e. Bendahara : Tambaten Brahmana
Rakutta Sembiring Brahmana memimpin Tanah Karo selama dua periode. Periode pertama yaitu sejak tahun 1946 hingga tahun 1949, dan periode kedua yaitu
tahun 1949 hingga tahun 1953. Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati Tanah Karo dua kali berturut-turut tidak terlepas dari kemampuannya dalam
memimpin daerah tersebut dan belum adanya pemimpin yang dianggap cocok oleh pemerintah untuk menggantikan beliau karena minimnya orang yang pernah
mencicipi bangku sekolah pada masa itu. Lamanya periode kepemimpinan seseorang di suatu daerah pada periode tersebut tidaklah menjadi masalah selama dia masih
mampu bekerja dengan baik. Selama Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Tanah Karo
telah terjadi beberapa kali perpindahan pusat pemerintahan kabupaten. Hal ini tidak terlepas dari kondisi politik yang masih belum stabil. Adapun tempat kantor kepala
pemerintahan Karo sejak Indonesia merdeka adalah sebagai berikut: a.
Kabanjahe, tahun 1945-31 Juli 1947 b.
Tigabinanga, 31 Juli 1947-25 Nopember 1947 c.
Lau Baleng, 25 Nopember 1947-7 Februari 1948 d.
Kutacane, 7 Februari 1947-14 Agustus 1949 e.
Tiganderket, 14 Agustus 1949-17 Agustus 1950 f.
Kabanjahe, 17 Agustus 1950 hingga sekarang
3.5 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati Asahan.
Universitas Sumatera Utara
Karier Rakutta Sembirng Brahmana tidak berhenti dengan hanya menjadi bupati di daerah kelahirannya Tanah Karo. Beliau kemudian dipercaya untuk
memimpin di daerah lain yakni daerah Asahan sebagai bupati kedua menggantikan Abdullah Eteng. Rakutta Sembiring Brahmana dianggap pemerintah dapat
memajukan daerah Asahan melihat hasil kerjanya selama ini yang cukup memuaskan. Kabupaten Asahan terbentuk setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tanggal
15 Maret 1946 yang dipimpin oleh Abdullah Eteng dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah. Pada masa awal terbentuknya Kabupaten Asahan, wilayah Asahan
dibagi menjadi lima kewedanan antara lain, Kewedanan Tanjung Balai, Kewedanan Kisaran, Kewedanan Batubara Utara, Kewedanan Batubara Selatan, dan Kewedanan
Bandar Pulau. Masing-masing kewedanan ini membawahi beberapa kecamatan. Adapun kecamatan-kecamatan yang ada di Asahan pada masa awal kemerdekaan
adalah: 1.
Kewedanan Tanjung Balai yang terdiri dari: a.
Kecamatan Tanjung Balai b.
Kecamatan Air Joman c.
Kecamatan Simpang Empat d.
Kecamatan Sei Kepayang 2.
Kewedanan Kisaran yang terdiri dari: a.
Kecamatan Kisaran b.
Kecamatan Air Batu c.
Kecamatan Buntu Pane 3.
Kewedanan Batubara Utara terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
a. Kecamatan Medan Deras
b. Kecamatan Air Putih
4. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri dari:
a. Kecamatan Talawi
b. Kecamatan Tanjung Tiram
c. Kecamatan Lima Puluh
5. Kewedanan Bandar Pulau terdiri dari:
a. Kecamatan Bandar Pulau
b. Kecamatan Pulau Rakyat
c. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
46
Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati Asahan pada tahun 1954. Pengangkatan Rakutta Sembiring Brahmana menjadi bupati di Asahan ini
menunjukkan bahwa dia dapat memimpin di daerah orang lain. Hal ini menunjukkan satu prestasi bagi Rakutta Sembiring Brahmana.
Pada masa kepemimpinannya di Asahan, Rakutta Sembiring Brahmana mengajak masyarakat untuk memperhatikan kondisi pangan di daerahnya. Untuk
tetap menjaga ketersediaan pangan khususnya beras beliau menganjurkan masyarakat untuk menanam padi. Rakutta Sembiring Brahmana melihat masyarakat asli Asahan
tidak mempunyai minat dalam bersawah karena pada umumnya mereka hidup dari melaut, maka beliau mendatangkan orang-orang Karo yang berasal dari gunung untuk
membuka persawahan di Asahan. Orang Karo ini merupakan orang-orang yang sudah
46
Ruslina Marbun, ‘’Agresi Militer Belanda Di Asahan Tahun 1947-1949’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1987, hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
terbiasa dengan kegiatan pertanian dengan demikan akan lebih mudah mengolah tanah yang ada menjadi persawahan-persawahan.
Pembukaan persawahaan di Asahan ini oleh Suku Karo menyebabkan semakin banyaknya orang Karo di Asahan. Rakutta Sembiring Brahmana sangat
memperhatikan kondisi darii masyarakat pendatang yang khusus didatangkan untuk membuka persawahaan ini. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian membuka
perkampungan untuk orang Karo. Perkampungan ini masih ada hingga sekarang ini dan tetap dihuni oleh orang-orang Karo. Orang-orang Karo ini kemudian juga
menjadi pemilik sawah-sawah yang ada di Asahan sekarang karena dahulunya nenek moyang merekalah yang membuka persawahan di daerah tersebut.
Selama memimpin di Asahan Rakutta Sembiring Brahmana juga membangun sekolah-sekolah. Hal ini dimaksudkan beliau untuk mempercepat kemajuan daerah
yang dipimpinnya itu. Dengan adanya sekolah diharapkan akan lahir anak-anak terdidik yang dapat kelak memimpin daerahnya.
Pada masa masih menjabat sebagai bupati Asahan, Rakutta Sembiring Brahmana tidak hanya menjadi bupati saja. Rakutta Sembiring Brahmana juga
merangkap sebagai walikota Tanjung Balai karena kekosongan pemimpin pada saat itu. Memegang dua tanggung jawab sekaligus adalah hal yang tidak mudah
dilakukan, namun Rakutta Sembiring Brahmana dianggap pemerintah mampu memegang tanggung jawab yang sangat berat tersebut, dan beliau juga
membuktikannya dengan hasil kerjanya selama memimpin dua daerah tersebut. Pada tahun 1957 Rakutta Sembiring Brahmana juga menjadi anggota Konstituante Fraksi
PNI yang menyebabkan beliau menjadi orang yang sangat sibuk
Universitas Sumatera Utara
Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana telah jauh dari tanah kelahirannya Desa Limang dan saudara-saudaranya, beliau tidak pernah melupakanya. Setiap ada
waktu senggang beliau kerap kali mengajak anak danm isterinya kembali ke kampung halamanya untuk melepas rindu bersama handai toulannya. Beliau juga kerap kali
meminta saudara-saudaranya itu untuk datang ke rumah dinasnya di Asahan. Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Kabupaten Asahan
selama enam tahun. Rakutta Sembiring Brahmana memimpin di Kabupaten Asahan yaitu sejak tahun 1954-1960. Selama ia memimpin di Kaupaten Asahan dia berusaha
memimpin dengan bijaksana dan tegas sehingga ia bisa di terima di wilayah yang bukan tanah kelahirannya.
3.6 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Wlikota di Pematang Siantar.