Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati di Tanah Karo.

akhirnya dibubarkan dan kemudian diganti menjadi Napindo yang dikenal dengan Napindo Halilintar. Pada saat yang bersamaan terbentuklah BKR Badan Keamanan Rakyat yang merupakan tentara resmi pemerintah. Badan Keamanan Rakyat ini terbentuk dari hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Badan kemanan rakyat ini kemudian terbentuk pula di Tanah Karo. Ada beberapa pengurus badan keamanan rakyat untuk daerah Tanah Karo yakni Djamin Ginting, Nelang Sembiring, Bom Ginting, Nahud Bangun, Kapiten Purba. Pada Bulan Januari 1946 di Tanah Karo dibentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Karo. Adapun susunan pengurus Komite Nasional Indonesia wilayah Tanah Karo adalah: 1. Ketua : Rakutta Sembiring Brahmana 2. Sekertaris : Mbaba Bangun 3. Anggota : Selamat Ginting, Tama Ginting, Koda Bangun, Nitipi Bangun, Tokoh Purba, L. Siahaan, Mbaba Bangun, Sutan Soaloan, Nolong Ginting Suka, Netap Bukit, Rachman Sebayang dan Kunci Purba. 35

3.4 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati di Tanah Karo.

Tanah Karo yang sekarang dikenal dengan Daerah Tingkat II Karo merupakan salah satu Daerah Tingkat II yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Tanah Karo berada pada 2 50 ’ - 3 19 ’ LU dan 97 55 ’ - 98 38 ’ BU, dengan ketinggian 140-1.400 meter di 35 A. R. Surbakti, op, cit., hal. 35. Universitas Sumatera Utara atas permukaan laut. Tanah Karo memiliki luas wilayah 2.127,25 km atau sekitar 3,01 dari luas Sumatera Utara. 36 Daerah Tingkat II Tanah Karo berbatasan dengan beberapa wilayah seperti, Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Aceh Tenggara, Dairi dan Danau Toba. Daerah Tingkat II Tanah Karo terkenal dengan udaranya yang dingin, daerah ini bersuhu udara sekitar 16 - 27 dengan kelembapan udara sekitar 82. 37 Pada masa pendudukan Belanda di Tanah Karo, Belanda membagi wilayahnya menjadi lima landschaap zelfbestur pemerintahan sendiri 38 dalam satu onder afdeling. Adapun landschaap yang ada di Tanah Karo pada masa itu adalah landschaap Lingga yang membawahi enam urung, landschaap Kutabuluh yang membawahi dua urung, landschaap Sarinembah yang membawahi empat urung, landschaap Suka yang membawahi empat urung, dan landschaap Barusjahe yang membawahi dua urung. Pemerintahan dipimpin oleh controler Belanda, namun pelaksana pemerintahan di masing-masing wilayah dikepalai oleh Raja Urung. Melalui raja urung inilah segala kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah Belanda dilaksanakan. 39 Pada masa penjajahan Jepang susunan pemerintahan di Tanah Karo tidak banyak mengalami perubahan. Pada masa kemerdekaan hingga terjadinya Revolusi Sosial pada tahun 1946 pemerintahan Tanah Karo dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Meliala. Bentuk pemerintahannya adalah pemerintahan swapraja berupa landschaap- 36 Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op.,cit, hal. 91. 37 Ibid. 38 S. Wojowasito, op, cit., hal. 824. 39 Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op, cit., hal. 16-17. Universitas Sumatera Utara landschaap sama seperti pada masa pemerintahan Belanda. Ketika revolusi sosial terjadi pemerintahan swapraja ini dihapuskan, demikian juga dengan kekuasaan sultan, sibayak, raja urung dan lain sebagainya dihapuskan. Setelah adanya penghapusan swapraja daerah yang berpemerintahan sendiri 40 1. Membentuk pemerintahan Kabupaten Karo dengan melepaskan diri dari keterikatan administrasi kerajaan. dan kekuasaan para sibayak serta raja urung maka Komite Nasional Indonesia Tanah Karo mengadakan musyawarah untuk menentukan masa depan daerah ini. Musyawarah ini diadakan di Kuta Gadung pada 13 Maret 1946. Musyawarah ini dipimpin oleh Tama Ginting. Dari musyawarah ini dihasilkan beberapa keputusan antara lain: 2. Menghapus sistem pemerintahan swapraja pribumi di Tanah Karo dengan sistem pemerintahan demokratis berdasarkan kedaulatan rakyat. 3. Kabupaten Karo diperluas dengan memasukkan daerah Deli Hulu dan daerah Silima Kuta Cingkes. 4. Mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi Bupati Karo, KM Aritonang sebagai patih, Ganin Purba sebagai sekertaris dan Kantor Tarigan sebagai wakil sekertaris. 5. Mengangkat kepala desa sebagai pengganti raja urung yang sudah dihapuskan. 41 40 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal. 983. 41 A. R. Surbakti, op, cit., hal 102. Universitas Sumatera Utara Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Diangkatnya Rakutta Sembiring Brahmana sebagai kepala pemerintahan di Tanah Karo mengawali karier Rakutta Sembiring Brahmana dalam menjadi bupati. Rakutta Sembiring Brahmana merupakan bupati pertama di Tanah Karo setelah sebelumnya kepala pemerintahan sementara dipegang oleh Ngerajai Sembiring Meliala. Setelah Kabupaten Karo terbentuk dan Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi bupati, pada 18 April 1946 diputuskan bahwa wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi tiga kewedanan dan tiap kewedanan terdiri dari lima kecamatan. Adapun nama-nama kewedanan dan kecamatan yang ada di Tanah Karo pada saat Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Tanah Karo adalah: 1. Kewedanan Karo yang dipimpin oleh Netap Bukit terdiri dari: a. Kecamatan Kabanjahe, Camatnya Nahar Purba. b. Kecamatan Simpang empat, Camatnya Ngangkat Radja Sinulingga. c. Kecamatan Payung, Camatnya Kendal Keliat. d. Kecamatan Barus Jahe, Camatnya Matang Sitepu. e. Kecamatan Tigapanah, Camatnya Djamin Karo Sekali. 2. Kewedanan Karo Hilir yang dipimpin oleh Tama Sebayang terdiri dari: a. Kecamatan Tiga Binanga, Camatnya Molai Sebayang . b. Kecamatan Munthe, Camatnya Ngembar Meliala. c. Kecamatan Juhar, Camatnya Pulong Tarigan. d. Kecamatan Kuta Buluh, Camatnya Masa Sinulingga. e. Kecamatan Mardinding, Camatnya Nuriken Ginting. Universitas Sumatera Utara 3. Kewedanan Karo Jahe yang dipimpin oleh Keras Surbakti terdiri dari: a. Kecamatan Pancur Batu, Camatnya Usman Deli. b. Kecamatan Biru-Biru, Camatnya Selamat Tarigan. c. Kecamatan Kutambaru, Camatnya Kelang Sinulingga. d. Kecamatan Sibolangit, Camatnya Dame Gurusinga. e. Kecamatan Namorambe, Camatnya Abdul Djebar Ketaren. 42 Setelah susunan pemerintahan di Tanah Karo dirubah maka Komite Nasional Indonesia Wilayah Tanah Karo berubah namanya menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Karo. Selain menjadi Bupati Tanah Karo, Rakutta Sembiring Brahmana juga menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Selamat Ginting. Pada tanggal 20 November 1947 Rakutta Sembiring Brahmana mengeluarkan uang tukar dengan nomor registrasi No. 20490 dengan nilai Rp. 1000 per lembar. Uang Kabupaten diketik dan ditandatangani oleh Rakutta Sembiring Brahmana dan dibubuhi stempel Kabupaten. Dikelurkannya uang tukar ini tidak terlepas dari kondisi Republik Indonesia yang belum stabil pada masa itu. Uang yang menjadi alat tukar yang sah dan berlaku di Kabupaten Karo ini merupakan Oeang Repoblik Indonesia atau yang disingkat dengan ORI. Peredaran uang kabupaten ini ternyata dapat mengurangi tingkat inflasi tetapi justru dapat meningkatkan perekonomian rakyat. Oeang Republik Indonesia ini dikeluarkan pada saat pusat pemerintahan Tanah Karo dipindahkan dari Kabanjahe ke Tigabinanga 43 42 A. R Surbakti, op,cit., hal. 108-109. 43 Ibid., hal. 103. Universitas Sumatera Utara Pada masa berlangsungnya Agresi Militer Belanda Ke II tepatnya pada tanggal 1 April 1949 diadakanlah perundingan antara Komanda Resimen IV Distrik X Mayor Djamin Ginting dengan komandan sektor III Sub-Terr VII Mayor Selamat Ginting. Dalam perundingan tersebut kedua belah pihak sepakat membagi daerah operasi pertempuran sebagai berikut, daerah operasi pasukan Resimen IV mulai dari sebelah kiri jalan raya Tiga Binanga sampai ke Berastagi dan dari Berastagi sampai ke Medan sebelah kiri dan kanan jalan raya, daerah operasi pasukan TNI sektor III mulai dari Kabupaten Dairi terus sebelah kanan jalan raya Lau Baleng Tiga Binanga Tongkoh termasuk daerah Silima Kuta Cingkes. Selain itu juga diputuskan untuk membentuk Pemerintahan Pentadbiran Militer Kabupaten Karo. Berdasarkan surat keputusan No. 62istdl, tanggal 4 April 1949 tentang susunan pemerintahan Pentadbiran Militer Karo yang dikeluarkan oleh A. Kawilarang sebagai berikut: 1. Kepala PPMK : Rakutta Sembiring Brahmana 2. Wakil Kepala I : Wedana Keras Surbakti 3. Wakil Kepala II : Wedana Netap Bukit 4. Kepala Sekertariat : Kantor Tarigan 5. Kepala Keuangan : Tambaten Brahmana 6. Wedana Karo Utara : Kendal Keliat 7. Wedana Karo Selatan : Matang Sitepu 44 Ada beberapa tugas yang diberikan kepada pemerintahan militer ini seperti menjalankan pemerintahan, membentuk PRS Pertahanan Rakyat Sementara, 45 44 Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op, cit., hal 272-273. Universitas Sumatera Utara mengurus perekonomian rakyat, memberi bantuan pada TNI, dan mengawasi seluruh daerah Tanah Karo. Pemerintahan pentadmiran militer ini ditempatkan di Tiganderket. Menjelang akhir Desemeber 1949, para pemuda mengadakan konferensi dan mengeluarkan mosi agar pemerintah Reublik Indonesia dikembalikan ke Sumatera Timur. Kemudian pada tanggal 22 dan 22 Januri 1950, Front Nasional Sumatera Timur mengadakan konfrensi dan menghasilkan resolusi yang menuntut agar Negara Sumatera Taimur segera dilebur ke dalam Republik Indonesia. Aspirasi mereka akhirnya terpenuhi setelah persoalan negara-negara Republik Indonesia Serikat diselesaikan secara nasional yaitu kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan UUDS 1950. Dengan terbentuknya NKRI tanggal 15 Agustus 1950, dualisme pemerintahan di Tanah Karo tidak ada lagi dan Bupati Rakutta Sembiring Brahmana beserta segenap perangkatnya kembali ke kantornya di Kabanjahe. Salah satu keputusan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Kabupaten Karo dibagi menjadi dua kewedanan yang masing-masing membawahi lima kecamatan. Adapun susunan pemerintahan Kabupaten Karo pada saat itu adalah: a. Bupati : Rakutta Sembiring Brahmana b. Wakil I : Keras Surbakti c. Wakil II : Netap Bukit d. Kepala Sekertaris : Kantor Tarigan 45 Dalam garis-garis besarnya tugas-tugas PRS menurut anggaran dasar adalah sebagai berikut, mempersatukan serta menggerakkan tenaga rakyat dalam usaha menghancurkan kekuatan musuh dan menegakkan kekuasaan pemerintah RI, mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dan tidak mengenal kompromi dengan musuh, dan membantu TNI untuk menghancurkan musuh. Universitas Sumatera Utara e. Bendahara : Tambaten Brahmana Rakutta Sembiring Brahmana memimpin Tanah Karo selama dua periode. Periode pertama yaitu sejak tahun 1946 hingga tahun 1949, dan periode kedua yaitu tahun 1949 hingga tahun 1953. Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati Tanah Karo dua kali berturut-turut tidak terlepas dari kemampuannya dalam memimpin daerah tersebut dan belum adanya pemimpin yang dianggap cocok oleh pemerintah untuk menggantikan beliau karena minimnya orang yang pernah mencicipi bangku sekolah pada masa itu. Lamanya periode kepemimpinan seseorang di suatu daerah pada periode tersebut tidaklah menjadi masalah selama dia masih mampu bekerja dengan baik. Selama Rakutta Sembiring Brahmana menjabat sebagai bupati di Tanah Karo telah terjadi beberapa kali perpindahan pusat pemerintahan kabupaten. Hal ini tidak terlepas dari kondisi politik yang masih belum stabil. Adapun tempat kantor kepala pemerintahan Karo sejak Indonesia merdeka adalah sebagai berikut: a. Kabanjahe, tahun 1945-31 Juli 1947 b. Tigabinanga, 31 Juli 1947-25 Nopember 1947 c. Lau Baleng, 25 Nopember 1947-7 Februari 1948 d. Kutacane, 7 Februari 1947-14 Agustus 1949 e. Tiganderket, 14 Agustus 1949-17 Agustus 1950 f. Kabanjahe, 17 Agustus 1950 hingga sekarang

3.5 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati Asahan.