BAB II KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA
2.1 Masa Kecil Rakutta Sembiring Brahmana.
Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran tinggi Tanah Karo tepatnya Desa Limang. Pada masa pendudukan Belanda, Desa
Limang termasuk ke dalam wilayah Landschaap
10
Sarinembah khususnya Urung Perbesi.
11
Saat ini Desa Limang merupakan salah satu Desa yang berada pada wilayah Kecamatan Tiga Binanga. Mayoritas masyarakat Desa Limang berasal dari
klan Marga Sembiring
12
khususnya Sembiring Brahmana.
13
Hal ini terjadi karena menurut sejarah yang beredar di dalam masyarakat desa ini, pendiri Desa Limang
adalah Marga Sembiring Brahmana. Oleh karena itu tidak mengherankan bila hingga saat ini marga Sembiring Brahmana mendominasi wilayah Desa Limang. Desa
Limang ini didirikan oleh Sembiring Brahmana sekitar tahun 1650-1700. Perhitungan ini didasarkan kepada generasi keempat Singian Sampalen yaitu Mangasi Sembiring
Brahmana 1841-1923 dan Mbeliting Sembiring Brahmana 1943-1924.
14
10
Landschaap yaitu pemerintahan bumiputra. Pemerintahan Landschapp dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.
11
Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Salah Seorang Penggerak Revolusi Kemedekaan Di Sumatera Utara, Jakarta: Haji Masagung, 1994, hal. 16.
12
Sembiring merupakan salah satu marga dari lima marga inti pada masyarakat Karo yang dikenal dengan Merga Silima. Adapun marga-marga yang termasuk dalam Merga Silima ini antara
lain, Tarigan, Ginting, Karo-Karo, Sembiring dan Perangin-angin.
13
Sembiring Brahmana merupakan cabang dari Marga Sembiring. Ada beberapa cabang dari Marga Sembiring ini antara lain, Brahmana, Pandia, Colia, Meliala, Muham, Maha, Pelawi,
Pandebayang, Depari, Tekang, Gurukinaya, Buhuaji, Keling, Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki, dan Sinukapar.
14
Wawancara dengan Riah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 14 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
Rakutta Sembiring Brahmana lahir dari buah cinta perkawinan pasangan Malem Sembiring Brahmana dengan Bayang Tua br Sebayang. Pasangan ini
dikaruniai tiga orang anak yaitu, Rakutta Sembiring Brahmana sebagai putera sulung, Ngaloken Sembiring Brahmana sebagai putera kedua, dan yang terakhir pasangan ini
dikaruniai seorang puteri, namun nama dan jejaknya tidak diketahui karena pada saat usianya yang masih belia ia meninggal dunia, tepatnya pada masa penjajahan
Belanda. Nama Rakutta Sembiring Brahmana yang diberikan oleh kedua orangtuanya diambil dari Bahasa Karo yang artinya pengikat. Nama ini diberikan dengan harapan
kelak Rakutta dapat menjadi pengikat atau pemersatu dalam keluarga. Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana memiliki lima orang isteri. Isteri
pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung dari Rakutta sendiri. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf terdahulu, pasangan ini memiliki tiga
orang anak. Sesuai kebiasan dalam masyarakat Karo, nama anak pertama dijadikan sebagai nama panggilan bagi orangtuanya. Oleh karena Rakutta merupakan anak
pertama, maka ayahnya dipanggil dengan Pa Rakutta dan ibunya dipanggil dengan Nd Rakutta.
Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima
orang anak, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak tersebut adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd Bahari br Sembiring Brahmana,
Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari Sembiring Brahmana, dan Dr Kamsah Sembiring Brahmana. Isteri kedua ini kemudian akhirnya cerai dari ayah
Rakutta Sembiring Brahmana karena beliau tidak menyetujui adanya pernikahan-
Universitas Sumatera Utara
pernikahan selanjutnya setelah pernikahanya. Setelah cerai isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana ini tidak pulang ke rumah orangtuanya. Beliau tetap tinggal di
Desa Limang karena tidak diijinkan oleh saudara laki-lakinya pulang ke rumah orangtuanya.
Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah
perempuan. Adapun nama ketiga anak ini adalah Ronang br Sembiring Brahmana, Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring Brahmana.
Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana menikahi seorang gadis bernama Kapalen br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang
anak yang terdiri dari satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama anak-anak dari pasangan ini antara lain Banta Mulia br Sembiring Brahmana, Imat
Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan Rajun sembiring Brahmana.
Pernikahan kelima sekaligus merupakan pernikahan terakhir dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai marga
yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang
laki-laki. Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur br Sembiring Brahmana, Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana,Tuah br Sembiring
Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana. Seluruh isteri dari Malem Sembiring yang merupakan ayah kandung Rakutta
Sembiring Brahmana ini hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
pada dasarnya mereka masih mempunyai ikatan kekerabatan yang sangat dekat. Bahkan isteri keempat dan kelima tinggal bersama dalam satu atap. Setelah
meninggal isteri-isteri dari Malem Sembiring Brahmana ini dikuburkan dalam satu semen kecuali isteri kedua karena beliau telah diceraikan oleh ayahanda Rakutta
Sembiring Brahmana ini. Zaman dahulu, sebelum dan sesudah kedatangan Belanda ke Tanah Karo,
menikah lebih dari sekali dan mempunyai isteri yang banyak merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Alasannya sangatlah beragam
seperti untuk membina hubungan kekeluargaan yang erat dengan famili di beberapa desa. Demikian dengan pernikahan ayah Rakutta yang sampai lima kali juga
merupakan hal yang biasa dan tentunya memiliki alasan. Pernikahan ini terjadi karena adanya perjodohan. Orangtua dari kelima isterinya ini menjodohkan puterinya dengan
Malem Sembiring Brahmana karena beliau merupakan salah satu tokoh penetua adat yang terpandang dan terkaya di daerahnya. Malem Sembiring Brahmana ini
mempunyai ternak kerbau yang cukup banyak. Di samping itu juga beliau memiliki tanah yang cukup luas, sehingga orangtua dari kelima isterinya ini yakin bahwa
kehidupan anaknya tidak akan sengsara bersama Malem Sembiring Brahmana. Malem Sembiring Brahmana ini dikenal sebagai orang yang pemberani. Hal
ini ditunjukkan dari cerita yang dilontarkan anak bungsunya Riah br Sembiring Brahmana. Beliau menuturkan bahwa ayahnya mempunyai sekitar 400 ekor kerbau
yang dipelihara dalam tanah yang sangat luas di dekat hutan. Akibat letaknya yang sangat berdekatan dengan hutan, kerbau ini sering diintai oleh harimau untuk
dimakan sehingga agar menghindari supaya kerbau ini tidak dimakan maka Malem
Universitas Sumatera Utara
Sembiring Brahmana harus menjaganya. Beliau tidak takut dalam menghadapi binatang buas ini dan tidak segan-segan untuk menembaknya apabila kerbau miliknya
sudah terancam bahaya. Dalam menjaga kerbau ini Malem Sembiring Brahmana tidak pernah melibatkan anak-anaknya termasuk Rakutta Sembiring Brahmana.
Rakutta sembiring Brahmana bersama saudara-saudaranya cukup tinggal di kampung bersama ibunya.
15
Dari penjelasan pada paragraf terdahulu Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai dua orang saudara kandung dan 17 orang saudara tiri. Jumlah ini
bukanlah jumlah yang sedikit dalam sebuah keluarga. Semua anak-anak dari Malem Sembiring Brahmana ini hidup dengan rukun dan didik agar kelak menjadi orang
yang berguna bagi keluarga dan masyarakat banyak. Meskipun Rakutta mempunyai adik-adik tiri, beliau tidak pernah membeda-bedakan antara adik kandung dan adik
tiri. Semua saudaranya diperlakukanya sama. Rakutta Sembiring Brahmana sering sekali berkumpul bersama adik-adik tirinya meski mereka tidak tinggal satu atap.
Kebiasaan-kebiasaan Rakutta Sembiring Brahmana yang seperti ini tetap berlangsung hingga ia menikah kelak. Bagi adik-adiknya dia dikenal sebagai seorang abang yang
mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Didikian seperti ini mengakibatkan dikemudian hari Rakutta peka memperhatikan kondisi orang-orang disekelilingnya
terutama setelah ia menjadi dewasa seperti mengikuti perjuangan kemerdekaan Keberanian Malem Sembiring Brahmana ini turun pada putera
sulungnya Rakutta Sembiring Brahmana yang tampak pada pergulatannya dalam dunia politik ketika ia sudah dewasa.
15
Wawancara dengan Riah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 23 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
Republik Indonesia dan ketika beliau kelak menjadi salah satu tokoh penting di Sumatera Utara Bupati dan walikota.
Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih anak-anak, beliau sering mengikuti ayahnya dalam acara-acara adat seperti perkawinan, kemalangan,
memasuki rumah baru, begitu pun upacara ritual menurut kepercayaan leluhur. Hal ini tidak mengherankan, karena ayah dari Rakutta ini sendiri adalah seorang penetua
adat yang kerap kali dipanggil untuk menghadiri berbagai acara. Seringnya Rakutta mengikuti ayahnya dalam berbagai acara adat mengakibatkan lambat laun ia
mengetahui mengenai adat-adat karo. Beliau juga sering berdiskusi dengan ayahnya mengenai adat-adat karo yang belum ia mengerti. Dengan demikian maka
pemahaman mengenai adat-adat ini akan semakin banyak. Pemahaman Rakutta Sembiring Brahmana terhadap adat karo kelak dituliskannya dalam sebuah buku yang
berjudul ‘’ Corat Coret Budaya Karo’’. Sama halnya dengan anak-anak sebayanya Rakutta Sembiring Brahmana juga
menyenangi permainan-permainan yang sering dimainkan pada saat itu seperti sepak bola, catur, kelereng, gasing dan sebagainya. Dia juga dikenal sebagai anak yang
pintar. Namun seperti anak-anak pada umumnya, Rakutta juga tidak terlepas dari kenakalan-kenakalan kecil yang sering dilakukan oleh anak-anak. Rakutta Sembiring
Brahmana tidak pernah mau mengalah apabila ia merasa apa yang dia lakukan itu benar. Demikian juga ketika adik-adiknya diperlakukan tidak adil oleh orang lain ia
akan melawan dan memarahi adiknya itu apabila tidak mau melawan orang tersebut. Sifat seperti ini tetap dipertahankannya hingga ia menikah dan mempunyai anak.
Konsep untuk melawan jika benar ia terapkan kepada anak-anaknya kelak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari salah satu adik tiri Rakutta Sembiring Brahmana, abang sulungnya ini mempunyai beberapa teman sepermainan
yang sangat dekat yakni Ngerimi Ketaren dan Tandel Brahmana.
16
Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih duduk di bangku Sekolah Rakyat yang dikenal dengan sebutan HIS Holland Inlandsch School ibu kandung dari
beliau yaitu Bayang Tua br Sebayang dipanggil oleh Tuhan Yang maha Esa untuk Ketika Rakutta Sembiring Brahmana menginjakan usia sekitar delapan tahun
tepatnya pada tahun 1924, beliau memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya. Kedua orangtua Rakutta sepakat untuk menyekolahkan anak sulungnya ini di Sekolah
Rakyat yang dikenal dengan HIS Holland Inlandsch School. Pada masa itu belum ada sekolah di Desa Limang, oleh karena itu orangtuanya kemudian
menyekolahkannya di Kabanjahe. Jarak antara Kabanjahe dan Limang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan apabila Rakutta Sembiring Brahmana untuk pergi
bersekolah setiap harinya dengan pulang pergi, sehingga pada saat itu Rakutta dititipkan orangtuanya di tempat neneknya di Kabanjahe. Sejak saat itu Rakutta
Sembiring Brahmana tidak tinggal bersama orangtuanya lagi. Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana telah tinggal bersama neneknya, namun kedua orangtuanya
kerap kali mengunjunginya dan demikian juga sebaliknya beliau juga sering mengunjungi orangtua dan sanak saudaranya di kampung halamanya Desa Limang
terutama pada saat libur sekolah berlangsung. Biaya kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana setelah tinggal bersama neneknya di Kabanjahe tetap ditanggung oleh
kedua orangtuanya.
16
Wawancara dengan Riah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 17 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
menghadap kepadaNYA. Peristiwa ini tentunya melukiskan luka yang mendalam bagi Rakutta Sembiring Brahmana yang masih kecil. Kehilangan salah satu orang
yang paling dicintainya membuatnya sedikit rapuh. Namun sebagai seorang anak laki-laki yang paling sulung dan berjiwa besar, Rakutta tidak larut dalam kesedihan.
Rakutta Sembiring Brahmana pun akhirnya bangkit dan kembali pada kegiatannya seperti biasa.
2.2 Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.