Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa Indonesia

Ketika kabar mengenai menyerahnya Jepang kepada Sekutu sudah mulai tersiar di mana-mana, dua orang tentara Jepang mendatangi kantor Pusera di Berastagi untuk menemui ketua umum Pusera ini. Namun kedua tentara ini tidak dapat bertemu dengan ketua umum Pusera karena pada saat itu ketua umum tidak berada di Berastagi melainkan di Medan. Kedua tentara Jepang ini akhirnya berhasil menemui ketua umum Pusera di Jalan Pandu Medan. Dalam pertemuan ini dilakukan perundingan rahasia. Kedua tentara Jepang ini bermaksud untuk memberikan sejumlah senjata kepada Tama Ginting, Selamat Ginting dan Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta Sembiring Brahmana beserta kedua temannya diminta untuk mengambil senjata tersebut di Balandua km. 131 dekat daerah Tigabinanga. Senjata ini kemudian disembunyikan di ladang Jumapali Kuta Bangun. Senjata-senjata yang diperoleh Pusera ini merupakan modal pertama berupa senjata dalam perjuangan menegakkan proklamasi kemerdekaan di Sumatera Timur khususnya di Kota Medan.

3.3 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa Indonesia

Merdeka. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu setelah Hirosima dan Nagasaki berhasil diluluhlantahkan oleh tentara Sekutu. Jepang tidak dapat berkutik dan hanya dapat mengakui kekalahannya. Namun Jepang berusaha menutupi hal ini agar tidak diketahui oleh negara tetangga termasuk Indonesia. Usaha Jepang untuk menutupi kekalahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan mengabarkan di surat kabar bahwa Jepang telah memenangkan perang Asia Timur Raya. Meski Jepang berusaha keras dalam menyembunyikan kekalahan tersebut Universitas Sumatera Utara tetapi akhirnya kekalahan Jepang itu diketahui oleh Indonesia termasuk tokoh-tokoh pergerakan Tanah Karo. 17 Agustus 1945 merupakan hari penting sekaligus hari bersejarah bagi negara Indonesia, karena pada hari tersebut Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya melalui perantaraan Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski proklamasi kemerdekaan telah dibacakan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, di Kota Medan pengumuman proklamasi kemerdekaan baru dilakukan setelah beberapa waktu kemudian. Lambatnya pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan pada saat itu dipengaruhi oleh terbatasnya alat komunikasi yang ada. Di samping itu juga pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan tidak langsung diadakan karena belum adanya kesepakatan antara tokoh-tokoh pergerakan yang ada. Pro dan kontra terjadi antara kalangan tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu dan tokoh-tokoh yang menginginkan kemerdekaan. Pada umumnya tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu ini adalah orang-orang yang memiliki jabatan atau kepentingan pada masa pendudukan Belanda. Untuk menyambut kedatangan Belanda mereka membentuk sebuah panitia yang disebut dengan Comite Van Ontvangst Panitia Penyambutan. Panitia ini dipelopori oleh Sultan Langkat dan dr. T. Mansjur pada tanggal 25 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan di Medan diumumkan setelah melalui perdebatan antara tokoh-tokoh pergerakan seperti Selamat Ginting, Marjuki dan Rakutta Sembiring Brahmana dengan tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan pemerintah seperti Karim MS. Karim MS berpendapat bahwa mengumumkan proklamasi itu merupakan hal yang mudah tetapi mempertahankannya cukup sulit. Setelah didesak Universitas Sumatera Utara oleh Selamat Ginting dan kawan-kawan maka akhirnya proklamasi kemerdekaan itu akhirnya diumumkan pada 30 September 1945 oleh Teuku Mohammad Hasan. 31 1. Ketua I : Tama Ginting Pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Medan berjalan dengan lancar. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pawai di lapangan merdeka. Pawai ini dikawal oleh puluhan pemuda yang dilengkapi dengan granat Inggris, yang masing-masing mengantongi sebanyak dua buah. Untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh daerah di Sumatera Utara dibentuklah Barisan Pemuda Indonesia BPI yang dipimpin oleh Matang Sitepu. Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke dalam salah satu daftar pengurus Barisan Pemuda Indonesia BPI setelah dilakukannya reorgansisasi. Kepengurusan baru dari Barisan Pemuda Indonesia terdiri dari: 2. Ketua II : Untung Rahmat 3. Ketua III : Netap Bukit 4. Tata Usaha : Muhammad Saleh 5. Bendahara : Roga Ginting 6. Kelaskaran : Krilangna Martinus Lubis dan Bahari Efendi Siregar 7. Tata Usaha I : Djema Bangun 8. Tata Usaha II : Djendam Kembaren 31 Teuku Mohammad Hasan merupakan gubernur Sumatera Utara yang pertama. Beliau diangkat oleh Presiden pertama Repoblik Indonesia Ir. Soekarno. Di samping mengangkat seorang gubernur presiden Soekarno juga mengangkat seorang wakil gubernur yaitu Dr. M. Amir. Universitas Sumatera Utara 9. Keuanganperbekalan : Koran Karo-karo 10. Pengawas : Ngembar Meliala, Radjaingat Purba, dan Syaifuddin Siregar 11. Seksi Sosial : L Siahaan 12. Seksi Penerangan : Rakutta Sembiring Brahmana 13. Seksi Persenjataan : L. R. Munthe 14. Komandan Pasukan Teras : Djamin Ginting, dan Bom Ginting 15. Seksi Pengangkutan : Tagu Simanjorang dan Maspersada 16. Penasehat : Sibayak Ngerajai Meliala dan Nerus Ginting Suka 32 Kegiatan politik Rakutta Sembiring Brahmana semakin banyak dan semakin menyita waktunya setelah beliau tergabung dalam kepengurusan Barisan Pemuda Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Rakutta Sembiring Brahmana sangat jarang berkumpul dengan keluarganya. Rakutta Sembiring Brahmana sangat beruntung karena mempunyai pendamping hidup yang sangat perhatian dan tidak pernah mengeluhkan hal tersebut. Beliau tetap setia mendampingi dan mendukung kegiatan suami tercintanya tersebut. Pengurus Barisan Pemuda Indonesia harus kerja ekstra dari pagi hingga malam untuk menyebarkan berita proklamasi ke pelosok-pelosok kampung. Barisan Pemuda Indonesia juga mengadakan latihan baris-berbaris kepada laki-laki dan wanita yang sudah dewasa. Latihan baris-berbaris ini biasanya diadakan di jalan raya ataupun di tanah lapang. Latihan ini dilakukan untuk menanamkan kesadaran kepada 32 Payung Bangun, Perang Kemerdekaan Di Tanah Karo, Medan, 1978, hal. 38-39. Universitas Sumatera Utara masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah. Di samping menyebarluaskan proklamasi ke pelosok Tanah Karo dan mengadakan latihan baris berbaris, Barisan Pemuda Indonesia juga bertugas untuk membetuk ranting-ranting di setiap kampung dan mencari senjata untuk memperkuat barisan. Karena sangat luasnya tugas dari Barisan Pemuda Indonesia maka anggotanya tidak hanya terbatas pada pemuda-pemuda saja tetapi juga orang-orang dewasa yang telah berumur 40 tahun ke bawah. Orang-orang yang ikut ke dalam Barisan Pemuda Indonesia ini tidak lagi dibatasi pada umur tetapi didasarkan kemampuan fisik dan semangat perjuangannya untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan. 33 1. Gyugun dan Heiho yang terdiri dari Djamin Ginting, Nelang Sembiring dan Bom Ginting Barisan Pemuda Indonesia terbentuk dari gabungan beberapa barisan pejuang. Adapun barisan-barisan tersebut antara lain: 2. Pusera yang terdiri dari Rakutta Sembiring Brahmana dan Selamat Ginting. 3. Talapeta yang terdiri dari Payung Bangun, Gandil Bangun, Meriam Ginting, dan T. M. Sinulinga. 4. N. V. Maspersada yaitu Koran Karo-karo. 5. Dari potensi-potensi lain seperti Tama Ginting, Matang Sitepu, R. M Pandia, Batas Perangin-angin, dan Turah Perangin-angin. 34 Barisan Pemuda Indonesia kemudian berubah namanya menjadi PRI yang kemudian berubah lagi menjadi Pesindo Pemuda Sosialis Indonesia. Pesindo ini 33 Ibid, hal. 41. 34 Ibid. Universitas Sumatera Utara akhirnya dibubarkan dan kemudian diganti menjadi Napindo yang dikenal dengan Napindo Halilintar. Pada saat yang bersamaan terbentuklah BKR Badan Keamanan Rakyat yang merupakan tentara resmi pemerintah. Badan Keamanan Rakyat ini terbentuk dari hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Badan kemanan rakyat ini kemudian terbentuk pula di Tanah Karo. Ada beberapa pengurus badan keamanan rakyat untuk daerah Tanah Karo yakni Djamin Ginting, Nelang Sembiring, Bom Ginting, Nahud Bangun, Kapiten Purba. Pada Bulan Januari 1946 di Tanah Karo dibentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Karo. Adapun susunan pengurus Komite Nasional Indonesia wilayah Tanah Karo adalah: 1. Ketua : Rakutta Sembiring Brahmana 2. Sekertaris : Mbaba Bangun 3. Anggota : Selamat Ginting, Tama Ginting, Koda Bangun, Nitipi Bangun, Tokoh Purba, L. Siahaan, Mbaba Bangun, Sutan Soaloan, Nolong Ginting Suka, Netap Bukit, Rachman Sebayang dan Kunci Purba. 35

3.4 Rakutta Sembiring Brahmana diangkat menjadi Bupati di Tanah Karo.