Biografi Rakutta Sembiring Brahmana (1914-1964)

(1)

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

Eva Angelia Sembiring

060706040

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Eva Angelia Sembiring 060706040

Pembimbing

Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum Nip 195707161985031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembaran Persetujuan Ujian Skripsi

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964) Yang diajukan oleh :

Nama : Eva Angelia Sembiring Nim : 060706040

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing Tanggal

Dra. Wara Sinuhaji, M.Hum Nip 195707161985031003

Ketua Departemen Ilmu Sejarah Tanggal

Dra. Fitriaty Harahap, S.U Nip 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap, S.U Nip 195406031983032001


(5)

Lembar Persembahan

Orang Tuaku Tercinta DaT sembIrInG erIanI br sUrbaKTI enGKaU berharGa DI maTaKU Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah percikan kembang api, Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan aku bisa menjadi terang dunia

Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah sutas senar Tetapi Tuhan Yesus mengatakan hidupku memperindah petikan harpa Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah setetes embun yang tak berarti

Tetapi Tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa aku adalah aliran yang akan menyegarkan dahaga sesamaku Dunia mengatakan aku hanyalah sehelai bulu

Tetapi Tuahn Yesus mengatakan bahwa aku seperti bulu pada sayap rajawali Dunia mengatakan bawha aku hanyalah seorang pengemis

Tetapi Tuhan Yesus menjadikan aku seorang maharaja

Sebab Bagi Allah Tidak Ada Yang Mustahil. (Lukas 1 : 37)

Untuk Kakak & Adik-adik ku Tersayang :

Ika Meyrini S (Nd Diva), Abdi Pranata S (Bp Bryan), Egi Elfionika S (Roku) BY : EVA ANGELIA SEMBIRING


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur penulis ucapakan bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada kekuatan yang dapat penulis anadalkan selain kasih dan berkat dari Tuhan yang setia menyertai dan menemani setiap kehidupan dalam penulis skripsi ini.

Adapun penulisan skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, yaitu Dat Sembiring dan Eriani Br Surbakti, yang penuh dengan kasih mendukung baik dari segi moral maupun moril, membimbing dan mendoakan pembimbing selama ini. Begitu juga dengan penuh kasih penulis persembahkan untuk saudara-saudari penulis yang terkasih yaitu, Ika Meyrini, Abdi Pranata dan Egi Elfionika . Terima kasih banyak buat kasih sayang kalian. Demikain juga penuh rasa hormat penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara berserta staf dan pegawainya.

2. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah FS-USU dan Dra. Nurhabsyah M. Si selaku seketaris Departemen, yang telah membantu penulis selama dalam masa perkulihan.

3. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan telah banyak meluagkan waktu untuk membimbing penulis. Amarahnya bapak semangat bagi ku dalam menulis skripsi ini, dan semoga Tuhan akan memberikan berkatNYA kepada bapak dan keluarga.


(7)

4. Pak Pertampilan Sembiring Brahmana, yang telah banyak memberikan penulis inspirasi dalam menyelesiakan skripsi ini dan terkhusus buat keluarga besar Rakutta Sembiring Brahmana yang telah memberikan informasi kepada penulis.

5. Sahabat-sahabatku stambuk 06, seninia ku, Alda Risma, kar-kar, Derni, Idez , Er-er, Friyanti, Uci, Ica, Angie, Tur Wilson, Ones, B”Erik, B” Brat dan yang terkhusus buat Sancai yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman Sepelayanan ku K”Rina, K”Les, K”Fida, Desy, B”Damen, B”Dana B:Gendon, Lena, Nova, Wati, Wanda, K”Ros dan K” Ida. Terimakasih atas doa kalian semua.

7. Buat seseorang yang aku sayangi, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini. I Miss U.

Akhirnya unuk seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari segi materi dan moril dalam menyelesaikan pendidikan terkhusus selama penulisan skripsi ini, saya ucapkan banyak terimakasih. Semoga semua kebaikan yang penulis dapatkan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2010 Penulis


(8)

ABSTRAK

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914. Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Tulisan ini membahas latar belakang sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah.

Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, aktivitas politik selama menjabat sebagai pemimpin dan akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakini, metode kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).


(9)

ABSTRAK

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914. Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Tulisan ini membahas latar belakang sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah.

Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, aktivitas politik selama menjabat sebagai pemimpin dan akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakini, metode kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang.

Kemajuan atau kemunduran suatu daerah atau wilayah tidak bisa terlepas dari figur seorang sosok pemimpinnya, karena melayani kepentingan rakyat yang dipimpinnya adalah tujuan utama dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang berjuang untuk membawa rakyatnya keluar dari keterpurukan. Usaha-usaha inilah yang kemudian dihargai masyarakat dan pemerintah. Salah satu cara untuk memberikan penghargaan tersebut adalah dengan mengabadikan nama pemimpin tersebut dalam nama gedung atau jalan.

Untuk memahami peranan para tokoh pemimpin di masa lalu saat ini sudah sangat sulit mengingat orang–orang yang hidup sezaman dengan mereka semakin sedikit, karena sudah banyak yang meninggal dunia. Untuk itu perlu dicari cara lain untuk melihat seberapa besar peran dan perjuangan mereka di masa lalu melalui jejak–jejak yang mereka tinggalkan. Jejak–jejak ini dapat berupa tulisan maupun keterangan-keterangan lisan dari orang yang mengenal tokoh tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung mengenai kehidupan para tokoh tersebut.

Dalam khasanah buku yang menceritakan kisah tentang seorang “tokoh”, paling tidak dikenal dalam tiga jenis. Pertama otoboigrafi, yang merupakan kisah perjalanan kehidupan seseorang yang ditulis sendiri oleh sang “tokoh”. Kedua memoar, yang merupakan tulisan kenang-kenangan tentang seseorang yang ditulis oleh banyak orang yang pernah mengisi dinamika kehidupan sang tokoh, baik kawan


(11)

sekolah, kolega, atasan, bawahan, kerabat, maupun orang lain yang pernah mengenalnya. Ketiga biografi, adalah kisah perjanalan kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain berdasarkan informasi dari si tokoh maupun nara sumber lain.1

Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah Indonesia merdeka beliau dipercayakan untuk menjadi salah satu pemimpin di wilayah Sumatera bagian Utara yaitu sebagai bupati di Tanah Karo. Pada awal beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946, beliau masih berusia 32 tahun. Usia yang sangat muda untuk dapat menjadi seorang bupati. Artinya Rakutta Sembiring Brahmana Penulis dalam tulisan ini menggunakan bentuk yang ketiga yaitu biografi, karena di sini penulis bertugas sebagai penulis riwayat hidup seseorang.

Biografi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang bisa diberikan kepada tokoh yang berperan penting di tengah-tengah masyarakat. Di samping itu, biografi mempermudahkan orang untuk mempelajari sejarah. Banyak orang sangat sulit bahkan tidak dapat mempelajari sejarah melalui tema-tema sejarah, akan tetapi lebih mudah memasuki masa-masa yang silam melalui biografi.

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Hal ini dikarenakan oleh kekurangtahuan masyarakat luas akan tokoh-tokoh penting di masa lampau. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914.

1

Safrin, Lagut S, dan Ngadimin, 70 Tahun O K Harmaini Nuansa Suara Para Sahabat, Medan: USU Press, 1997, hal. 1-2.


(12)

mempunyai prestasi yang sangat cemerlang dalam kariernya, karena tidak semua orang dapat memperoleh jabatan yang menjanjikan seperti itu dalam usia yang sangat muda.

Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Penulisan biografi beliau dibuat untuk mencoba mengungkapkan sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah. Penelitian ini membahas mengenai biografi Rakutta Sembiring Brahmana pada periode 1914-1964. Periode 1914 sebagai periode awal dari penelitian ini merupakan tahun kelahiran dari Rakutta Sembiring Brahmana, sedangkan tahun 1964 sebagai akhir dari penelitian ini karena tahun tersebut merupakan tahun meninggalnya Rakutta Sembiring Brahmana. Atas dasar pemikiran di atas maka penelitian ini diberi judul “Biografi Rakutta Sembiring Brahmana (1914-1964)”.


(13)

Masalah merupakan landasan awal dari sebuah penelitian. Dengan adanya masalah maka sebuah penelitian memiliki orentasi, fokus dan sebuah kepastian dalam aktivitasnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai biografi Rakutta Sembiring Brahamana sejak tahun 1914 sampai dengan 1964.

Adapun pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana ?

2. Bagaimana kegiatan politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa ia menjabat sebagai Pemimpin ?

3. Bagaiamana masa akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana dari kecil hingga dewasa, pendidikannya dan pengalaman organisasi sosial politiknya.

2. Menjelaskan aktivitas politik Rakutta Sembiring Brahmana selama ia menjabat sebagai pemimpin.

3. Menjelaskan bagaimana akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.


(14)

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa secara umum dan mahasiswa Ilmu Sejarah khususnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Tanah Karo, Simalungun dan Asahan karena dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai salah satu tokoh pemimpin daerahnya di masa lalu.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam hal membuat kebijakan yang berhubungan dengan pemimpin-pemimpin yang berjasa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar pemerintah lebih memahami mengenai peranan tokoh-tokoh yang pernah berjasa di republik ini, dengan demikian pemerintah lebih memperhatikan dan memberikan penghargaan yang pantas terhadap tokoh tersebut.

1.4 Telaah Pustaka.

Dalam penulisan karya ilmiah memerlukan pembahasan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mendukung penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis memakai beberapa buku dari disiplin ilmu yang menurut penulis berkaitan langsung dengan permasalahan.

Definisi Biografi menurut Tridah Bangun dalam bukunya yang berjudul “Koran Karo-Karo Pejoang ’45 Multi Dimensi” adalah riwayat hidup seorang pejuang yang disebarluaskan kepada generasi penerus supaya kaum muda itu lebih mengetahui secara rinci hal-hal yang diperjuangkan para pejuang terutama, semasa


(15)

perang kemerdekaan 1945-1949.2

Dalam buku “Pemikiran Biografi dan Kesejarahan: suatu kumpulan prasaran pada berbagai lokakarya” biografi adalah salah satu cara atau usaha menghormati dan menghargai jasa-jasa seorang pahlawan dan tokoh perjuangan kemerdekaan dan kejayaan Indonesia, ialah mengabdikan beliau itu dengan segala cita-cita dan gagasan-gagasan beliau, perjuangan dan jasa-jasa beliau dalam bentuk sebuah penulisan riwayat hidup atau biografi.

Buku ini dapat dijadikan penulis sebagai sarana perbandingan untuk menulis biografi Rakutta Sembiring Brahmana. Di samping itu juga, buku ini dapat dijadikan penulis sebagai sumber informasi karena buku ini juga mengisahkan mengenai kondisi Tanah Karo pada masa Jepang dan Kemerdekaan, serta mengisahkan mengenai tokoh-tokoh pergerakan yang ada pada zaman itu salah satunya adalah Rakutta Sembiring Brahmana.

3

Menurut Charles J Keating dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya, mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk Penulisan dan buku-buku biografi pahlawan– pahlawan dan tokoh-tokoh nasional Indonesia juga dan terutama dimaksudkan untuk membina jiwa pahlawan dan memelihara kesegaran jiwa pahlawan di dada rakyat Indonesia terutama generasi muda Indonesia dan mewujudkan cita–cita perjuangan para pahlawan dan tokoh nasional kita.

2

Tridah Bangun, Koran Karo-Karo Pejoang’45 Multi Dimensi, Medan: Tani Namura, 2002, hal. 1.

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Pemikiran Biografi dan Kesejarahan: Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Lokakarya, Jakarta,1983, hal. 70.


(16)

mencapai suatu tujuan bersama.4 Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas, gaya kepemimpinan dan faktor–faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Tugas kepemimpinan ada dua yaitu Task Function dan Relation Function.5

Sedangkan menurut J Kaloh dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Daerah” arti kepemimpinan dibagi atas tiga. Pertama, kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. Kedua, kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang terkait dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Dan yang ketiga, pemimpin itu sendiri adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan, dan s ituasi.6

Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah

1.6 Metode Penelitian.

7

4

Charles J Keating, Kepemimpinan Teori Dan Pengembangan (terj. A. M Mengunhardjana), Yogyakarta: Kansius, 1986, hal 9-10.

5Task Function yaitu pekerjaan yang harus diselesaikan dan Relation Function yaitu kekompakan orang-orang yang dipimpinnya.

6

Kaloh J, Kepemimpinan Kepala Daerah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 5. 7 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, hal. 94-97.

sangatlah penting. Sejumlah sistematika penelitian terangkum dalam metode sejarah setiap peneliti dalam merekontruksi objek masa lampau. Adapun prosedural dalam pengumpulan data penelitian ini tidak terlepas dari empat tahapan penelitian yaitu tahap pencarian atau pengumpulan data, tahap kritik terhadap data ( kritik intern dan


(17)

kritik ekstern), tahap menginterpretasikan data dan tahap penulisan atau historiografi.8

8

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta; UI Press, 1985, hal. 8-9.

Pada tahap pertama (Heuristik) merupakan tahap pencarian atau pengumpulan data menggunakan dua metode, yaitu pengumpulan data lewat penelitian kepusatakan

(library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan tujuan memperoleh data tertulis berupa buku, kitab-kitab, arsip atau laporan sumber tertulis lainnya. Dengan telaah semacam ini penulis mendapat bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai perbandingan atau tolak ukur terhadap bahan-bahan yang diperoleh dilapangan. Pengumpulan data dengan penelitian lapangan dilakukan melalui teknik wawancara terhadap beberapa informan khususnya informan yang berhubungan langsung dengan Rakutta Sembiring Brahmana ataupun masyarakat yang terlibat langsung pada masa kepemimpinanya. Dalam hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran langsung ke daerah penelitian terutama Tanah Karo, Asahan, dan Pemantang Siantar.

Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua ialah tahap kritik sumber, untuk mendapatkan faktor kebenaran, keaslian data ataupun fakta yang diperoleh. Dalam tahapan ini, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah terkumpul untuk mencari dan mendapatkan keaslian sumber tersebut baik dari segi material maupun substansialnya. Crosscheck adalah satu hal yang dapat digunakan untuk mendapatkan kevalidan data.


(18)

Setelah pengujian dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga adalah tahap interpretasi.9

9

Interpretasi adalah tahap penafsiran atau menganalisa data-data yang diperoleh sehingga melahirkan suatu analisa baru yang sifatnya objektif dan ilmiah dari objek yang akan diteliti.

Dalam tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya dianalisa oleh penulis untuk menghasilkan sebuah sintesis dari objek yang penulis teliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang memuat tahap interpretasi menjadi sangat vital.

Pada tahap terakhir (Historiografi) merupakan tahapan di mana sintesis yang telah diperoleh dijabarkan secara kronologis dan sistematis. Dalam hal ini, aspek kronologis menjadi perhatian utama penulis termasuk penulisannya yang harus sistematis.


(19)

BAB II

KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA

2.1 Masa Kecil Rakutta Sembiring Brahmana.

Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran tinggi Tanah Karo tepatnya Desa Limang. Pada masa pendudukan Belanda, Desa Limang termasuk ke dalam wilayah Landschaap10 Sarinembah khususnya Urung Perbesi.11 Saat ini Desa Limang merupakan salah satu Desa yang berada pada wilayah Kecamatan Tiga Binanga. Mayoritas masyarakat Desa Limang berasal dari klan Marga Sembiring12 khususnya Sembiring Brahmana.13 Hal ini terjadi karena menurut sejarah yang beredar di dalam masyarakat desa ini, pendiri Desa Limang adalah Marga Sembiring Brahmana. Oleh karena itu tidak mengherankan bila hingga saat ini marga Sembiring Brahmana mendominasi wilayah Desa Limang. Desa Limang ini didirikan oleh Sembiring Brahmana sekitar tahun 1650-1700. Perhitungan ini didasarkan kepada generasi keempat Singian Sampalen yaitu Mangasi Sembiring Brahmana (1841-1923) dan Mbeliting Sembiring Brahmana (1943-1924).14

10

Landschaap yaitu pemerintahan bumiputra. Pemerintahan (Landschapp) dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.

11

Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Salah Seorang Penggerak Revolusi Kemedekaan Di Sumatera Utara, Jakarta: Haji Masagung, 1994, hal. 16.

12

Sembiring merupakan salah satu marga dari lima marga inti pada masyarakat Karo yang dikenal dengan Merga Silima. Adapun marga-marga yang termasuk dalam Merga Silima ini antara lain, Tarigan, Ginting, Karo-Karo, Sembiring dan Perangin-angin.

13

Sembiring Brahmana merupakan cabang dari Marga Sembiring. Ada beberapa cabang dari Marga Sembiring ini antara lain, Brahmana, Pandia, Colia, Meliala, Muham, Maha, Pelawi, Pandebayang, Depari, Tekang, Gurukinaya, Buhuaji, Keling, Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki, dan Sinukapar.

14


(20)

Rakutta Sembiring Brahmana lahir dari buah cinta perkawinan pasangan Malem Sembiring Brahmana dengan Bayang Tua br Sebayang. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yaitu, Rakutta Sembiring Brahmana sebagai putera sulung, Ngaloken Sembiring Brahmana sebagai putera kedua, dan yang terakhir pasangan ini dikaruniai seorang puteri, namun nama dan jejaknya tidak diketahui karena pada saat usianya yang masih belia ia meninggal dunia, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Nama Rakutta Sembiring Brahmana yang diberikan oleh kedua orangtuanya diambil dari Bahasa Karo yang artinya pengikat. Nama ini diberikan dengan harapan kelak Rakutta dapat menjadi pengikat atau pemersatu dalam keluarga.

Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana memiliki lima orang isteri. Isteri pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung dari Rakutta sendiri. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf terdahulu, pasangan ini memiliki tiga orang anak. Sesuai kebiasan dalam masyarakat Karo, nama anak pertama dijadikan sebagai nama panggilan bagi orangtuanya. Oleh karena Rakutta merupakan anak pertama, maka ayahnya dipanggil dengan Pa Rakutta dan ibunya dipanggil dengan Nd Rakutta.

Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima orang anak, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak tersebut adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd Bahari br Sembiring Brahmana, Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari Sembiring Brahmana, dan Dr Kamsah Sembiring Brahmana. Isteri kedua ini kemudian akhirnya cerai dari ayah Rakutta Sembiring Brahmana karena beliau tidak menyetujui adanya


(21)

pernikahan-pernikahan selanjutnya setelah pernikahan-pernikahanya. Setelah cerai isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana ini tidak pulang ke rumah orangtuanya. Beliau tetap tinggal di Desa Limang karena tidak diijinkan oleh saudara laki-lakinya pulang ke rumah orangtuanya.

Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah perempuan. Adapun nama ketiga anak ini adalah Ronang br Sembiring Brahmana, Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring Brahmana.

Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana menikahi seorang gadis bernama Kapalen br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama anak-anak dari pasangan ini antara lain Banta Mulia br Sembiring Brahmana, Imat Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan Rajun sembiring Brahmana.

Pernikahan kelima sekaligus merupakan pernikahan terakhir dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai marga yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur br Sembiring Brahmana, Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana,Tuah br Sembiring Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana.

Seluruh isteri dari Malem Sembiring yang merupakan ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana ini hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena


(22)

pada dasarnya mereka masih mempunyai ikatan kekerabatan yang sangat dekat. Bahkan isteri keempat dan kelima tinggal bersama dalam satu atap. Setelah meninggal isteri-isteri dari Malem Sembiring Brahmana ini dikuburkan dalam satu semen kecuali isteri kedua karena beliau telah diceraikan oleh ayahanda Rakutta Sembiring Brahmana ini.

Zaman dahulu, sebelum dan sesudah kedatangan Belanda ke Tanah Karo, menikah lebih dari sekali dan mempunyai isteri yang banyak merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Alasannya sangatlah beragam seperti untuk membina hubungan kekeluargaan yang erat dengan famili di beberapa desa. Demikian dengan pernikahan ayah Rakutta yang sampai lima kali juga merupakan hal yang biasa dan tentunya memiliki alasan. Pernikahan ini terjadi karena adanya perjodohan. Orangtua dari kelima isterinya ini menjodohkan puterinya dengan Malem Sembiring Brahmana karena beliau merupakan salah satu tokoh penetua adat yang terpandang dan terkaya di daerahnya. Malem Sembiring Brahmana ini mempunyai ternak kerbau yang cukup banyak. Di samping itu juga beliau memiliki tanah yang cukup luas, sehingga orangtua dari kelima isterinya ini yakin bahwa kehidupan anaknya tidak akan sengsara bersama Malem Sembiring Brahmana.

Malem Sembiring Brahmana ini dikenal sebagai orang yang pemberani. Hal ini ditunjukkan dari cerita yang dilontarkan anak bungsunya Riah br Sembiring Brahmana. Beliau menuturkan bahwa ayahnya mempunyai sekitar 400 ekor kerbau yang dipelihara dalam tanah yang sangat luas di dekat hutan. Akibat letaknya yang sangat berdekatan dengan hutan, kerbau ini sering diintai oleh harimau untuk dimakan sehingga agar menghindari supaya kerbau ini tidak dimakan maka Malem


(23)

Sembiring Brahmana harus menjaganya. Beliau tidak takut dalam menghadapi binatang buas ini dan tidak segan-segan untuk menembaknya apabila kerbau miliknya sudah terancam bahaya. Dalam menjaga kerbau ini Malem Sembiring Brahmana tidak pernah melibatkan anak-anaknya termasuk Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta sembiring Brahmana bersama saudara-saudaranya cukup tinggal di kampung bersama ibunya.15

Dari penjelasan pada paragraf terdahulu Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai dua orang saudara kandung dan 17 orang saudara tiri. Jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit dalam sebuah keluarga. Semua anak-anak dari Malem Sembiring Brahmana ini hidup dengan rukun dan didik agar kelak menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat banyak. Meskipun Rakutta mempunyai adik-adik tiri, beliau tidak pernah membeda-bedakan antara adik kandung dan adik tiri. Semua saudaranya diperlakukanya sama. Rakutta Sembiring Brahmana sering sekali berkumpul bersama adik-adik tirinya meski mereka tidak tinggal satu atap. Kebiasaan-kebiasaan Rakutta Sembiring Brahmana yang seperti ini tetap berlangsung hingga ia menikah kelak. Bagi adik-adiknya dia dikenal sebagai seorang abang yang mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Didikian seperti ini mengakibatkan dikemudian hari Rakutta peka memperhatikan kondisi orang-orang disekelilingnya terutama setelah ia menjadi dewasa seperti mengikuti perjuangan kemerdekaan

Keberanian Malem Sembiring Brahmana ini turun pada putera sulungnya Rakutta Sembiring Brahmana yang tampak pada pergulatannya dalam dunia politik ketika ia sudah dewasa.

15


(24)

Republik Indonesia dan ketika beliau kelak menjadi salah satu tokoh penting di Sumatera Utara (Bupati dan walikota).

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih anak-anak, beliau sering mengikuti ayahnya dalam acara-acara adat seperti perkawinan, kemalangan, memasuki rumah baru, begitu pun upacara ritual menurut kepercayaan leluhur. Hal ini tidak mengherankan, karena ayah dari Rakutta ini sendiri adalah seorang penetua adat yang kerap kali dipanggil untuk menghadiri berbagai acara. Seringnya Rakutta mengikuti ayahnya dalam berbagai acara adat mengakibatkan lambat laun ia mengetahui mengenai adat-adat karo. Beliau juga sering berdiskusi dengan ayahnya mengenai adat-adat karo yang belum ia mengerti. Dengan demikian maka pemahaman mengenai adat-adat ini akan semakin banyak. Pemahaman Rakutta Sembiring Brahmana terhadap adat karo kelak dituliskannya dalam sebuah buku yang berjudul ‘’ Corat Coret Budaya Karo’’.

Sama halnya dengan anak-anak sebayanya Rakutta Sembiring Brahmana juga menyenangi permainan-permainan yang sering dimainkan pada saat itu seperti sepak bola, catur, kelereng, gasing dan sebagainya. Dia juga dikenal sebagai anak yang pintar. Namun seperti anak-anak pada umumnya, Rakutta juga tidak terlepas dari kenakalan-kenakalan kecil yang sering dilakukan oleh anak-anak. Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah mau mengalah apabila ia merasa apa yang dia lakukan itu benar. Demikian juga ketika adik-adiknya diperlakukan tidak adil oleh orang lain ia akan melawan dan memarahi adiknya itu apabila tidak mau melawan orang tersebut. Sifat seperti ini tetap dipertahankannya hingga ia menikah dan mempunyai anak. Konsep untuk melawan jika benar ia terapkan kepada anak-anaknya kelak.


(25)

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari salah satu adik tiri Rakutta Sembiring Brahmana, abang sulungnya ini mempunyai beberapa teman sepermainan yang sangat dekat yakni Ngerimi Ketaren dan Tandel Brahmana.16

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih duduk di bangku Sekolah Rakyat yang dikenal dengan sebutan HIS (Holland Inlandsch School) ibu kandung dari beliau yaitu Bayang Tua br Sebayang dipanggil oleh Tuhan Yang maha Esa untuk Ketika Rakutta Sembiring Brahmana menginjakan usia sekitar delapan tahun tepatnya pada tahun 1924, beliau memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya. Kedua orangtua Rakutta sepakat untuk menyekolahkan anak sulungnya ini di Sekolah Rakyat yang dikenal dengan HIS (Holland Inlandsch School). Pada masa itu belum ada sekolah di Desa Limang, oleh karena itu orangtuanya kemudian menyekolahkannya di Kabanjahe. Jarak antara Kabanjahe dan Limang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan apabila Rakutta Sembiring Brahmana untuk pergi bersekolah setiap harinya dengan pulang pergi, sehingga pada saat itu Rakutta dititipkan orangtuanya di tempat neneknya di Kabanjahe. Sejak saat itu Rakutta Sembiring Brahmana tidak tinggal bersama orangtuanya lagi. Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana telah tinggal bersama neneknya, namun kedua orangtuanya kerap kali mengunjunginya dan demikian juga sebaliknya beliau juga sering mengunjungi orangtua dan sanak saudaranya di kampung halamanya Desa Limang terutama pada saat libur sekolah berlangsung. Biaya kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana setelah tinggal bersama neneknya di Kabanjahe tetap ditanggung oleh kedua orangtuanya.

16


(26)

menghadap kepadaNYA. Peristiwa ini tentunya melukiskan luka yang mendalam bagi Rakutta Sembiring Brahmana yang masih kecil. Kehilangan salah satu orang yang paling dicintainya membuatnya sedikit rapuh. Namun sebagai seorang anak laki-laki yang paling sulung dan berjiwa besar, Rakutta tidak larut dalam kesedihan. Rakutta Sembiring Brahmana pun akhirnya bangkit dan kembali pada kegiatannya seperti biasa.

2.2 Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.

Setelah tamat dari HIS (Holland Inlandsch School) pada tahun 1927, Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan sekolahnya di Taman Siswa yang berada di Kota Medan. Selama Rakutta Sembiing Brahmana di Medan, ia tinggal bersama salah satu kerabatnya bernama Hj Harun yang dikenal dengan julukan Pak Haji. Rakutta Sembiring Brahmana tinggal di Kampung Lalang Medan bersama pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan tidak mempunyai anak, oleh karena itu mereka kemudian mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak angkat mereka.17

17

Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 24 Juli 2010.

Sejak ia diangkat menjadi anak oleh keluarga Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai orangtua kedua selain ayah dan ibu kandungnya yang tinggal di Desa Limang. Selama ia tinggal di rumah Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak yang mandiri. Rakutta Sembiring Brahmana tidak segan-segan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan piring, mengepel lantai


(27)

bahkan memasak yang pada umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini menunjukkan perubahan pada Rakutta Sembiring Brahmana kecil menjadi anak yang mulai beranjak remaja. Hal-hal yang tidak pernah ia lakukan di kampung halamanya seperti pekerjaan rumah kini harus ia lakoni. Kerajinan dan kemandirian Rakutta Sembiring Brahmana inilah yang menyebabkan orangtua angkatnya ini sangat menyayanginya. Rakutta Sembring Brahmana menunjukkan bahwa ia bisa menjadi anak yang tidak mengandalkan harta kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya.

Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke sekolah lanjutan yang dikenal dengan Taman Siswa pada tahun 1927. Selama sekolah di Taman Siswa ini, ia dikenal dengan anak yang mudah bergaul dan banyak disenangi orang, oleh karena itu tidak mengherankan apabila Rakutta Sembiring Brahmana sangat dekat dengan gurunya salah satunya ialah Pak Sugondo. Rakutta Sembiring Brahmana juga dikenal sebagai anak yang mempunyai prestasi yang membanggakan karena ia termasuk ke dalam ranking kelas.

Selama bersekolah di Taman Siswa Medan, Rakutta Sembiring Brahmana kerap kali pulang ke kampung halamanya di Desa Limang terutama pada saat sekolah libur. Untuk sampai ke kampung halamanya Rakutta Sembiring Brahmana harus naik angkutan dari Medan yang pada saat itu sangat sulit ditemukan. Satu-satunya angkutan umum yang menghubungkan Medan-Berastagi adalah PMG (Persatuan Motor Gunung). Dengan angkutan ini Rakutta Sembiring Brahmana bisa sampai ke Desa Perbesi dan dari desa ini kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Limang dengan berjalan kaki. Perjalanan dari Desa Perbesi ke Desa Limang dapat ditempuh


(28)

dengan berjalan kaki selama 3 jam. Perjalanan ini terpaksa dilakukan karena tidak ada angkutan yang sampai ke desa ini.

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamanya di Desa Limang, beliau tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau. Biasanya selama liburan Rakutta Sembiring Brahmana menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku atau menulis. Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat menyenangi buku-buku yang berbau politik. Meski Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau, kedua orangtuanya tidak pernah memarahinya karena mereka menyadari hobbi dari anak sulungnya ini.

Selama Rakutta Sembiring Brahmana sekolah di Taman Siswa, beliau tetap dibiayai oleh orangtuanya. Biaya kehidupannya terkadang diantar oleh ayahnya ke Medan, lain waktu dikirim lewat pos, dan terkadang juga dibawa oleh Rakutta Sembiring Brahmana ketika beliau ketepatan pulang ke kampung halamannya.

Rakutta Sembiring Brahmana mulai menunjukkan ketertarikanya di dunia politik sejak ia masuk ke sekolah Taman siswa. Di sekolah ini beliau ikut dalam organisasi sekolah yang ditujukan untuk seluruh siswa Taman Siswa. Organisasi yang diikuti oleh Rakutta Sembiring Brahmana di Taman Siswa ini berupa organisasi bawah tanah. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi tersembunyi dan tak boleh diketahui keberadaanya oleh pemerintah Belanda. Keikutsertaan Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi sekolah ini dikarenakan kewajiban yang dibebankan oleh pihak sekolah kepada seluruh siswa Taman Siswa. Guru-guru dari Sekolah Taman Siswa ini kebanyakan berkecimpung di dalam dunia politik, sehingga


(29)

mereka mengajak siswanya untuk turut serta dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda.

Ikut sertanya Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi bentukan sekolahnya secara tidak langsung menambah pemahamannya akan dunia politik. Didikan dari Taman Siswa ini juga membentuk kepribadian Rakutta Sembiring Brahmana yang berani mengambil resiko dalam menentang penjajah. Rakutta sembiring Brahmana semakin peka akan nasib bangsanya sehingga ia mau meninggalkan kemewahan yang ia dapatkan dari orangtuanya dan bergabung bersama pejuang-pejuang di era 1930-an itu. Selama sekolah di Taman Siswa beliau telah masuk menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Setelah tamat dari Sekolah Taman Siswa Medan pada tahun 1930, beliau melanjutkan kenjenjang yang lebih tinggi lagi. Beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama yaitu Taman Siswa Medan. Pada pertengahan tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana meninggalkan pendidikannya karena keinginanya untuk masuk menjadi anggota Partindo. Masuknya Rakutta Sembiring Brahmana ke dalam organisasi Partindo tidak terlepas dari dibubarkannya Partai Nasional Indonesia (PNI).

2.3 Kehidupan Berumahtangga.

Setelah berhenti dari Taman Siswa, Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamannya di Desa Limang. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian disarankan oleh ayahnya untuk segera berumah tangga, dan karena itu adalah permintaan ayahnya, Rakutta Sembiring Brahmana tak kuasa menolak sehingga ia


(30)

meluluskan permintaan dari orangtua yang sangat dikasihinya itu. Seperti pada umumnya masyarakat Karo, biasanya seorang laki-laki disarankan oleh orangtua untuk menikahi anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya yang lajim disebut

impal. Perkawinan dengan impal menurut pola kekerabatan masyarakat Karo merupakan perkawinan yang ideal. Perkawinan ini diharapkan dapat menjaga agar tali kekerabatan tetap terjalin terus-menerus. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian disuruh untuk memilih salah satu dari puteri pamannya (mama) untuk dijadikan pendamping hidupnya. Rakutta Sembiring Brahmana memantapkan pilihanya kepada salah seorang anak perempuan pamannya bernama Ngamini br Sebayang.

Rakutta Sembiring Brahmana akhirnya menikahi impalnya. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan impalnya Ngamini br Sebayang dilaksanakan di Desa Perbesi. Pernikahan ini dilaksanakan di Desa Perbesi karena desa tersebut merupakan desa tempat isterinya berasal. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang dilakukan dengan acara adat Karo. Pada hari yang telah ditentukan dilaksanakanlah pesta perkawinan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang. Hari itu semua sangkepnggeluh dari kedua belah pihak hadir untuk memuliakan pesta perkawinan itu. Apabila pesta diadakan sintua (agung), yakini dengan memotong kerbau dan erkata gendang, dan kalimbubu membawa ose anak berunya (sukut). Pertama-tama kalimbubu si ngalo ulu emas akan memasangkan

ose penggantin laki-laki dan si nereh memasangkan ose pengantin perempuan. Selanjutnya semua sukut iosei oleh kalimbubu si ngalo ulu emas janah simaba ose


(31)

-nya masing-masing. Selesai rose acara pun dimulai.18

Rakutta Sembiring Brahmana sering mengajak teman-teman seperjuangannya untuk berkumpul dan makan bersama di rumahnya. Rakutta Sembiring Brahmana sangat senang menjamu teman-temannya, dan alangkah malunya dia apabila ada tamu yang datang ke rumahnya pulang belum makan. Ada beberapa nama teman sepergerakan Rakutta Sembiring Brahmana yang berhasil didapatkan oleh penulis antara lain: Munaf Munir, Jakob Siregar, Keras Surbakti, Rim Perangin-angin dan Dalam pelaksanaan pesta perkawinan ada ini dipotong beberapa kerbau milik orangtuanya, selain karena ayahnya mempunyai kerbau yang cukup banyak, juga karena yang menikah adalah putera sulung. Seharusnya dilakukan demikian sesuai dengan adat istiadat perkawinan di tengah-tengah masyarakat Karo.

Setelah menikah Rakutta Sembiring Brahmana beserta isterinya menetap di Desa Limang. Meski Rakutta Sembiring Brahmana telah menikah, beliau tidak pernah meninggalkan kesibukannya di dunia politik, beliau justru lebih gencar melakukan kegiatan politik setelah ia menikah. Rakutta kerap kali meninggalkan isterinya sendirian dan pergi ke desa-desa yang ada di Tanah Karo untuk menyampaikan pidato-pidatonya. Rakutta Sembiring Brahmana sering tidak pulang ke rumah hingga berhari-hari bahkan sampai satu minggu. Hal-hal seperti ini tidak membuat isterinya marah karena ia sangat mengerti dan mendukung kegiatan suaminya itu.

18


(32)

Selamet Ginting.19 Rakutta Sembiring Brahmana dan teman-teman sepergerakanya tidak hanya berkumpul di Desa Limang. Mereka mempunyai beberapa tempat perkumpulan dan biasanya tempatnya berpindah-pindah setiap saat. Adapun tempat-tempat yang sering dijadikan mereka sebagai tempat-tempat pertemuan antara lain: Tiga Nderket, Tiga Binanga dan Kota Cane. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan jejak mereka dari Belanda karena pada waktu itu bagi orang-orang yang dianggap membangkang dan melawan terhadap Belanda pasti ditangkap. Meskipun nyawanya terancam apabila sewaktu-waktu Belanda mengetahui keterlibatan dirinya dalam pergerakan, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah takut. Salah satu alasannya adalah ayahanda Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan controller (pengawas)20

Dari pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan isterinya Ngamini br Sebayang, beliau dikaruniai enam orang anak yang terdiri dari tiga orang putera dan

Belanda dan para Sibayak.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai seseorang yang sangat senang dengan makanan. Beliau mempunyai makanan favorit yaitu jengkol. Makanan favoritnya ini selalu dibawa kemana saja dia pergi, bahkan ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin pun jengkol ini tetap menjadi menu andalan beliau. Jengkol tersebut bahkan sampai diselipkannya dikantong jasnya. Di samping jengkol beliau sangat menyenangi sayur-sayuran terutama yang direbus. Sayuran favorit beliau adalah daun pepaya.

19

Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 23 Juli 2010.

20

S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoevel, 2003, hal .127.


(33)

tiga orang puteri. Adapun nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana dan Ngamini br Sebayang adalah:

1. Brahmaputera Sembiring Brahmana 2. Netapken Sembiring Brahmana 3. Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana 4. Padjariah br Sembiring Brahmana 5. Asahanifah br Sembiring Brahmana 6. Patih Muka br Sembiring Brahmana

Nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana pada umumnya dipengaruhi oleh nama-nama yang berbau Islam. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu Rakutta Sembiring Brahmana yang pernah tinggal bersama keluarga haji.

Selama di Desa Limang isteri Rakutta Sembiring Brahmana hidup dari bertani. Beliau harus mendidik anak-anak mereka sendirian karena suaminya sering sekali berpergian untuk kegiatan politik. Pernah suatu ketika pada masa pendudukan Jepang di Tanaha Karo, Rakutta Sembiring Brahmana diminta oleh ayahnya untuk meninggalkan kegiatan politiknya. Hal ini dimaksudkan oleh ayahnya untuk menjaga keselamatan putera sulungnya ini.

Pada masa pendudukan Jepang pergerakan tidak dapat dilakukan dengan terbuka karena Jepang tidak segan-segan untuk menangkap dan menyiksa orang yang ketahuan mengikuti organisasi-organisasi yang menentang pemerintah Jepang. Menurut orang-orang yang pernah mengalami pendudukan Jepang di Tanah Karo, pemerintahan Jepang jauh lebih kejam dari pemerintah Belanda. Akibat kondisi yang seperti itu Rakutta Sembiring Brahmana disuruh oleh ayahnya untuk berdagang. Pada


(34)

masa itu Rakutta Sembiring Brahmana memutuskan untuk berdagang pakaian, maka ayahnya kemudian menjual beberapa kerbau miliknya untuk modal putera tercintanya ini. Keputusan Rakutta Sembiring Brahmana untuk berjualan pakaian dipengaruhi oleh kondisi pada masa pendudukan Jepang, kain sangat minim sehingga orang seringkali hanya mempunyai satu pasang baju yang dipakai hingga berhari-hari. Usaha dagang kain Rakutta Sembiring Brahmana tidak berjalan lancar. Hingga berhari-hari tidak ada satu potong pakaian pun yang laku. Ada beberapa alasan mengapa usaha milik Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak dapat berjalan, pertama Rakutta Sembiring Brahmana sendiri tidak memiliki jiwa dagang sehingga ia tidak mampu menarik minat pembeli untuk membeli barang dagangannya. Kedua, pada masa itu keuangan masyarakat yang sangat minim akibat pendudukan Jepang, sehingga masyarakat tidak mampu untuk membeli pakaian. Usaha dagang ini kemudian akhirnya ditutup.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai sosok ayah yang tegas bagi anak-anak dan isterinya. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat cuek kepada anak-anaknya, artinya beliau tidak mau menunjukkan secara nyata perhatiannya kepada anak-anaknya. Namun di balik sifatnya yang cuek tersebut beliau sebenarnya sangat menyayangi anak-anak dan isterinya.

Ketegasan Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan kegiatan beliau yang banyak berkiprah di dalam dunia politik. Beliau menerapkan disiplin yang sangat ketat bagi anak-anaknya, dan jika dilanggar maka dia tidak segan-segan untuk menasehati atau memberikan hukuman kecil kepada


(35)

anaknya. Setiap anak dibebebankan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, atau memasak.

Setelah anak-anaknya memasuki sekolah, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah membangunkan anak-anaknya untuk segera berkemas ke sekolah. Rakutta Sembiring Brahmana membiasakan agar masing-masing putera dan puterinya itu dapat hidup mandiri. Demikian juga untuk masalah jam tidur, anak-anaknya biasanya sudah tidur sebelum pukul Sembilan pada saat hari sekolah. Tidak ada satu anak pun yang berani melanggar aturan ini. Biasanya sebelum dikomando mereka sudah masuk ke kamar tidur masing-masing. Terkecuali hari Sabtu, Rakutta Sembiring Brahmana memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk tidur diatas jam sembilan. Biasanya anak-anaknya juga dibebaskan untuk ke luar rumah untuk pergi ke tempat teman, bioskop ataupun pasar malam.

Bagi anak-anaknya Rakutta Sembiring Brahmana ini adalah sosok ayah yang demokratis. Beliau sangat jarang sekali berkumpul dengan anak dan isterinya di rumah karena kesibukan beliau. Beliau juga sangat jarang makan bersama dengan anak-anaknya. Menurut penuturan salah satu putera Rakutta Sembiring Brahmana, biasanya mereka dapat bertemu dengan ayahnya dan menyampaikan keluh kesahnya pada saat pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Rakutta Sembiring Brahmana ini biasanya sudah bangun pagi di bawah jam lima pagi. Setiap pagi Rakutta Sembiring Brahmana duduk santai sambil minum air putih dan membaca Koran. Beliau tidak


(36)

minum kopi atau minuman lainnya karena beliau mempunyai riwayat penyakit diabetes sehingga beliau tidak diperbolehkan untuk minum minuman seperti itu.21

Rakutta sembiring Brahmana mempunyai hobbi main catur dan sepak bola. Beliau juga sangat gemar menonton di bioskop. Jika Rakutta Sembiring Brahmana tidak dalam keadaan sibuk, biasanya beliau menyempatkan untuk menonton film terbaru di bioskop. Kebiasan-kebiasaannya ini tetap dilanjutkannya stelah ia menikah. Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah sekali pun mengajak anak dan isterinya untuk menonton bersama di bioskop. Beliau juga tidak pernah mengajak puteranya untuk bermain olahraga kegemarannya sepak bola.

21


(37)

BAB III

AKTIVITAS POLITIK RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA

3.1 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana Pada Masa Pendudukan Belanda di Indonesia.

Rakutta Sembiring Brahmana telah mulai berkecimpung dalam dunia poltik sejak beliau duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Taman Siswa Medan. Seperti yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, pada saat itu beliau aktif mengikuti organisasi di sekolahnya. Beliau juga pernah menjadi simpatisan pada Partai Nasional Indonesia tahun 1927-1930. Pada awalnya Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah Perserikatan Nasional Indonesia yang didirikan oleh Soekarno dan kawan-kawan pada tanggal 4 Juli 1927. Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia pada Mei 1928 tepatnya pada kongres yang diadakan di Surabaya.22

Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah merasa takut ditangkap Belanda karena mengikuti organisasi-organisasi politik. Hal ini terjadi karena ayahanda beliau Partai Nasional Indonesia didirikan atas asas menolong diri sendiri, nonkoperasi, marhaenisme dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka. Rakutta Sembiring Brahmana mau menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional Indonesia karena cita-cita beliau sejalan dengan cita-cita para pendiri Partai Nasional Indonesia, yakni membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Hal ini menunjukkan bahwa Rakutta Sembiring Brahmana termasuk orang yang peka terhadap kondisi bangsanya.

22


(38)

sangat dekat dengan controller Belanda sehingga mereka akan segan untuk menangkap Rakutta Sembiring Brahmana. Di samping itu juga pada masa pendudukan Belanda di Tanah Karo, rakyat yang mengikuti organisasi politik tidak akan ditangkap jika dianggap tidak akan mengancam kedudukan Belanda tersebut. Rakutta Sembiring Brahman juga mempunyai keuntungan yaitu mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para sibayak sehingga ia bisa bebas mengikuti kegiatan-kegiatan politik.

Tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana menjadi oprichter (pendiri)23 dan anggota pengurus Indonesia Muda cabang Medan. Rakutta Sembiring Brahmana memasuki Partindo karena kemudian Partai Nasional Indonesia dibubarkan. Partai Nasional Indonesia dibubarkan dalam konperensi luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931. Bubarnya Partai Nasional Indonesia ini tidak terlepas dari ditangkapnya pimpinan PNI di berbagai daerah. Sehari setelah pembubaran PNI, beberapa tokoh PNI seperti Mr Sartono, Sukemi dan Munadi kemudian membentuk partai baru. Pada tanggal 29 April 1931 dibentuklah Partai Indonesia (Partindo).24

23

S. Wojowasito, op,cit., hal. 467. 24

Ibid, hal. 354 .

Partindo merupakan wajah baru dari PNI dan merupakan wadah baru bagi kaum nasionalis sebagai alat perjuangan seperti Rakutta Sembiring Brahmana.

3.2 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia.


(39)

Tanpa adanya perlawanan yang berarti dari militer Belanda, Jepang berhasil menduduki Tanah Karo. Satu-satunya perlawanan yang ada hanya perlawanan di Buahsiuram-uram dekat Sarinembah. Setelah pertempuran di Buahsiuram-uram, pada tanggal 24 Maret Tiga Binanga jatuh ke tangan Jepang. Kedatangan Jepang ke Tanah Karo disambut hangat oleh masyarakat. Jepang dianggap telah membantu rakyat Karo ke luar dari cengkraman penjajahan Belanda. Untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada Jepang yang telah mengusir Belanda dari Tanah Karo, sekitar 3000 orang rakyat mengadakan demonstrasi berjalan kaki sejauh 12 km dari Berastagi ke Kabanjahe.25

Pada akhirnya rakyat Tanah Karo merasa dibohongi oleh pemerintah Jepang. Sikap manis Jepang ternyata hanya berlangsung sangat singkat. Pada akhir 1942 Jepang memerintahkan untuk membubarkan partai-partai, dan memberlakukan berbagai larangan termasuk larangan mengibarkan Sang Merah Putih. Jepang juga melakukan penyitaan terhadap toko-toko kelontong, kain-kain yang dijual, dan radio. Bagi masyarakat yang kedapatan menyembunyikan radio akan disiksa dan ditahan. Sambutan hangat masyarakat Karo terhadap tentara Jepang disebabkan beberapa hal seperti pertama, perasaan benci terhadap penjajahan Belanda yang telah banyak menyulitkan masyarakat termasuk dalam hal penyebab kemiskinan, kedua yaitu telah ada kesadaran dari sebahagian masyarakat terutama masyarakat yang mengikuti organisasi-organisasi politik akan kebebasan dan kemerdekaan, dan ketiga adalah keberhasilan Jepang dalam melakukan propaganda melalui radio yang menyatakan bahwa Jepang akan membantu rakyat Indonesia dalam mengusir bangsa Barat dari tanah airnya.

25


(40)

Tindakan brutal dari tentara Jepang semakin sering terlihat di mana-mana sehingga menjadi pemandangan yang sudah biasa bagi masyarakat Tanah Karo.

Perjuangan Rakutta Sembiring Brahman untuk membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajah terwujud pada masa pendudukan Jepang di Indonesia khususnya di Tanah Karo. Rakutta Sembiring Brahmana melihat bahwa kondisi negeri ini jauh lebih memperihatinkan di tangan Jepang, dan beliau tidak ingin kondisi ini berlangsung lama. Kondisi masyarakat Tanah Karo yang amat menyedihkan akibat ulah pemerintah Jepang ini menyebabkan darah muda Rakutta Sembiring Brahmana tergerak. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian mencari orang-orang yang sepaham dengannya untuk bersama-sama berjuang. Ada beberapa tokoh yang akhirnya ditemukan Rakutta Sembiring Brahmana dan kemudian bersama-sama menggalang kekuatan untuk mematahkan kekuasaan pemerintah Jepang yakni Selamat Ginting dan Keterangan Sebayang. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana awalnya pertemuan antara ketiga tokoh pergerakan Tanah Karo ini, namun yang jelas ketiga tokoh ini mempunyai pandangan yang sama mengenai pendudukan Jepang di Tanah Karo. Ketiga tokoh ini berpikir bahwa masyarakat Tanah Karo berada pada dua pilihan yaitu berpihak pada feodal (raja, sultan) atau berada di barisan rakyat yang berjuang untuk kebebasan. Menurut keterangan Selamat Ginting dalam biografinya yang berjudul Kilap Sumagan, pada saat pertemuan pertama mereka membahas keadaan zaman Pemerintahan Jepang. Ketiga tokoh tersebut sepakat untuk berjuang bersama rakyat dan setelah perbincangan


(41)

mereka saling merangkul dan bersalaman hangat.26

Setelah pertemuan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Selamat Ginting dan Keterangen Sebayang, kemudian mereka menjalin kontak dengan tokoh-tokoh perjuangan lainnya seperti Nerus Ginting dan Nolong Ginting.

Ketiga tokoh ini mempunyai kesamaan paham langkah-langkah yang ditempuh menghadapi penguasa baru Jepang.

27

Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keterangen Sebayang, Nolong Ginting dan Nerus Ginting sepakat untuk membentuk Komite Indonesia cabang Karo. Pembentukan Komite Indonesia cabang Karo ini tidak terlepas dari terbentuknya Komite Indonesia di Medan yang dipimpin oleh Sugondo Kartoprodjo dari Taman Siswa.28

Kegiatan pertama dari Komite Indonesia cabang Tanah Karo adalah membuat resolusi untuk dibacakan dihadapan para pembesar-pembesar Jepang yang berada di Kabanjahe. Pembuatan resolusi ini dimaksudkan untuk dapat lebih leluasa bergerak, artinya tidak dicurigai oleh Jepang dan kaki tangannnya yang mulai berkeliaran. Untuk membacakan resolusi tersebut maka berangkatlah ke Kabanjahe Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keterangen Sebayang, Nolong Ginting dan Nerus Ginting. Sebagai juru bicara resolusi ini dihunjuklah Rumpia Bukit. Menurut Selamat Ginting dalam biografinya yang berjudul Kilap Sumagan, beliau menuturkan ada kejadian lucu yang terjadi pada saat kegiatan pembacaan resolusi tersebut. Pada saat itu rombongan tiba di depan kantor pembesar Jepang yang dijaga ketat oleh para serdadu-serdadu Jepang, kemudian Rakutta Sembiring Brahmana karena terlalu

26

Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op,cit., hal. 46. 27

Nerus Ginting dan Nolong Ginting merupakan saudara kandung. Mereka pernah dibuang ke Tanah Merah, Digul, Irian pada tahun 1920-an.

28


(42)

bersemangat ingin langsung membacakan resolusi tersebut tanpa melihat bahwa yang dihadapinya bukanlah pembesar Jepang tetapi hanya serdadu-serdadunya. Melihat tingkah Rakutta Sembiring Brahmana tersebut para serdadu-serdadu Jepang merasa heran. Pembacaan resolusi itu akhirnya tidak jadi dilanjutkan oleh Rakutta Sembiring Brahmana karena Rumpia Bukit mengatakan bahwa pembacaan resolusi tersebut akan menjadi sia-sia karena yang mendengarkannya hanyalah serdadu-serdadu Jepang saja, sedangkan para pembesar Jepang berada di dalam kantor. Untuk itu kemudian rombongan Rakutta Sembiring Brahmana ini langsung menuju ke kamar kerja pembesar Jepang, dan setelah Rumpia Bukit menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke kantor tersebut maka kemudian rombongan tersebut diperkenankan masuk. Setelah masuk ke ruangan kerja pembesar Jepang kemudian Rakutta Sembiring Brahmana membacakan resolusi yang sudah dipersiapkan. Inti dari resolusi tersebut adalah bahwa rakyat Indonesia mengucapkan terimakasih kepada Jepang yang telah membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda dan mengharapkan supaya kemerdekaan Indonesia dipercepat untuk bersama-sama membina Asia Timur Raya. Para pembesar Jepang hanya dapat diam dan terpaku mendengarkan isi resolusi yang dibacakan oleh Rakutta Sembiring Brahmana.29

Pada tahun 1943 Rakutta Sembiring Brahmana tidak lagi menjadi anggota Partindo karena pada saat itu Partindo tidak aktif lagi dalam bentuk organisasi yang nyata. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian masuk menjadi anggota Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Tokoh pendiri Pendidikan Nasional Indonesia antara lain

29 Ibid.


(43)

Tama Ginting, Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keras Surbakti, Kendal Keliat dan Bosar Sianipar. Pendidikan Nasional Indonesia ini dipimpin oleh Tama Ginting yang berkedudukan di Berastagi. Kegiatan dari Pendidikan Nasional Indonesia ini antara lain memberi ceramah dan kursus-kursus kepada para anggota masyarakat mengenai perkembangan zaman dan taktik serta siasat yang dijalankan di bawah kekuasaan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang di Tanah Karo, Rakutta Sembiring Brahmana beserta Selamat Ginting dan kawan-kawan membentuk sebuah koperasi yang diharapkan dapat tersebar di seluruh wilayah Tanah Karo. Rakutta Sembiring Brahmana serta kawan-kawannya mengharapkan agar koperasi ini dapat dijadikan sebagai sarana propaganda kepada masyarakat Karo untuk kesadaran politik di samping kegiatan jual beli barang di pasar-pasar atau di kantor-kantor koperasi. Koperasi yang dibentuk atas kesepakatan bersama ini diberi nama Pusat Ekonomi Rakyat disingkat Pusera. Pusera dibentuk atas dasar kekejaman-kekejaman pemerintah militer Jepang yang semakin merajalela sehingga menyentuh hati para pendiri organisasi ini. Organisasi ini banyak diminati oleh masyarakat termasuk kaum-kaum yang pernah tergabung dalam Pendidikan Nasional Indonesia, Gerindo dan sebagainya. Oleh karena itu tidak mengherankan dalam waktu singkat anggota dari Pusera ini kurang lebih 8000 orang dengan saham koperasi setiap anggotanya 5 rupiah uang Jepang. Sebagai pimpinan pusat koperasi yang merupakan dewan pimpinan terdiri dari Tama Ginting, Selamat Ginting, Rakutta Sembiring Brahmana. Sekertaris dari Pusera ini adalah Basar Sianipar, dan bidang perdagangan dipegang oleh Mantas Tarigan.


(44)

Dewan pimpinan Pusera bertugas untuk menjalani seluruh pelosok Tanah Karo untuk mempropogandakan pembentukan koperasi. Namun di balik missi tersebut, dewan perdagangan juga harus bisa menjalankan missi terselubung yakni memepropogandakan tujuan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan mengembalikan kesadaran rakyat atas haknya sebagai bangsa yang ditindas di negaranya sendiri. Pusera ini mampu membuat pemerintah Jepang kewalahan dalam menangani masalah pangan karena Pusera ini telah mengajak rakyat untuk bersama-sama melakukan boikot hasil-hasil bumi.

Untuk menyatukan dan menyalurkan segala potensi yang ada pada masyarakat agar dapat membantu Jepang, maka dibentuklah Badan Oentoek Membatoe Pertahanan Asia yang disingkat dengan BOMPA. Bompa ini berdiri pada 28 Nopember 1942 di Medan. Pada saat awal berdirinya Bompa ini dipmpin oleh Mangaraja Soangkupon. Kemudian berikutnya pimpinan Bompa digantikan oleh Mr Mohammad Yusuf dan akhirnya dipegang oleh Abdul Karim MS. Abdul Karim MS merupakan seorang tokoh pergerakan rakyat di zaman penjajahan Belanda dan pernah masuk penjara di Digul. Bompa yang berada di Medan kemudian membuka cabang-cabang baru di berbagai daerah termasuk di Tanah Karo. Bompa di Tanah Karo dipimpin oleh Raja Oekum Sembiring seorang pengusaha otobis yang terkenal di Tanah Karo dengan bis bermerek Cap Nenas dan Rakutta Sembiring Brahmana sebagai wakilnya. Bompa cabang Karo kemudian membuka ranting dan anak ranting sampai ke kampung-kampung yang ada di Tanah Karo. Dengan adanya kegiatan Bompa kemudian banyak pemuda-pemuda Karo yang akhirnya memasuki Heiho ( tentera sukarela) dan Gyu Gun (pembela tanah air). Ada beberapa tokoh Bompa di


(45)

Tanah Karo seperti Matang Sitepu, Rakutta Sembiring Brahmana, Kendal Keliat, Raja Oekum Sembiring, Nerus Ginting Suka, Djema Bangun dan lain-lain. Raja Oekum Sembiring meminta kepada Rakutta Sembiring Brahmana agar organisasi Bompa ini dapat memasyarakat. Melalui musyawarah diputuskan untuk menggunakan Bompa sebagai sarana untuk melanjutkan pergerakan kebangsaan Indonesia. Pada saat itu Jepang berjanji akan membantu Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan oleh karena itu Bompa ini sangat giat untuk memepersiapkan kemerdekaan dari penguasa Jepang. Rakutta Sembiring Brahmana ditugaskan dewan pimpinan Pusera mendampingi Raja Oekum Sembiring dan anggota Bompa yang lain untuk mengunjungi seluruh Kerajaan Urung di Tanah Karo.

Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting serta teman-teman sepergerakan lainnya sangat tidak menginginkan pemerintah Jepang melakukan tindakan yang semena-mena terhadap bangsanya. Mereka juga tidak menginginkan orang-orang di sekelilingnya ketakutan akibat penyiksaan yang kerap kali dilakukan oleh tentara Jepang, dan kelaparan karena kemiskinan yang semakin merajalela. Untuk itu Rakutta Sembiring Brahman beserta teman-temannya tidak hanya melakukan perlawanan secara diplomasi melalui organisasi-organisasi yang dibentuk. Mereka juga siap melakukan tindakan yang lebih anarkis jika sewaktu-waktu diperlukan. Untuk itu segala sesuatu yang diperlukan untuk perjuangan tersebut harus dipikirkan dengan matang termasuk dalam hal persenjataan. Persenjataan yang mereka butuhkan sangat terbantu ketika Selamat Ginting mendapatkan senjata. Menurut Selamat Ginting dalam buku yang berjudul Kilap Sumagan, ia awalnya mendapatkan sepucuk senjata setelah berhasil membujuk tentara Jepang yang sedang


(46)

bertugas mengantar senjata ke suatu tempat. Selamat Ginting beruntung karena beliau tidak hanya mendapatkan sepucuk senjata saja melainkan berpuluh-puluh senjata. Mobil yang ditumpangi oleh tentara Jepang untuk mengantar senjata tersebut jatuh ke jurang sehingga penumpangnya tewas di tempat. Selamat Ginting yang memang sudah mengetahui peristiwa itu kemudian segera mungkin untuk mengambil senjata tersebut dari tempat kejadian dan mengamankannya. Setelah kejadian itu, keesokan harinya Selamat Ginting pergi ke Berastagi menemui Keras Surbakti, Tama Ginting, Kendal Keliat, dan Rakutta Sembiring Brahmana dan melaporkan tentang senjata temuanya itu yang sudah di simpan pada suatu tempat. Setelah melakukan perbincangan yang panjang, mereka sepakat untuk memindahkan senjata tersebut. Dalam pemindahan senjata tersebut disertakanlah Pasang Sinuhaji yang kebetulan mempunyai kendaraan pribadi, dan dengan kendaraan tersebutlah kemudian mereka pergi menuju tempat persembunyian senjata itu. Senjata-senjata itu kemudian dipindahkan ke Kuta Bangun. Pemindahan senjata ini dilakukan dengan tertutup sehingga tidak diketahui oleh orang lain kecuali isteri dari Selamat Ginting. Isteri Selamat Ginting, Piah beru Karo Manik sangat berperan dalam penyimpanan senjata tersebut. Beliau bertugas untuk menyimpan senjata tersebut di ladang mereka tanpa diketahui oleh orang lain. Untuk itu Piah beru Karo Manik membawa senjata tersebut ke ladang hanya sedikit-sedikit. Ladang tersebut terletak kira-kira 2 km dari Kuta Bangun. Senjata tersebut di simpan di dalam tanah kemudian dari atasnya ditanam pohon tebu sehingga tidak diketahui.30

30


(47)

Ketika kabar mengenai menyerahnya Jepang kepada Sekutu sudah mulai tersiar di mana-mana, dua orang tentara Jepang mendatangi kantor Pusera di Berastagi untuk menemui ketua umum Pusera ini. Namun kedua tentara ini tidak dapat bertemu dengan ketua umum Pusera karena pada saat itu ketua umum tidak berada di Berastagi melainkan di Medan. Kedua tentara Jepang ini akhirnya berhasil menemui ketua umum Pusera di Jalan Pandu Medan. Dalam pertemuan ini dilakukan perundingan rahasia. Kedua tentara Jepang ini bermaksud untuk memberikan sejumlah senjata kepada Tama Ginting, Selamat Ginting dan Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta Sembiring Brahmana beserta kedua temannya diminta untuk mengambil senjata tersebut di Balandua km. 131 dekat daerah Tigabinanga. Senjata ini kemudian disembunyikan di ladang Jumapali Kuta Bangun. Senjata-senjata yang diperoleh Pusera ini merupakan modal pertama berupa senjata dalam perjuangan menegakkan proklamasi kemerdekaan di Sumatera Timur khususnya di Kota Medan.

3.3 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa Indonesia Merdeka.

Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu setelah Hirosima dan Nagasaki berhasil diluluhlantahkan oleh tentara Sekutu. Jepang tidak dapat berkutik dan hanya dapat mengakui kekalahannya. Namun Jepang berusaha menutupi hal ini agar tidak diketahui oleh negara tetangga termasuk Indonesia. Usaha Jepang untuk menutupi kekalahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan mengabarkan di surat kabar bahwa Jepang telah memenangkan perang Asia Timur Raya. Meski Jepang berusaha keras dalam menyembunyikan kekalahan tersebut


(48)

tetapi akhirnya kekalahan Jepang itu diketahui oleh Indonesia termasuk tokoh-tokoh pergerakan Tanah Karo.

17 Agustus 1945 merupakan hari penting sekaligus hari bersejarah bagi negara Indonesia, karena pada hari tersebut Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya melalui perantaraan Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski proklamasi kemerdekaan telah dibacakan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, di Kota Medan pengumuman proklamasi kemerdekaan baru dilakukan setelah beberapa waktu kemudian. Lambatnya pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan pada saat itu dipengaruhi oleh terbatasnya alat komunikasi yang ada. Di samping itu juga pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan tidak langsung diadakan karena belum adanya kesepakatan antara tokoh-tokoh pergerakan yang ada.

Pro dan kontra terjadi antara kalangan tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu dan tokoh-tokoh yang menginginkan kemerdekaan. Pada umumnya tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu ini adalah orang-orang yang memiliki jabatan atau kepentingan pada masa pendudukan Belanda. Untuk menyambut kedatangan Belanda mereka membentuk sebuah panitia yang disebut dengan Comite Van Ontvangst (Panitia Penyambutan). Panitia ini dipelopori oleh Sultan Langkat dan dr. T. Mansjur pada tanggal 25 Agustus 1945.

Proklamasi kemerdekaan di Medan diumumkan setelah melalui perdebatan antara tokoh-tokoh pergerakan seperti Selamat Ginting, Marjuki dan Rakutta Sembiring Brahmana dengan tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan pemerintah seperti Karim MS. Karim MS berpendapat bahwa mengumumkan proklamasi itu merupakan hal yang mudah tetapi mempertahankannya cukup sulit. Setelah didesak


(49)

oleh Selamat Ginting dan kawan-kawan maka akhirnya proklamasi kemerdekaan itu akhirnya diumumkan pada 30 September 1945 oleh Teuku Mohammad Hasan.31

1. Ketua I : Tama Ginting

Pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Medan berjalan dengan lancar. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pawai di lapangan merdeka. Pawai ini dikawal oleh puluhan pemuda yang dilengkapi dengan granat Inggris, yang masing-masing mengantongi sebanyak dua buah. Untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh daerah di Sumatera Utara dibentuklah Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dipimpin oleh Matang Sitepu.

Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke dalam salah satu daftar pengurus Barisan Pemuda Indonesia (BPI) setelah dilakukannya reorgansisasi. Kepengurusan baru dari Barisan Pemuda Indonesia terdiri dari:

2. Ketua II : Untung Rahmat 3. Ketua III : Netap Bukit 4. Tata Usaha : Muhammad Saleh 5. Bendahara : Roga Ginting

6. Kelaskaran : Krilangna Martinus Lubis dan Bahari Efendi Siregar

7. Tata Usaha I : Djema Bangun 8. Tata Usaha II : Djendam Kembaren

31

Teuku Mohammad Hasan merupakan gubernur Sumatera Utara yang pertama. Beliau diangkat oleh Presiden pertama Repoblik Indonesia Ir. Soekarno. Di samping mengangkat seorang gubernur presiden Soekarno juga mengangkat seorang wakil gubernur yaitu Dr. M. Amir.


(50)

9. Keuangan/perbekalan : Koran Karo-karo

10.Pengawas : Ngembar Meliala, Radjaingat Purba, dan Syaifuddin Siregar

11.Seksi Sosial : L Siahaan

12.Seksi Penerangan : Rakutta Sembiring Brahmana 13.Seksi Persenjataan : L. R. Munthe

14.Komandan Pasukan Teras : Djamin Ginting, dan Bom Ginting 15.Seksi Pengangkutan : Tagu Simanjorang dan Maspersada

16.Penasehat : Sibayak Ngerajai Meliala dan Nerus Ginting Suka32

Kegiatan politik Rakutta Sembiring Brahmana semakin banyak dan semakin menyita waktunya setelah beliau tergabung dalam kepengurusan Barisan Pemuda Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Rakutta Sembiring Brahmana sangat jarang berkumpul dengan keluarganya. Rakutta Sembiring Brahmana sangat beruntung karena mempunyai pendamping hidup yang sangat perhatian dan tidak pernah mengeluhkan hal tersebut. Beliau tetap setia mendampingi dan mendukung kegiatan suami tercintanya tersebut.

Pengurus Barisan Pemuda Indonesia harus kerja ekstra dari pagi hingga malam untuk menyebarkan berita proklamasi ke pelosok-pelosok kampung. Barisan Pemuda Indonesia juga mengadakan latihan baris-berbaris kepada laki-laki dan wanita yang sudah dewasa. Latihan baris-berbaris ini biasanya diadakan di jalan raya ataupun di tanah lapang. Latihan ini dilakukan untuk menanamkan kesadaran kepada

32


(51)

masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah. Di samping menyebarluaskan proklamasi ke pelosok Tanah Karo dan mengadakan latihan baris berbaris, Barisan Pemuda Indonesia juga bertugas untuk membetuk ranting-ranting di setiap kampung dan mencari senjata untuk memperkuat barisan. Karena sangat luasnya tugas dari Barisan Pemuda Indonesia maka anggotanya tidak hanya terbatas pada pemuda-pemuda saja tetapi juga orang-orang dewasa yang telah berumur 40 tahun ke bawah. Orang-orang yang ikut ke dalam Barisan Pemuda Indonesia ini tidak lagi dibatasi pada umur tetapi didasarkan kemampuan fisik dan semangat perjuangannya untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan.33

1. Gyugun dan Heiho yang terdiri dari Djamin Ginting, Nelang Sembiring dan Bom Ginting

Barisan Pemuda Indonesia terbentuk dari gabungan beberapa barisan pejuang. Adapun barisan-barisan tersebut antara lain:

2. Pusera yang terdiri dari Rakutta Sembiring Brahmana dan Selamat Ginting. 3. Talapeta yang terdiri dari Payung Bangun, Gandil Bangun, Meriam Ginting,

dan T. M. Sinulinga.

4. N. V. Maspersada yaitu Koran Karo-karo.

5. Dari potensi-potensi lain seperti Tama Ginting, Matang Sitepu, R. M Pandia, Batas Perangin-angin, dan Turah Perangin-angin.34

Barisan Pemuda Indonesia kemudian berubah namanya menjadi PRI yang kemudian berubah lagi menjadi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Pesindo ini

33

Ibid, hal. 41.

34


(52)

akhirnya dibubarkan dan kemudian diganti menjadi Napindo yang dikenal dengan Napindo Halilintar. Pada saat yang bersamaan terbentuklah BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang merupakan tentara resmi pemerintah. Badan Keamanan Rakyat ini terbentuk dari hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan kemanan rakyat ini kemudian terbentuk pula di Tanah Karo. Ada beberapa pengurus badan keamanan rakyat untuk daerah Tanah Karo yakni Djamin Ginting, Nelang Sembiring, Bom Ginting, Nahud Bangun, Kapiten Purba.

Pada Bulan Januari 1946 di Tanah Karo dibentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Karo. Adapun susunan pengurus Komite Nasional Indonesia wilayah Tanah Karo adalah:

1. Ketua : Rakutta Sembiring Brahmana 2. Sekertaris : Mbaba Bangun

3. Anggota : Selamat Ginting, Tama Ginting, Koda Bangun, Nitipi Bangun, Tokoh Purba, L. Siahaan, Mbaba Bangun, Sutan Soaloan, Nolong Ginting Suka, Netap Bukit, Rachman Sebayang dan Kunci Purba.35

3.4 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati di Tanah Karo.

Tanah Karo yang sekarang dikenal dengan Daerah Tingkat II Karo merupakan salah satu Daerah Tingkat II yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Tanah Karo berada pada 2050’- 3019’LU dan 97055’- 98038’ BU, dengan ketinggian 140-1.400 meter di

35


(53)

atas permukaan laut. Tanah Karo memiliki luas wilayah 2.127,25 km atau sekitar 3,01 % dari luas Sumatera Utara.36

Daerah Tingkat II Tanah Karo berbatasan dengan beberapa wilayah seperti, Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Aceh Tenggara, Dairi dan Danau Toba. Daerah Tingkat II Tanah Karo terkenal dengan udaranya yang dingin, daerah ini bersuhu udara sekitar 160- 270 dengan kelembapan udara sekitar 82%.37

Pada masa pendudukan Belanda di Tanah Karo, Belanda membagi wilayahnya menjadi lima landschaap zelfbestur (pemerintahan sendiri)38 dalam satu

onder afdeling. Adapun landschaap yang ada di Tanah Karo pada masa itu adalah

landschaap Lingga yang membawahi enam urung, landschaap Kutabuluh yang membawahi dua urung, landschaap Sarinembah yang membawahi empat urung,

landschaap Suka yang membawahi empat urung, dan landschaap Barusjahe yang membawahi dua urung. Pemerintahan dipimpin oleh controler Belanda, namun pelaksana pemerintahan di masing-masing wilayah dikepalai oleh Raja Urung. Melalui raja urung inilah segala kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah Belanda dilaksanakan.39

Pada masa penjajahan Jepang susunan pemerintahan di Tanah Karo tidak banyak mengalami perubahan. Pada masa kemerdekaan hingga terjadinya Revolusi Sosial pada tahun 1946 pemerintahan Tanah Karo dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Meliala. Bentuk pemerintahannya adalah pemerintahan swapraja berupa

landschaap-36

Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op.,cit, hal. 91. 37

Ibid. 38

S. Wojowasito, op, cit., hal. 824.

39


(54)

landschaap sama seperti pada masa pemerintahan Belanda. Ketika revolusi sosial terjadi pemerintahan swapraja ini dihapuskan, demikian juga dengan kekuasaan sultan, sibayak, raja urung dan lain sebagainya dihapuskan.

Setelah adanya penghapusan swapraja (daerah yang berpemerintahan sendiri)40

1. Membentuk pemerintahan Kabupaten Karo dengan melepaskan diri dari keterikatan administrasi kerajaan.

dan kekuasaan para sibayak serta raja urung maka Komite Nasional Indonesia Tanah Karo mengadakan musyawarah untuk menentukan masa depan daerah ini. Musyawarah ini diadakan di Kuta Gadung pada 13 Maret 1946. Musyawarah ini dipimpin oleh Tama Ginting. Dari musyawarah ini dihasilkan beberapa keputusan antara lain:

2. Menghapus sistem pemerintahan swapraja pribumi di Tanah Karo dengan sistem pemerintahan demokratis berdasarkan kedaulatan rakyat.

3. Kabupaten Karo diperluas dengan memasukkan daerah Deli Hulu dan daerah Silima Kuta Cingkes.

4. Mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi Bupati Karo, KM Aritonang sebagai patih, Ganin Purba sebagai sekertaris dan Kantor Tarigan sebagai wakil sekertaris.

5. Mengangkat kepala desa sebagai pengganti raja urung yang sudah dihapuskan.41

40

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal. 983.

41


(55)

Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Diangkatnya Rakutta Sembiring Brahmana sebagai kepala pemerintahan di Tanah Karo mengawali karier Rakutta Sembiring Brahmana dalam menjadi bupati. Rakutta Sembiring Brahmana merupakan bupati pertama di Tanah Karo setelah sebelumnya kepala pemerintahan sementara dipegang oleh Ngerajai Sembiring Meliala.

Setelah Kabupaten Karo terbentuk dan Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati, pada 18 April 1946 diputuskan bahwa wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi tiga kewedanan dan tiap kewedanan terdiri dari lima kecamatan. Adapun nama-nama kewedanan dan kecamatan yang ada di Tanah Karo pada saat Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Tanah Karo adalah:

1. Kewedanan Karo yang dipimpin oleh Netap Bukit terdiri dari: a. Kecamatan Kabanjahe, Camatnya Nahar Purba.

b. Kecamatan Simpang empat, Camatnya Ngangkat Radja Sinulingga. c. Kecamatan Payung, Camatnya Kendal Keliat.

d. Kecamatan Barus Jahe, Camatnya Matang Sitepu. e. Kecamatan Tigapanah, Camatnya Djamin Karo Sekali.

2. Kewedanan Karo Hilir yang dipimpin oleh Tama Sebayang terdiri dari: a. Kecamatan Tiga Binanga, Camatnya Molai Sebayang .

b. Kecamatan Munthe, Camatnya Ngembar Meliala. c. Kecamatan Juhar, Camatnya Pulong Tarigan.

d. Kecamatan Kuta Buluh, Camatnya Masa Sinulingga. e. Kecamatan Mardinding, Camatnya Nuriken Ginting.


(56)

3. Kewedanan Karo Jahe yang dipimpin oleh Keras Surbakti terdiri dari: a. Kecamatan Pancur Batu, Camatnya Usman Deli.

b. Kecamatan Biru-Biru, Camatnya Selamat Tarigan. c. Kecamatan Kutambaru, Camatnya Kelang Sinulingga. d. Kecamatan Sibolangit, Camatnya Dame Gurusinga.

e. Kecamatan Namorambe, Camatnya Abdul Djebar Ketaren.42

Setelah susunan pemerintahan di Tanah Karo dirubah maka Komite Nasional Indonesia Wilayah Tanah Karo berubah namanya menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Karo. Selain menjadi Bupati Tanah Karo, Rakutta Sembiring Brahmana juga menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Selamat Ginting.

Pada tanggal 20 November 1947 Rakutta Sembiring Brahmana mengeluarkan uang tukar dengan nomor registrasi No. 20490 dengan nilai Rp. 1000 per lembar. Uang Kabupaten diketik dan ditandatangani oleh Rakutta Sembiring Brahmana dan dibubuhi stempel Kabupaten. Dikelurkannya uang tukar ini tidak terlepas dari kondisi Republik Indonesia yang belum stabil pada masa itu. Uang yang menjadi alat tukar yang sah dan berlaku di Kabupaten Karo ini merupakan Oeang Repoblik Indonesia atau yang disingkat dengan ORI. Peredaran uang kabupaten ini ternyata dapat mengurangi tingkat inflasi tetapi justru dapat meningkatkan perekonomian rakyat. Oeang Republik Indonesia ini dikeluarkan pada saat pusat pemerintahan Tanah Karo dipindahkan dari Kabanjahe ke Tigabinanga43

42

A. R Surbakti, op,cit., hal. 108-109. 43


(57)

Pada masa berlangsungnya Agresi Militer Belanda Ke II tepatnya pada tanggal 1 April 1949 diadakanlah perundingan antara Komanda Resimen IV Distrik X Mayor Djamin Ginting dengan komandan sektor III Sub-Terr VII Mayor Selamat Ginting. Dalam perundingan tersebut kedua belah pihak sepakat membagi daerah operasi pertempuran sebagai berikut, daerah operasi pasukan Resimen IV mulai dari sebelah kiri jalan raya Tiga Binanga sampai ke Berastagi dan dari Berastagi sampai ke Medan sebelah kiri dan kanan jalan raya, daerah operasi pasukan TNI sektor III mulai dari Kabupaten Dairi terus sebelah kanan jalan raya Lau Baleng Tiga Binanga Tongkoh termasuk daerah Silima Kuta Cingkes. Selain itu juga diputuskan untuk membentuk Pemerintahan Pentadbiran Militer Kabupaten Karo. Berdasarkan surat keputusan No. 62/ist/dl, tanggal 4 April 1949 tentang susunan pemerintahan Pentadbiran Militer Karo yang dikeluarkan oleh A. Kawilarang sebagai berikut:

1. Kepala PPMK : Rakutta Sembiring Brahmana 2. Wakil Kepala I : Wedana Keras Surbakti 3. Wakil Kepala II : Wedana Netap Bukit 4. Kepala Sekertariat : Kantor Tarigan 5. Kepala Keuangan : Tambaten Brahmana 6. Wedana Karo Utara : Kendal Keliat 7. Wedana Karo Selatan : Matang Sitepu44

Ada beberapa tugas yang diberikan kepada pemerintahan militer ini seperti menjalankan pemerintahan, membentuk PRS (Pertahanan Rakyat Sementara),45

44


(1)

Rakutta Sembiring Brahmana juga merupakan orang yang sangat sederhana. Kesederhanaan ini merupakan sikap yang paling menonjol dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana terlahir dari keluarga yang berkecukupan beliau tidak pernah mau meninggikan diri dihadapan teman-temannya. Beliau hidup sederhana seperti masyarakat kebanyakan. Hal ini terbukti sejak kecil beliau telah menjalani hidup yang sederhana, seperti tinggal di rumah Haji Harun pada saat sekolah di Taman Siswa dan tidak segan-segan melakukan pekerjaan sehari-hari seperti menyapu, mencuci pakaian dan memasak. Pada saat beliau sudah menikah Rakutta Sembiring Brahmana juga tidak malu berjualan kain padahal orangtuanya memiliki harta kekayaan yang cukup banyak dan dapat beliau pergunakan. Ketika Rakutta Sembiring Brahmana telah menjabat sebagai Bupati maupun Walikota beliau tidak pernah canggung untuk berbaur bersama masyarakat awam di kedai kopi untuk sekedar berbincang-bincang ataupun bermain catur. Hal ini menyebabkan orang sangat kagum melihat sosok Rakutta Sembiring Brahmana. Kesederhanaan Rakutta Sembiring Brahmana tetap beliau pertahankan hingga akhirnya beliau tutup usia.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai orang yang sangat mengutamakan kejujuran dan kefropesionalitasan dalam bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila hingga akhir hayatnya beliau tidak memperoleh harta benda yang berharga kecuali rumah yang dibelinya dari hasil simpanannya selama ia bekerja. Beliau tidak pernah mau mengambil sesuatu yang bukan haknya sehingga ia tidak pernah melakukan korpsi untuk memperkaya dirinnya. Bagi rekan-rekannya selama menjabat sebagai pemimpin beliau dikenal sebagai orang yang tegas dan


(2)

sangat disiplin. Beliau tidak segan-segan menegur bawahannya yang tidak bekerja dengan baik. Beliau juga tidak mau melakukan nepotisme meskipun sudah menjabat sebagai bupati ataupun walikota. Menurut penuturan salah seorang masyarakat Desa Limang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rakutta Sembiring Brahmana, beliau pernah meminta Rakutta Sembiring Brahmana untuk memasukkan anaknya menjadi pegawai di kantor Bupati Karo akan tetapi Rakutta Sembiring Brahmana menolak permintaan itu karena beliau mengganggap anak tersebut tidak berkompeten. Beliau mengatakan apabila kamu mau bekerja belajarlah dengan baik, karena negara ini membutuhkan orang-orang berkompeten bukan orang-orang yang dekat dengan pemimpin.


(3)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, Rakutta Sembiring Brahmana lahir dari pernikahan Malem Sembiring Brahmana dan Bayang Tua br Sebayang. Beliau lahir di sebuah desa yang berada di Tanah Karo yakni Desa Limang.

Kedua, Rakutta Sembiring Brahmana merupakan orang yang sangat sederhana, tegas, pemberani, dan sangat menjunjung tinggi kejujuran. Dalam dunia kerja yakni sebagai bupati dan walikota beliau dikenal sebagai sosok pimpinan yang disiplin dan propesional sehingga dia sangat disegani oleh bawahannya maupun sesama rekannya.

Ketiga, bagi anak-anak serta isterinya, Rakutta Sembiring Brahmana adalah sosok ayah yang demokratis. Setiap anggota kelurga diberi kebebasan terutama dalam hal menentukan kepercayaan yang dianut dan masalah jodoh. Namun untuk hal pendidikan, Rakutta Sembiring Brahmana membuat aturan yang tegas. Bagi anak laki-laki diwajibkan untuk sekolah di Taman Siswa tempat beliau menuntut ilmu, sedangkan untuk anak perempuan diberi kebebasan untuk memilih.

Keempat, Rakutta Sembiring Brahmana termasuk ke dalam golongan orang-orang yang aktif di dalam organisasi. Sejak beliau mengenal bangku sekolah terutama di Taman Siswa hingga akhir hayatnya, beliau tidak pernah lepas dari berbagai organisasi yang diikutinya. Banyak organisasi yang diikuti oleh Rakutta Sembiring


(4)

Brahmana sepanjang hayatnya seperti PNI, Partindo, Bompa, Pusera, BPI, dan Komite Nasional Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Angkatan Darat Komando Daerah Militer II Bukit Barisan, Surat Keterangan (idjazah), 1962.

Bangun Lagu, ‘’Suatu Tinjauan Hubungan Perjuangan Nasional Indonesia Dengan Perjuangan Rakyat Tanah Karo (1947-1949)’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1982.

Bangun Tridah, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Jakarta: Haji Masagung, 1993.

---, Koran Karo-Karo Pejoang’45 Multi Dimensi, Medan: Tani Namura, 2002.

---, Otobiografi Tridah Bangun: Sosok Wartawan Dan Pengarang Kreatif Serta Nasionalis, Jakarta: Lau Simalem, 2005.

Fu’ad Zulfikar, Menulis Biografi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Forum Komunikasi Kelompok Kerja, Perjuangan Rajyat Semesta Membela Proklamasi 17-8-1945, Jakarta, 1975.

Gottschalk Louis, Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI- Press, 1985.

Kaloh J, Kepemimpinan Kepala Daerah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Keating dan Charles J, Kepemimpinan: Teori Dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius, 1986.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Marbun Ruslina, ‘’Agresi Militer Belanda Di Asahan (1947-1949)’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara,1987.

Nawawi Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta: Gajah Mada, University Press, 1993.


(6)

Payung Bangun, Dari Medan Area Ke Sipirok Area, Medan: Merga Silima, 1998. Pemikiran Biografi Dan Kesejarahan: Suatu Kumpulan Pada Berbagai

Lokakarya, Jakarta, 1983.

Prinst Darwan, Adat Karo, Medan: Bina Media Perintis, 2004.

Safrin Lagut S dan Ngadimin, 70 Tahun O K Harmaini Nuansa Suara Para Sahabat, Medan: USU Press, 1997.

Saragih Rosida, ‘’Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang di Simalungun (1942-1945)’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1978.

Sembiring Rakutta, Corat Coret Budaya Karo, Medan: Ula Kisat, 1985.

Sinaga Maknur, Kenan Purba, (ed.,), Sejarah Perkembangan Pemerintahan Dalam Negeri Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, Pematang Siantar, 2000. Sinaga Muhammad Rasyid, ‘’Perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar

1978-1990’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009. Surbakti A. R, Karo Area, Medan: Ulih Saber, 1995.

---, Perang Kemerdekaan Di Karo Area, Medan, 1978.

Suprayetno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001.

Wojowasito S, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakrta: Ichtiar Baru Van Hoevel, 2003.