia, memperlambat proses penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan serta meningkatan resiko terjadinya kanker di rongga mulut.3,4

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa merokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bagi seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007, sebuah Komisi ASEAN untuk Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar 46,16 %.5

Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia yakni sekitar 65 juta perokok. China adalah negara dengan jumlah perokok terbanyak, yaitu sekitar 300 juta penduduk. Di urutan ke dua India dengan 120 juta penduduk.6 Konsumsi rokok di


(22)

Indonesia pada tahun 2008 mencapai 240 miliar batang atau setara dengan 658 juta batang rokok perharinya yang berarti uang senilai Rp 330 miliar 'dibakar' oleh para perokok di Indonesia dalam satu harinya.7

Penelitian yang dilakukan M. H. Hobdel dkk dari Inggris terhadap status sosial ekonomi yang rendah memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi.8 Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih populer. Perbandingannya, sebanyak 94% merokok kretek dan hanya 11% yang memilih rokok putih. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah ke bawah.9

Sebuah penelitian di Amerika Serikat juga pernah mengkonfirmasikan adanya hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan latar pendidikan sang perokok. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latar pendidikan untuk benar-benar memahami bahaya merokok bagi kesehatan. Data itu juga menjelaskan adanya kecenderungan di antara perokok dengan latar pendidikan yang rendah untuk mengabaikan kesehatan mereka.10

Pada umumnya tukang becak masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah dan mempunyai latar pendidikan yang juga rendah. Selain hal tersebut telah diketahui bahwa tukang becak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan seperti kebiasaan merokok. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Prof Boedi Darmojo menunjukkan bahwa prevalensi merokok sebanyak 96,1% pada tukang becak di Semarang.11 Tingginya prevalensi merokok pada tukang becak ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: minimnya pengetahuan para tukang becak tentang bahaya rokok, bahkan sangat sulit bagi mereka untuk memahami tulisan peringatan yang ada pada setiap label rokok. Faktor lingkungan juga berpengaruh besar terwujudnya dorongan untuk merokok dan kemudian menjadi perokok tetap. Pengaruh teman, anggota keluarga dan orang-orang disekitar yang kebanyakan semua perokok. Selain itu, mereka mengakui bahwa dengan merokok mereka mendapatkan kenikmatan tersendiri semacam rasa tenang.12

Saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok masuk ke dalam rongga mulut.3 Masuknya nikotin ini kemungkinan akan menempel pada setiap permukaan di rongga mulut baik itu gigi, lidah, palatum, maupun taste buds yang


(23)

berpotensi menghalangi interpretasi rasa pada reseptor pengecap. Pada akhirnya, nilai ambang pengecapan mungkin akan meningkat pada perokok.

Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kepekaan indera pengecap rasa manis dan pahit pada perokok kretek di salah satu kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam hal ini kalangan penarik becak mesin atau dayung.

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit antara perokok kretek dan non perokok di setiap reseptor rasa pada tukang becak?

2. Sensitivitas indera pengecap manakah yang paling berpengaruh terhadap rasa manis atau rasa pahit di setiap reseptor rasa akibat kebiasaan merokok?

1.3Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok kretek dan non perokok di setiap reseptor rasa pada tukang becak. 2. Untuk mengetahui sensitivitas indera pengecap yang paling berpengaruh

terhadap rasa manis atau rasa pahit di setiap reseptor rasa akibat kebiasaan merokok pada tukang becak.

1.4 Manfaat penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai data bagi dokter gigi dalam menciptakan komunikasi personal dengan pasien tentang bahaya merokok terhadap penurunan sensitivitas rasa.

2. Untuk menambah pengetahuan para perokok kretek dan non perokok tentang bahaya merokok, khususnya bahaya merokok terhadap penurunan sensitivitas indera pengecap.

3. Sebagai sumber data dan informasi tentang bahaya merokok terhadap penurunan sensitivitas rasa untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lidah

Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.13

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada waktu menelan), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara.13

2.1.1Anatomi Lidah

Lidah terletak di dalam mulut. Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Lidah terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah. Otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring.14

Lidah merupakan kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput lendir ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan akhiran-akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf pengecap inilah yang dapat membedakan rasa makanan. Jumlah papila pada setiap orang belum tentu sama. Biasanya perempuan memiliki papila lebih banyak daripada laki-laki. Orang yang mempunyai banyak papila akan lebih peka terhadap rasa.15


(25)

z

Gambar 1A. Otot Intrinsik Lidah Gambar 1B. Otot Ekstrinsik Lidah

Gambar 1A. Otot Internal Lidah14 Gambar 1B. Otot Eksternal Lidah14

2.1.2 Taste Buds

Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter. Ketika lahir, kita memiliki sekitar 10.000 taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun jumlahnya mulai berkurang.5 Taste bud merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari.16

Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang menginervasi.17 Taste bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. 18


(26)

Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa dari serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan membran sel-sel pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.20

Taste buds juga terletak pada palatum dan beberapa diantaranya pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal. Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anak-anak mempunyai lebih sedikit.20

Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila, dan penampang tastebuds dan bagian-bagiannya19


(27)

Pembuluh Darah dan Saraf Lidah:

Arteri berasal dari arteri carotis externa. Arteri sublingualis berlanjut ke depan untuk mensuplai darah ke glandula sublingualis musculus Mylohyoid dan mukosa membran mulut menuju vena Jugularis interna. Di bawah lidah, mukosa membran ini membentuk frenulum lingualis untuk mengarahkan pergerakan lidah. Vena Lingualis merupakan vena commitantes mendampingi arteri Lingualis menuju vena Lingualis interna. Ada vena Lingualis profundus, vena Lingualis dorsalis, dan vena commitantes yang berasal dari percabangan nervus hypoglossi. 14

Saraf-saraf yang berperan pada lidah adalah nervus facial (VII), nervus glossopharyngeal (IX), dan nervus vagus (X). Jalur syaraf pengantar ke otak adalah dari nervus lingualis menuju chorda tympani (VII) dari 2/3 anterior lidah, melalui nervus X dari pharynx dan epiglottis atau melalui nervus IX dari 1/3 lidah posterior lidah.2

Jalan Kerja Impuls Pengecap dari Lidah ke Otak

Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls dari lidah ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus glossopharyngeal (IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X) pada pharynx dan epiglottis. Diawali dari taste buds pada lidah, impuls menyebar sepanjang nervus facial dan dari 1/3 posterior lidah melalui nervus glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang dirasa.21

2.1.3 Fisiologi Lidah

Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah,


(28)

rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada L-glutamat.1

1. Rasa Manis

Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium.16

1. Rasa Asam

Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion hidrogen maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan logaritma konsentrasi ion hidrogen. Oleh sebab itu, makin asam suatu makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.16

2. Rasa Asin

Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion sodium. Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin.16

3. Rasa Pahit

Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia, tetapi zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat organik. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1) Zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin.16

4. Rasa Umami

Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk sinergisme peningkat rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama setelahnya. Umami adalah rasa yang


(29)

dominan ditemukan pada makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju).16

Gambar 3. Letak Reseptor Rasa pada Lidah16 Proses Pengecapan :

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.21

Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.16

MANIS PAHIT ASAM ASIN


(30)

Gambar 4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste Buds sampai dipersepsikan di Thalamus21

2.1.4 Jenis-jenis papilla

Terdapat empat jenis papilla pada lidah manusia,yaitu:19

Papila fungiform, terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya terdiri dari satu hingga beberapa taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus facial (VII). Papila ini terlihat seperti bintik-bintik berwarna merah karena kaya akan pembuluh darah. Jumlah papila fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200 papila. Papila ini lebih sensitif terhadap rasa manis dan asin. Papila di lidah bagian depan memiliki lebih banyak taste buds (1-18) dibanding dengan papila di lidah bagian tengah (1-9). Diperkirakan ada sekitar 1120 taste buds di papila fungiform pada setiap lidah.

Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan papila fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papila sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya pada papila fungiformis.22


(31)

Papilacircumvalata, terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus terminalis linguae yang tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Jumlahnya berkisar 3-13 papila di setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang terdapat di papila circumvalata pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak mengelilingi papila circumvalata yang membentuk garis seperti huruf V ke arah posterior lidah.

Papila foliate, terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Rata-rata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah yang terdiri dari 117 taste buds per papila sehingga total terdapat 1280 taste buds di papila foliata pada setiap lidah.

Papila filiform, papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan tidak memiliki taste buds. Papila ini lebih dominan untuk menerima rangsang sentuh.

Gambar 5. Letak Papilla pada Lidah19

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera pengecap diantaranya: 1.Usia


(32)

Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada manula. Hal ini disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis dimana pada proses menua terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds.13

2.Suhu Makanan

Suhu makanan yang kurang dari 20o Cmaupun yang lebih dari 30oC dapat mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada taste buds, namun keadaan ini akan cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera diperbaiki. Suhu yang terlalu dingin juga dapat membius lidah sehingga sensitivitas lidah akan berkurang.13

3.Penyakit

Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan terapi yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia seperti lidocaine dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin (untuk penderita diabetes) yang berkepanjangan.13

Xerostomia merupakan salah satu efek samping yang dapat terjadi oleh karena obat-obatan tertentu yang menerima radiasi kepala dan lehe diakibatkan oleh gangguan rangsang saliva. Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam saliva. Dengan berkurangnya produksi saliva, maka sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsang rasa.15

4.Hal-hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pada taste buds

Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap. Hal ini dapat dikarenakan saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi


(33)

masuk ke dalam rongga mulut dan menutupi taste buds sehingga kemungkinan menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap.3

Kebiasaan menyirih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas indera pengecap. Hal ini dikarekan partikel-partikel yang terkandung pada sirih yang terdeposit pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan pigmentasi dan penumpukan partikel pada lidah yang dapat menghalangi interpretasi rasa.23

Oral higiene merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas indera pengecap. Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan plak sisa makanan yang terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi rasa. Di samping itu, oral higiene yang buruk merupakan tempat berkembangnya bakteri dan flora yang merugikan di rongga mulut.3

2.3 Rokok

Rokok merupakan produk yang berbahaya dan adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya, 400 diantaranya bersifat racun dan 43 senyawa lain diantaranya merupakan zat karsinogenik.24 Merokok merupakan masalah kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa kelainan rongga mulut. Beberapa dampak dari merokok antara lain meningkatkan insidensi terjadinya penyakit periodontal, lesi mukosa rongga mulut, karies gigi dan keganasan rongga mulut.4 Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia.6

Pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah. Merokok dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap.3,4


(34)

Merokok secara jelas dapat meningkatkan risiko untuk terkena semua penyakit dan dapat berkembang menjadi berbagai kondisi patologik yang menyebabkan kematian. Merokok merupakan faktor resiko terjadinya kanker pada beberapa organ, penyakit jantung, penyakit pernafasan, efek reproduksi, dan berbagai efek lain yang dapat membahayakan tubuh.25 Berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007, sebuah Komisi ASEAN untuk Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar 46,16 %.5

Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.5

2.3.1 Jenis Rokok

Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis rokok yang dikonsumsi. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku isi rokok, dan penggunaan filter pada rokok.26

Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok Klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Rokok Kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Rokok sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. Rokok cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.11,27

Rokok mempunyai banyak istilah, menurut bahan yang digunakan, terdapat rokok atau sigaret, kretek, rokok putih, dan juga rokok Klobot. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah yang terbuat dari daun tembakau. Rokok putih adalah rokok yang murni tembakau, tanpa cengkeh. Kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau yang memiliki kandungan 40% cengkeh dan 60% tembakau.27

Suatu studi di Indonesia memperlihatkan bahwa perokok kretek mempunyai risiko 13 – 20 kali lebih besar untuk terjadinya kerusakan paru dibandingkan dengan bukan perokok. Kandungan cengkeh pada rokok kretek menimbulkan aroma yang enak yang


(35)

dapat menutupi faktor bahaya tembakau. Akibatnya rokok kretek dihisap lebih dalam daripada rokok biasa. Selain itu cengkeh mengeluarkan zat eugenol yang dapat mempengaruhi efek sensori, akibatnya adalah hisapan rokok yang lebih dalam lagi. Semakin dalam seseorang menghisap rokoknya, maka akan semakin tinggi efek perusakan yang diterima orang tersebut.28,29

Rokok yang terdapat pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih (filter) dan rokok kretek (non filter) dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus.27 Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih populer. Perbandingannya, sebanyak 94% merokok kretek dan hanya 11% yang memilih rokok putih. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah.9

2.3.2 Kandungan Rokok

Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan tubuh ketika dihisap. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, hydrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, timah hitam (Pb), benzopiren, fenol, cadmium, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat mengiritasi, toksik terhadap mukosa mulut dan bersifat karsinogen.27

Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (mainstream smoke) dan asap samping ( side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.11

Asap yang dihasilkan ketika merokok merupakan suatu aerosol yang terdiri dari partikel padat yang tersuspensi dalam gas dan juga berbahaya bagi tubuh.26 Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri atas 90% gas dan 10% partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, tar, timah hitam adalah sebagian dari beribu-ribu zat yang terkandung dalam rokok.11


(36)

Agen karsinogenik utama dalam rokok adalah N-nitrosamine, polikrilikhidrokarbon aromatik, nitrosodiethanolamine, nitrosoproline, dan polonium yang diketahui sebagai faktor penyebab kanker mulut dan orofaring pada rongga mulut.4 Diantara sekian banyak bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, terdapat empat macam zat yang paling berbahaya yaitu tar, nikotin, karbonmonoksida, dan timah hitam (Pb).27

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik.28 Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. Kadar tar dalam tembakau berkisar antara 0,5-3,5 miligram per batang.27

Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik terhadap jaringan saraf dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis.11 Selain itu, efek nikotin dapat merangsang hormon kathelokamin (adrenalin) yang bersifat memicu jantung dan tekanan darah. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Nikotin mudah berubah warna dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Satu batang rokok mengandung 15-20 miligram nikotin. Kadar nikotin 4-6 gram yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan karena nikotin memiliki efek adiktif dan psikoaktif.27

Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kadar yang rendah dalam rokok, tetapi dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin.11 Hal ini terjadi karena gas CO memiliki afinitas yang lebih kuat daripada oksigen sehingga CO memiliki kecenderungan kuat berikatan dengan haemoglobin dibanding dengan haemoglobin berikatan oksigen untuk proses pernafasan sel-sel tubuh sehingga darah kekurangan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme, yaitu menciutkan pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus, maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Kadar CO


(37)

dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1% sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%.27

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikrogram, sementara ambang batas timah hitam masuk ke dalam tubuh adalah 20 mikrogram per hari. Oleh karena itu zat ini akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh.11

Gambar 6. Kandungan Zat Berbahaya Pada Rokok27

Bahaya merokok terhadap kesehatan diakibatkan oleh asap rokok dan kandungan zat-zat yang terkandung dalam rokok tersebut. Efek merugikan dari rokok ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit diantaranya, gangguan pernafasan, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan kanker. Menurut lembaga internasional untuk riset kanker, rokok memegang peranan penting dalam terjadinya beberapa jenis kanker diantaranya; kanker paru, kanker kerongkongan, kanker pencernaan, kanker payudara, dan kanker rongga mulut.27


(38)

Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok.4 Merokok sebagai faktor etiologi yang mempermudah penumpukan plak pada gigi, yang akhirnya mengalami kalsifikasi menjadi kalkulus.29

Efek rokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, dan cara merokok.30 Artinya, makin banyak rokok yang dihisap, makin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar yang dihisap seseorang, dan makin dalam seseorang menghisap rokoknya maka akan semakin tinggi efek perusakan yang diterima oleh orang tersebut.31

Semua bentuk tembakau dapat mempengaruhi resiko terjadinya penyakit mulut, perokok memiliki resiko enam kali lebih besar dapat terkena kanker rongga mulut. Paling sedikit 80% penderita karsinoma mulut adalah perokok. Merokok dapat menyebabkan gusi berwarna coklat atau kusam, halitosis, hilang atau berkurangnya indera perasa, lesi prekanker sama kepada kanker rongga mulut. Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur.4

Perokok beresiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya penyembuhan setelah pembedahan dan juga dapat menyebabkan hilangnya gigi dan penyakit periodontal. Pada perokok yang merokok 5-10 batang per hari lebih beresiko tiga kali lebih tinggi untuk dapat terkena periodontitis dibanding yang tidak merokok.32

Efek merokok yang berkepanjangan dapat memperparah kerusakan jaringan periodontal. Penyakit periodontal antara lain ditandai dengan:30,32

a. Inflamasi gingiva

Inflamasi gingival dan perdarahan merupakan awal terjadinya periodontitis. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral hygiene, bila oral hygiene buruk akan timbul infeksi gingival dan terjadi perdarahan waktu penyikatan gigi atau bahkan perdarahan spontan akibat akumulasi dari plak gigi.

b. Poket

Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai gingival yang bertambah dalam secara patologis sulkus gingival yang normal mempunyai kedalaman 2-3 mm. pengukuran kedalaman poket merupakan bagian yang penting diagnose periondontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingival yang normal biasa disebabkan oleh: 1) bergeraknya tepi gingival ke arah


(39)

koronal akibat adanya inflamasi gingival. 2) bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3) kombinasi keduanya. Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal.

c. Resesi gingiva

Resesi gingival atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi tidak selalu merupakan tanda penyakit. Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.

Kehilangan gigi merupakan akibat langsung dari penyakit periodontal yang tidak diobati. Data-data epidemiologis secara nyata menunjukkan bahwa pada perokok, prevalensi edentulisme dan insidens tooth loss lebih tinggi dibanding bukan perokok.31,32

Selain itu, panas yang ditimbulkan oleh rokok dapat mengiritasi mukosa secara langsung sehingga efek buruk rokok yang berkepanjangan ini terlihat jelas pada jaringan lunak mulut seperti Keratosis perokok, Melanosis perokok, Leukodema, Stomatitis nikotina, Preleukoplakia, dan Leukoplakia.3,4

2.5 Uji Sensitivitas Indera pengecap

Uji sensitivitas indera pengecap pada manusia dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

1. Chemogustometry dimana pengujian ini menggunakan larutan manis, asam, asin, dan pahit yang ditempatkan pada lidah dengan menggunakan sepotong kertas saring atau yang lebih dikenal dengan Taste strips.33

2. Electrogustometry (EGM) merupakan perangkat

ambang rasa pada kedua sisi lidah di pusat-pusat rasa yang berbeda kemudian menghasilkan stimulus galvanik yang mengakibatkan sensasi rasa seperti metal. Ambang saat ini harus kurang lebih sama di kedua sisi lidah. Apabila terdapat ketimpangan yang signifikan, maka mungkin terjadi gangguan di saraf V (trigeminus).34,35


(40)

Bila dibandingkan dengan tes larutan diatas, elektrogustometer merupakan pengujian klinis yang lebih efisien karena dapat digunakan dalam evaluasi ambang rasa yang disebabkan karena operasi telinga, Bells’s palsy, tumor, maupun tonsillectomy. Selain itu, dapat digunakan untuk untuk mendeteksi perbedaan ambang rasa antara sisi kiri dan kanan lidah seperti yang mungkin terjadi pasca stroke pada pasien diabetes atau pada lesi saraf kranial.37

Salah satu jenis elektrogustometer yang paling umum digunakan yakni jenis RION TR-06 (Rion Co, Jepang) dengan stimulus tunggal, datar, dan probe melingkar yang terbuat dari baja stainless steel (diameter 5 mm). Alat ini dapat menghasilkan rangsangan yang rendah dengan durasi yang singkat (0.5, 1,1.5,dan 2 detik).35

Sebelum dilakukan pengujian dengan alat ini, sampel dilarang untuk minum. Sebelum dilakukan pengukuran ambang rasa, stimulus dari 30 dB diberikan untuk memastikan bahwa sampel bisa mengenali rangsangan elektrogustometer. Pemberian rangsang dimulai dari yang rendah terlebih dahulu (-6 dB) dan kemudian rangsang ditingkatkan hingga sampel dapat mempersepsikan rasa dengan jelas.35

Gambar 7. Elektrogustometer RION TR-06 (Rion Co, Jepang)35


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami.1,2 Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, suhu makanan, penyakit, oral hygiene, dan kebiasaan merokok yang paling berpotensi menyebabkan sensitivitas indera pengecap ini menurun.3

Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok karena merupakan awal terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok.3 Efek negatif rokok terhadap gigi dan jaringan lunak mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, gaya hidup, jenis rokok, cara merokok, lamanya merokok, serta banyaknya konsumsi rokok per harinya.4,5

Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia yakni sekitar 65 juta perokok. Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah ke bawah.6,9

Pada umumnya tukang becak masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah dan mempunyai latar pendidikan yang juga rendah. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengkonfirmasikan adanya hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan latar pendidikan sang perokok.10

Selain hal tersebut telah diketahui bahwa tukang becak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat menggangu kesehatan seperti kebiasaan merokok, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Prof Boedi Darmojo dikatakan bahwa prevalensi merokok sebanyak 96,1% pada tukang becak di Semarang.11 Tingginya prevalensi merokok pada tukang becak ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: minimnya pengetahuan para tukang becak tentang bahaya rokok, bahkan sangat sulit bagi mereka untuk memahami tulisan peringatan yang ada pada setiap label rokok. Faktor lingkungan juga berpengaruh besar terwujudnya dorongan untuk


(42)

merokok dan kemudian menjadi perokok tetap. Pengaruh teman, anggota keluarga dan orang-orang disekitar yang kebanyakan semua merokok. Selain itu, mereka mengakui bahwa dengan merokok mereka mendapatkan kenikmatan semacam rasa tenang.12

Organ pengecapan bagian perifer adalah taste buds. Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa dari serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan membran sel pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.16,20

Zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facialis (saraf VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.21

Penelitian ini didukung oleh adanya teori yang menjelaskan bahwa pada saat rokok yang dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok masuk ke dalam rongga mulut dan mungkin menempel pada gigi, lidah, dan taste buds.3 Iritasi yang terus-menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut. Hal ini menyebabkan nikotin lebih mudah terdeposit menutupi taste bud yang mungkin dapat menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor rasa sehingga mikrovili sulit menterjemahkan impuls sehingga impuls yang diterima tidak seutuhnya sempurna kemudian masuk melalui nervus facial apabila dari daerah 2/3 anterior lidah, nervus glossopharyngeal apabila dari 1/3 posterior lidah, dan melalui nervus vagus apabila dari daerah selain lidah. Kemudian impuls yang tidak


(43)

sempurna tadi yang berhasil diterjemahkan oleh mikrovili akan menyatu di medula oblongata dan masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus yang akan mempersepsikan impuls yang tidak sempurna tadi menjadi persepsi rasa dan sebagai hasilnya terjadilah penurunan sensitivas pengecapan rasa.21

Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan sensitivitas indera pengecap pada perokok kretek dengan non perokok. Sampel penelitian untuk perokok kretek dan non perokok yang mempunyai sifat yang homogen dari umur, status kesehatan umum, jenis kelamin dan kebiasaan. Di samping itu perlakuan yang diberikan akan sama baik kepada sampel perokok kretek maupun non perokok sebagai kontrol.

Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok kretek dapat diketahui selanjutnya sehingga dari dua rasa tersebut terdapat satu rasa yang berpengaruh paling nyata pada perokok kretek. Hal ini penting untuk mengetahui perubahan indera pengecap pada perokok kretek.

3.1 Hipotesis

Hipotesa dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok kretek dengan non perokok.

2. Terdapat perbedaan sensitivitas indera pengecap antara rasa manis dan rasa pahit pada perokok kretek.


(44)

3.2 Kerangka Teori

Nukleus tractus solitarius

Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut.

Nervus facial pada 2/3 anterior lidah, nervus glosspharyngeal pada

1/3 posterior lidah, nervus vagus pada pharynx dan epiglotis.

Leminiskus medialis

Post central gyrus

Persepsi indera pengecap normal

Taste buds Taste pore

Pengaruh merokok pada indera pengecap

Saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi mungkin menempel pada gigi, lidah, dan taste bud

Menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap

Perubahan sensitivitas indera pengecap

Medula oblongata

Thalamus Mikrovili


(45)

3.3Kerangka Konsep

Lama merokok: > 3 tahun

Cara merokok: Asap dikeluarkan dari mulut Jumlah konsumsi rokok per harinya : > 5 batang

Perokok kretek

Non Perokok

Pemeriksaan sensitivitas indera pengecap Penurunan sensitivitas indera pengecap Taste buds normal Jenis kelamin :

laki-laki Usia : 40-60

tahun Tidak memiliki kelainan sistemik Tidak terdapat luka/ kelainan pada lidah Menempelnya nikotin

pada taste buds

Sensitivitas indera pengecap yang normal Perbedaaan Rasa manis Rasa Pahit Reseptor manis Reseptor asin Reseptor asam Reseptor pahit


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami.1,2 Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, suhu makanan, penyakit, oral hygiene, dan kebiasaan merokok yang paling berpotensi menyebabkan sensitivitas indera pengecap ini menurun.3

Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok karena merupakan awal terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok.3 Efek negatif rokok terhadap gigi dan jaringan lunak mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, gaya hidup, jenis rokok, cara merokok, lamanya merokok, serta banyaknya konsumsi rokok per harinya.4,5

Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok di dunia yakni sekitar 65 juta perokok. Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah ke bawah.6,9

Pada umumnya tukang becak masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah dan mempunyai latar pendidikan yang juga rendah. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengkonfirmasikan adanya hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan latar pendidikan sang perokok.10

Selain hal tersebut telah diketahui bahwa tukang becak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat menggangu kesehatan seperti kebiasaan merokok, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Prof Boedi Darmojo dikatakan bahwa prevalensi merokok sebanyak 96,1% pada tukang becak di Semarang.11 Tingginya prevalensi merokok pada tukang becak ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: minimnya pengetahuan para tukang becak tentang bahaya rokok, bahkan sangat sulit bagi mereka untuk memahami tulisan peringatan yang ada pada setiap label rokok. Faktor lingkungan juga berpengaruh besar terwujudnya dorongan untuk


(47)

merokok dan kemudian menjadi perokok tetap. Pengaruh teman, anggota keluarga dan orang-orang disekitar yang kebanyakan semua merokok. Selain itu, mereka mengakui bahwa dengan merokok mereka mendapatkan kenikmatan semacam rasa tenang.12

Organ pengecapan bagian perifer adalah taste buds. Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa dari serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan membran sel pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.16,20

Zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facialis (saraf VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.21

Penelitian ini didukung oleh adanya teori yang menjelaskan bahwa pada saat rokok yang dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok masuk ke dalam rongga mulut dan mungkin menempel pada gigi, lidah, dan taste buds.3 Iritasi yang terus-menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut. Hal ini menyebabkan nikotin lebih mudah terdeposit menutupi taste bud yang mungkin dapat menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor rasa sehingga mikrovili sulit menterjemahkan impuls sehingga impuls yang diterima tidak seutuhnya sempurna kemudian masuk melalui nervus facial apabila dari daerah 2/3 anterior lidah, nervus glossopharyngeal apabila dari 1/3 posterior lidah, dan melalui nervus vagus apabila dari daerah selain lidah. Kemudian impuls yang tidak


(48)

sempurna tadi yang berhasil diterjemahkan oleh mikrovili akan menyatu di medula oblongata dan masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus yang akan mempersepsikan impuls yang tidak sempurna tadi menjadi persepsi rasa dan sebagai hasilnya terjadilah penurunan sensitivas pengecapan rasa.21

Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan sensitivitas indera pengecap pada perokok kretek dengan non perokok. Sampel penelitian untuk perokok kretek dan non perokok yang mempunyai sifat yang homogen dari umur, status kesehatan umum, jenis kelamin dan kebiasaan. Di samping itu perlakuan yang diberikan akan sama baik kepada sampel perokok kretek maupun non perokok sebagai kontrol.

Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok kretek dapat diketahui selanjutnya sehingga dari dua rasa tersebut terdapat satu rasa yang berpengaruh paling nyata pada perokok kretek. Hal ini penting untuk mengetahui perubahan indera pengecap pada perokok kretek.

3.1 Hipotesis

Hipotesa dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan sensitivitas indera pengecap antara perokok kretek dengan non perokok.

2. Terdapat perbedaan sensitivitas indera pengecap antara rasa manis dan rasa pahit pada perokok kretek.


(49)

3.2 Kerangka Teori

Nukleus tractus solitarius

Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut.

Nervus facial pada 2/3 anterior lidah, nervus glosspharyngeal pada

1/3 posterior lidah, nervus vagus pada pharynx dan epiglotis.

Leminiskus medialis

Post central gyrus

Persepsi indera pengecap normal

Taste buds Taste pore

Pengaruh merokok pada indera pengecap

Saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi mungkin menempel pada gigi, lidah, dan taste bud

Menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap

Perubahan sensitivitas indera pengecap

Medula oblongata

Thalamus Mikrovili


(50)

3.3Kerangka Konsep

Lama merokok: > 3 tahun

Cara merokok: Asap dikeluarkan dari mulut Jumlah konsumsi rokok per harinya : > 5 batang

Perokok kretek

Non Perokok

Pemeriksaan sensitivitas indera pengecap Penurunan sensitivitas indera pengecap Taste buds normal Jenis kelamin :

laki-laki Usia : 40-60

tahun Tidak memiliki kelainan sistemik Tidak terdapat luka/ kelainan pada lidah Menempelnya nikotin

pada taste buds

Sensitivitas indera pengecap yang normal Perbedaaan Rasa manis Rasa Pahit Reseptor manis Reseptor asin Reseptor asam Reseptor pahit


(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4. 1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan dengan Cross Sectional yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko merokok dengan efek yaitu penurunan sensitivitas indera pengecap.

4.2Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di:

1. Kelurahan Padang Bulan Kota Medan dimana peneliti mengambil sampel di wilayah sekitar kampus USU dan Pajak Sore.

2. Laboratorium Kimia FMIPA USU untuk membuat larutan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan larutan selama satu minggu, dilanjutkan dengan pengambilan data selama satu bulan. Pengolahan data dilakukan selama dua minggu, dan diakhiri dengan penulisan hasil dan pembahasan dilakukan selama satu bulan. Keseluruhan penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juli 2012.

4.3Populasi, Sampel dan Besar Sampel 4.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tukang becak di kelurahan Padang Bulan Kota Medan yang beroperasi di wilayah sekitar kampus USU dan Pajak Sore.

4.3.2 Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:

n1 = n2 ≥ σ 2

(Z(1-α/2) + Z(1-β)) 2


(52)

Keterangan:

n1 = besar sampel perokok n2 = besar sampel non perokok

Z(1-α/2) = derajat batas atas; untuk α = 0,05 → Z(1-α/2) = 1,96 Z(1-β) = derajat batas bawah; untuk β = 0,01 → Z(1-β) = 1,282

σ = simpangan baku perkiraan perbedaan

μ1 – μ2 = perkiraan harga mean populasi dari hasil penelitian sebelumnya= 30%= 0,3

Dimana sebelumnya nilai σ dicari dengan rumus:

Keterangan :

σ = simpangan baku perkiraan perbedaan

n1 = besar sampel perokok ; S1 = Standar deviasi n1 n2 = besar sampel non perokok ; S2 = Standar deviasi n2 Perhitungan :

1. Menghitung nilai σ

σ2

= [(n1-1)S12 + (n2-1)S22] (n1-1) + (n2-1)

σ2

= [(13-1)(0,447)2 + (13-1)(0,632)2] (13-1) + (13-1)

σ2

= (2,73+4,79) = 0,299 24

2. Menghitung besar sampel n1 = n2≥ σ2 (Z(1-α/2) + Z(1-β))2 (μ1 – μ2)2

n1 = n2 ≥ (0,299) (1,96+1,282)2 (0,3)2

n1 = n2 ≥ 3,148 ≥ 34,98 0,09

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk perokok adalah 35 orang dan untuk non perokok adalah 35 orang. Jadi, jumlah keseluruhan sampel minimal adalah 70 orang dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 74 orang.

σ2

= [(n1-1)S1 2

+ (n2-1)S2 2

] (n1-1) + (n2-1)


(53)

4.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi

• Status kesehatan secara umum baik

• Memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 5 batang per hari selama sekurang-kurangnya 3 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan (perokok rutin).

• Berusia 40-60 tahun.

• Bersedia mengikut i penelitian. 4.4.2 Kriteria Eksklusi

• Telah berhenti merokok sebelum pengambilan data atau kebiasaan merokok hanya dilakukan sewaktu-waktu.

• Memiliki luka/kelainan pada lidah.

• Memiliki kebiasaan buruk lainnya seperti mengkonsumsi alkohol, menyirih, dll.


(54)

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah:

• Kebiasaan merokok pada tukang becak perokok kretek dan non perokok

4.5.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah:

• Sensitivitas indera pengecap terhadap rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek dan non perokok

Variabel Terkendali

- Konsentrasi larutan percobaan - Kumur-kumur larutan aquades 60ml - Jenis rokok kretek.

- Lama merokok :

Sekurang-kurangnya 3 tahun. - Cara merokok :

Asap dikeluarkan dari mulut. - Jumlah rokok per hari :

Sekurang-kurangnya 5 batang rokok per hari - Tidak menderita penyakit sistemik

Variable Bebas

- Kebiasaan merokok pada tukang becak perokok kretek dan non perokok

Variable Tergantung

- Sensitivitas indera pengecap terhadap rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek dan non perokok

Variabel Tidak Terkendali


(55)

4.5.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah: • Kumur-kumur larutan aquades 60ml • Konsentrasi larutan percobaan • Jenis rokok kretek.

• Lama merokok : Sekurang-kurangnya 3 tahun. • Cara merokok : Asap dikeluarkan dari mulut.

• Jumlah rokok per hari : Sekurang-kurangnya 5 batang rokok per hari • Tidak menderita penyakit sistemik

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali

• Diet

• Suhu Makanan

4.6Defenisi Operasional

a. Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 5 batang per hari sampai habis selama sekurang-kurangnya 3 tahun sampai waktu penelitian dilakukan.

b. Rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau yang memiliki kandungan 40% cengkeh dan 60% tembakau.

c. Perokok kretek adalah seseorang yang merokok dengan jenis rokok kretek. d. Jumlah rokok adalah banyaknya batang rokok yang dihisap oleh seorang

perokok dalam 1 hari.

e. Lama merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok dimulai dari waktu pertama kali sampai penelitian dilakukan minimal 3 tahun.

f. Cara merokok adalah cara seseorang dalam menggunakan rokok yakni perokok mulut dimana asap dikeluarkan dari mulut..

g. Non perokok adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok atau yang telah berhenti merokok minimal selama 1 tahun sampai penelitian ini dilakukan.


(56)

h. Tukang becak adalah seseorang yang berprofesi sebagai penarik becak baik itu becak dayung maupun becak motor sebagai profesi utama maupun profesi sampingan.

i. Sensitivitas adalah kemampuan indera pengecap untuk mempersepsikan rasa manis dan pahit dengan benar.

j. Taste strips adalah alat untuk menguji sensitivitas indera pengecap yang terbuat dari kertas saring dengan ukuran 2 x 8 cm yang telah dikeringkan setelah sebelumnya dicelupkan ke dalam larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

k. Status kesehatan secara umum baik adalah sampel tidak menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.

4.7 Bahan dan Alat Penelitian 4.7.1 Bahan penelitian

Bahan-bahan yang dipakai pada penelitian ini adalah: 1. Aquadest

2. Larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,4 g/mL , 0,2 g/mL, 0,1g/mL, 0,05 g/mL

3. Larutan quinine hidrochloride dengan konsentrasi 0,006 g/mL, 0,0024 g/mL, 0,0009 g/mL, 0,0004 g/mL

4.7.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Beaker glass ( pyrex, Indonesia )

2. Kaca mulut 3. Cotton roll 4. Masker

5. Sarung tangan ( Hand gloves) 6. Tissue


(57)

8. Kertas saring Whatman

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Penelitian sensitivitas indera pengecapan dilakukan dengan menggunakan metode Paper Taste Strips Scoring.33,36

I. Pembuatan Taste Strips

Gambar 8. Taste strips ukuran 2 x 8 cm

II.Uji Sensitivitas Indera Pengecap

Pembuatan Taste strips di Laboratorium Kimia FMIPA USU dengan ukuran 2 x 8 cm dengan area yang dicelupkan ke dalam larutan 2 x 2 cm

Taste strips dicelupkan ke dalam larutan rasa manis dan pahit dengan 4 konsentrasi larutan yang telah ditentukan dan diberi indeks skor Pembuatan Larutan sukrosa dan Larutan quinine hydrochloride dengan konsentrasi yang telah ditentukan di Laboratorium Kimia FMIPA USU


(58)

PAHIT

ASAM

ASIN

MANIS

Penelitian dimulai dengan kedua kelompok sampel tersebut diinstruksikan untuk berkumur dengan aquades sebanyak 60 ml. Kemudian sampel diinstruksikan

Uji pengecapan dengan menggunakan Taste strips

Taste strips diletakkan di seluruh bagian lidah yang terdapat reseptor rasa (4 daerah)

Taste strips dicelupkan pada larutan rasa pahit Taste strips dicelupkan

pada larutan rasa manis

Kumur-kumur dengan larutan aquades 60ml Lidah dijulurkan dan dibersihkan dengan cotton roll

Taste strips diletakkan dimulai dari satu daerah dengan 4 konsentrasi berbeda dimulai dari konsentrasi terendah dan

ditingkatkan sampai ke 4 konsentrasi dicobakan.

Pada saat berpindah dari satu reseptor rasa ke reseptor rasa yang lain, sampel diinstruksikan berkumur-kumur larutan aquades 60 ml

Interpretasi rasa (+) atau (-) Pencatatan

Kesimpulan


(1)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada tukang becak perokok kretek di Kelurahan Padang Bulan kota Medan disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa manis untuk reseptor rasa manis (p = 0.003). Ada perbedaan antara perokok kretek dengan non perokok pada pemeriksaan rasa pahit untuk reseptor rasa pahit (p = 0,001).

2. Rasa manis yang paling berpengaruh terhadap sensitivitas pengecapan pada perokok kretek berada pada reseptor rasa manis (p=0,014). Pemeriksaaan rasa manis yang paling sensitif terdapat di reseptor rasa manis (rerata skor= 3,13). Rasa pahit yang paling berpengaruh terhadap sensitivitas pengecapan pada perokok kretek berada pada reseptor rasa pahit (p=0,002). Pemeriksaan rasa pahit yang paling sensitif terdapat di reseptor rasa pahit (rerata skor= 3,32). 7.2 Saran

1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang sensitivitas indera pengecap antara perokok kretek dengan perokok putih.

2. Untuk penelitian sensitivitas indera pengecap selanjutnya, akan lebih baik apabila dilakukan dengan menggunakan alat seperti electrogustrometry.

3. Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya merokok terhadap rongga mulut yang dapat mengakibatkan penurunan sensitivitas indera pengecap dan jika hal ini berlangsung terus-menerus maka kemungkinan akan berpengaruh juga kepada kesehatan umumnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marya R K. A text book of phisiology for dental students (Taste and Smell). New Delhi: CBS Publishers & Distributors, 2002: 256-9.

2. Sitepu S. Special sense (organ pengecapan: organum gustus). Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran USU, 2008:170-3.

3. Dewi D. Pengaruh kebiasaan merokok terhadap mukosa mulut. Dentika Dental Journal 2005;10(2):132-5.

4. Revianti S. Pengaruh radikal bebas pada rokok terhadap timbulnya kelainan di rongga mulut. Denta Jurnal FKG-UHT 2007;1(2):85-9.

5. KOMPAS. Indonesia negara perokok terbesar se-ASEAN. 11 Oktober 2009. <

6. KOMPAS. 10 Negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. 31 Mei 2009.

7. Wijaya AM. Data dan situasi rokok (cigarette) Indonesia terbaru. 14 Maret 2011.

8. Hobdel MH, Oliveira ER, Bautista R,et al. Oral diseases and sosio-economic status (SES). British Dental Journal 2005;194(2):91-6.

9. Zenab A. Inilah perbedaan rokok putih dan rokok kretek. 16 May 2010. Januari 2012)

10.Centers for Disease Control and Prevention. Pendidikan yang rendah tingkatkan kebiasaan merokok. 18 September 2010. (23 Maret 2012)


(3)

11.Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000:22-3.

12.Aslan Z. Peringatan pemerintah maksudnya apa?. 4 Juni 2011. <

13.Guyton A C. Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan penciuman). Alih Bahasa. Irawati Setiawan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2001:841-6.

14.Sufitni. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran USU, 2008:87-8.

15.Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan pencium). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008:310-3

16.Guyton AC, Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International, 2009:663-7.

17.Leopold D. Disorders of taste aznd smell. Medscape Refference, article overview, 2012.

18.Jacewicz M. Smell and taste disorders (Merck Manual Hand Books). 20 Juli 2008. (12 Juli 2012)

19.Jacob T. A tutorial on the sense of taste (Cardiff University, UK). 10 November

2009.

20.Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran (Pengecapan). Alih Bahasa. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2002:183-6.

21.Khurana Indu. Textbook of human physiology for dental students (Sense of taste). New Delhi: Reed Elsevier India Pvt. Ltd., 2007:767-70.


(4)

22.Zhang Gen-H, Zhang Hai-Y, et al., The Relationship between fungiform papillae density and detection threshold for sucrose in the young males. Journal of Oxford University Press 2008;10(1):93-9.

23.Louise S. Oral mucosal lessions associated with use of quid. Journal de l’Association dentaire canadienne 2004;70(4):244-8.

24.Anonymous. Sejarah rokok. 18 November 2009.

Februari 2012)

25.Anonymous. Rokok. 1 Februari 2012. Februari 2012)

26.Anonymous. Sejarah rokok di Indonesia. 15 April 2009. Februari 2012)

27.Gondodiputro S. Bahaya tembakau dan bentuk-bentuk sediaan tembakau. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung 2007.

28.Fidrianny I, Supradja I, Soemardji A. Analisis nikotin dalam asap dan filter rokok. Acta Pharmaceutica Indonesia 2004;29(3):100-4.

29.Mulyawati Y. Pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. 31 Maret 2004. Subdit Gizi Klinis – Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI.

30.Kasim E. Merokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. Jurnal Kedokteran Trisakti 2001;19(1):9-15.

31.Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Bahaya merokok. 15 Februari 2007.

32.Rachmawati R, Sukardi I. Cara efektif menghentikan kebiasaan merokok pada pasien dengan penyakit periodontal. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM 2009;6(2):57-62.

33.Just T, Pau HW, Steiner S, Hummel T. Assessment of oral trigeminal sensitivity in humans. Eur Arch Otorhinolaryngol 2007;264(1):545-51.


(5)

34.Pavlos P, Vasilios N, Antonia A. Evaluation of young smokers and non-smokers with Electrogustometry and Contact Endoscopy. BMC Ear, Nose and Throat Disorders 2009;9(9):1-7.

35.Banerjee A. Development of an automated Electrogustometer. Thesis in University of Sussex, January 2011.

36.Mueller C, Kallert S, Renner B, et al. Quantitative assessment of gustatory function in a clinical context using impregnated ‘taste strips’. Journal of Rhinology University of Vienna 2003;41(1):2-6.

37.McCullough MJ, Farah CS. The role of alcohol in oral carcinogenesis with particular reference to alcohol-containing mouthwashes. Australian Dental Journal 2008;53:302-5.

38.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar (Laporan Nasional 2007). Jakarta 2008: 174-8.

39.Ganong WF. Review of medical physiology (Taste). 22nd Ed. University of California San Francisco: Mc-Graw Hill Education, 2005:188-91.

40.Sukarno AD, Makky AA, Yuliati. Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada perokok dan non perokok. Oral Biology Dental Journal 2009;1(2):19-23.

41.Article of Diabeteswa (Freedom from Diabetes). Smoking and diabetes. March 2011.

42.Tapilatu RR, Haroen ER, Wihardja R. Comparison on taste threshold between adult male cigarette and clove cigarette smokers using Murphy clinical test method. Padjajaran Journal of Dentistry 2008;20(1):1-4.

43.Roslan AN, Sunariani J, Makky AA. Penurunan sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi berdeterjen (Sodium Lauryl Sulphate 5%). Oral Biology Dental Journal 2009;1(2):19-23


(6)

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor : Tanggal :

a. Ya

KUESIONER PENELITIAN

PERBEDAAN SENSITIVITAS INDERA PENGECAP RASA MANIS DAN RASA PAHIT PADA PEROKOK KRETEK DI KELURAHAN

PADANG BULAN KOTA MEDAN

Nama :

Alamat :

a. Apakah Anda memiliki penyakit sistemik (darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit hati) ?

b. Tidak

b. Apakah anda sedang dalam pengobatan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu?

a. Ya b. Tidak

c. Apakah usia Anda kurang dari 40 tahun atau lebih dari 60 tahun? a. Ya

b. Tidak

d. Apakah Anda mengkonsumsi alkohol? a. Ya

b. Tidak

e. Apakah Anda memiliki kebiasaan menyirih? a. Ya

b. Tidak

Bila salah satu pertanyaan di atas dijawab YA, maka responden tidak dijadikan sampel. Bila jawaban nya TIDAK, responden melanjutkan menjawab pertanyaan berikutnya

1. Berapakah usia Anda?