Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.

menghadap kepadaNYA. Peristiwa ini tentunya melukiskan luka yang mendalam bagi Rakutta Sembiring Brahmana yang masih kecil. Kehilangan salah satu orang yang paling dicintainya membuatnya sedikit rapuh. Namun sebagai seorang anak laki-laki yang paling sulung dan berjiwa besar, Rakutta tidak larut dalam kesedihan. Rakutta Sembiring Brahmana pun akhirnya bangkit dan kembali pada kegiatannya seperti biasa.

2.2 Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.

Setelah tamat dari HIS Holland Inlandsch School pada tahun 1927, Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan sekolahnya di Taman Siswa yang berada di Kota Medan. Selama Rakutta Sembiing Brahmana di Medan, ia tinggal bersama salah satu kerabatnya bernama Hj Harun yang dikenal dengan julukan Pak Haji. Rakutta Sembiring Brahmana tinggal di Kampung Lalang Medan bersama pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan tidak mempunyai anak, oleh karena itu mereka kemudian mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak angkat mereka. 17 17 Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 24 Juli 2010. Sejak ia diangkat menjadi anak oleh keluarga Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai orangtua kedua selain ayah dan ibu kandungnya yang tinggal di Desa Limang. Selama ia tinggal di rumah Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak yang mandiri. Rakutta Sembiring Brahmana tidak segan-segan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan piring, mengepel lantai Universitas Sumatera Utara bahkan memasak yang pada umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini menunjukkan perubahan pada Rakutta Sembiring Brahmana kecil menjadi anak yang mulai beranjak remaja. Hal-hal yang tidak pernah ia lakukan di kampung halamanya seperti pekerjaan rumah kini harus ia lakoni. Kerajinan dan kemandirian Rakutta Sembiring Brahmana inilah yang menyebabkan orangtua angkatnya ini sangat menyayanginya. Rakutta Sembring Brahmana menunjukkan bahwa ia bisa menjadi anak yang tidak mengandalkan harta kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya. Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke sekolah lanjutan yang dikenal dengan Taman Siswa pada tahun 1927. Selama sekolah di Taman Siswa ini, ia dikenal dengan anak yang mudah bergaul dan banyak disenangi orang, oleh karena itu tidak mengherankan apabila Rakutta Sembiring Brahmana sangat dekat dengan gurunya salah satunya ialah Pak Sugondo. Rakutta Sembiring Brahmana juga dikenal sebagai anak yang mempunyai prestasi yang membanggakan karena ia termasuk ke dalam ranking kelas. Selama bersekolah di Taman Siswa Medan, Rakutta Sembiring Brahmana kerap kali pulang ke kampung halamanya di Desa Limang terutama pada saat sekolah libur. Untuk sampai ke kampung halamanya Rakutta Sembiring Brahmana harus naik angkutan dari Medan yang pada saat itu sangat sulit ditemukan. Satu-satunya angkutan umum yang menghubungkan Medan-Berastagi adalah PMG Persatuan Motor Gunung. Dengan angkutan ini Rakutta Sembiring Brahmana bisa sampai ke Desa Perbesi dan dari desa ini kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Limang dengan berjalan kaki. Perjalanan dari Desa Perbesi ke Desa Limang dapat ditempuh Universitas Sumatera Utara dengan berjalan kaki selama 3 jam. Perjalanan ini terpaksa dilakukan karena tidak ada angkutan yang sampai ke desa ini. Ketika Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamanya di Desa Limang, beliau tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau. Biasanya selama liburan Rakutta Sembiring Brahmana menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku atau menulis. Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat menyenangi buku-buku yang berbau politik. Meski Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau, kedua orangtuanya tidak pernah memarahinya karena mereka menyadari hobbi dari anak sulungnya ini. Selama Rakutta Sembiring Brahmana sekolah di Taman Siswa, beliau tetap dibiayai oleh orangtuanya. Biaya kehidupannya terkadang diantar oleh ayahnya ke Medan, lain waktu dikirim lewat pos, dan terkadang juga dibawa oleh Rakutta Sembiring Brahmana ketika beliau ketepatan pulang ke kampung halamannya. Rakutta Sembiring Brahmana mulai menunjukkan ketertarikanya di dunia politik sejak ia masuk ke sekolah Taman siswa. Di sekolah ini beliau ikut dalam organisasi sekolah yang ditujukan untuk seluruh siswa Taman Siswa. Organisasi yang diikuti oleh Rakutta Sembiring Brahmana di Taman Siswa ini berupa organisasi bawah tanah. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi tersembunyi dan tak boleh diketahui keberadaanya oleh pemerintah Belanda. Keikutsertaan Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi sekolah ini dikarenakan kewajiban yang dibebankan oleh pihak sekolah kepada seluruh siswa Taman Siswa. Guru-guru dari Sekolah Taman Siswa ini kebanyakan berkecimpung di dalam dunia politik, sehingga Universitas Sumatera Utara mereka mengajak siswanya untuk turut serta dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda. Ikut sertanya Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi bentukan sekolahnya secara tidak langsung menambah pemahamannya akan dunia politik. Didikan dari Taman Siswa ini juga membentuk kepribadian Rakutta Sembiring Brahmana yang berani mengambil resiko dalam menentang penjajah. Rakutta sembiring Brahmana semakin peka akan nasib bangsanya sehingga ia mau meninggalkan kemewahan yang ia dapatkan dari orangtuanya dan bergabung bersama pejuang-pejuang di era 1930-an itu. Selama sekolah di Taman Siswa beliau telah masuk menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional Indonesia PNI. Setelah tamat dari Sekolah Taman Siswa Medan pada tahun 1930, beliau melanjutkan kenjenjang yang lebih tinggi lagi. Beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama yaitu Taman Siswa Medan. Pada pertengahan tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana meninggalkan pendidikannya karena keinginanya untuk masuk menjadi anggota Partindo. Masuknya Rakutta Sembiring Brahmana ke dalam organisasi Partindo tidak terlepas dari dibubarkannya Partai Nasional Indonesia PNI.

2.3 Kehidupan Berumahtangga.