menyuarakan kepada guru dan dosen, agar penerjemahan yang merupakan keterampilan yang sangat berharga ini diajarkan kepada para siswa dan
mahasiswa yang belajar bahasa.
4
Menerjemahkan berarti melibatkan dua aktivitas penting, yaitu: a.
Tindak pemahaman act of comrehension, yaitu bagaimana seseorang memahami makna kata atau kalimat yang erat kaitannya dengan
konteks kalimat. Dalam hal ini pemahaman pesan hendaknya disertai dengan pemahaman pengertian. Misalnya: Goerge is an English
teacher , apakah yang dimaksud oleh penulis aslinya Goerge seorang
guru bahasa Inggris ataukah Goerge seorang guru dari Inggris? Untuk itu penerjemah harus bisa menyampaikan pesan teks secara tepat, agar
pesan dan pengertiaan dari kalimat di atas tidak dipahami secara keliru. b.
Tindak pengungkapan act of expresion, yaitu melalui cara bagaimana seorang mengungkapkan agar apa yang diungkapkan atau ditulis sesuai
dan cukup mewakili simbol dan sajian penulis asli, baik itu berupa kalimat maupun alinea. Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan
memahami istilah terjemah, kurang lengkaap kalau kita tidak mengetahui para tokohnya yang telah lama berkecimpung dalam bidang
terjemahan, beserta definisi yang diungkapkan.
5
2. Jenis Penerjemah
4
. Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, Ende-Flores-NTT: Nusa Indah,
1986, Cet. Ke-1, h. 23
5
.
Ibid.
Penerjemah terbagi menjadi dua. Pertama, interpreter juru bahasa; tarjuman, baik yang konsekutif tanpa jeda maupun yang simultan berjeda.
Objek yang diterjemahkan interpreter adalah konteks. Dengan kata lain, ia mengalihbahasakan secara langsung bunyi yang didengarnya dalam Bsu ke dalam
bunyi Bsa. Seorang interpreter bisa menekuni beberapa propesi berikut: 1 interpreter konferensi juru bahasa acara-acara konferensi; 2 interpreter
pemandu juru bahasa tamu dari mancanegara yang ber-Bsu; 3 interpreter hukum juru bahasa pada masalah seperti di persidangan; 4 interpreter medis
juru bahasa urusan medis; 5 interpreter tanda bahasa juru bahasa terkait tanda bahasa, seperti konteks historis, nuansa budaya, lirikan mata, dan gerak tubuh.
Kedua , translator penerjemah; mutarjim. Objek yang diterjemahkan oleh
seorang translator berupa teks, seperti yang banyak dibahas dalam buku ini. Seorang translator bisa menekuni beberapa profesi berikut: 1 translator hukum
penerjemahn hukum, seperti dokumen hukum; 2 translator kesusastraan penerjemah naskah fiksi maupun nonfiksi; 3 translator lokalisasi penerjemah
untuk produk yang akan dipasarkan di suatu wilayah; 4 translator medis penerjemah urusan medis, seperti obat-obatan.
Bila dikelompokan berdasarkan cara kerjanya, penerjemah bisa dibagi lagi menjadi tiga: 1 penerjemahan di perusahaan atau biro penerjemahan; 2
penerjemah paruh waktu; 3 penerjemah bebas. Penerjemah di perusahaan atau biro penerjemahan berarti seseorang yang hanya punya pekerjaan tetap sebagai
penerjemah. Penerjemah paruh waktu berarti seseorang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, tetapi masih meluangkan waktu untuk menerjemahkan.
Penerjemah bebas berarti penerjemah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, namun bekerja sebagai penerjemah lepas baik di penerbit maupun di biro
penerjemahan.
3. Proses Penerjemah
Untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan teks yang terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses
penerjemahan yang saya rumuskan sebagai berikut: proses penerjemahan yang melalui setidaknya 11 proses, mulai dari struktur luar Bsu hingga menjadi struktur
luar Bsa, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
struktur luar Bsu berarti teks masih berupa teks sumber Tsu, belum mengalami proses apapun;
2. pemahaman leksikal Tsu mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan
leksikal, sehingga dia memahami makna kosakata yang terlihat pada Tsu;
3. pemahaman morfologis Tsu mengharuskan penerjemah memahami
bentuk morfologis kosakata Tsu, sehingga dia mengerrti perubahan bentuk kosakata pada Tsu yang berimbas pada perubahan makna;
4. pemahaman sintaksis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pola
kalimat dalam Tsu, yang pada gilirannya mengontraskannya dengan Tsa;
5. pemahaman semantis Tsu mengharuskan penerjemah memahami
pemaknaan yang berlaku pada Tsu;
6. pemahaman pragmatis Tsu mengharuskan penerjemah memahami
pemahaman yang dikaitakan dengan konteks yang berlaku pada Tsu; 7.
pada struktur batin Tsu dan Tsa terjadi transformasi pada diri penerjemah untuk kemudian menyelaraskan pemahaman Tsu ke dalam
pemadanan Tsa; 8.
pemadanan leksikal Tsa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang tepat untuk tiap kata yang ditemuinya pada Tsu;
9. pemadanan morfologis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki
pengetahuan soal padanan yang tepat pada suatu kata setelah mengalami perubahan bentuk;
10. pemadana sintaksis Tsa mengharuskan penerjemahan memiliki
kepekaan makna pada tiap pola kalimat dalam Tsa, sehingga memilih padanan yang akurat pada tiap kalimat ada di hadapannya;
11. pemadanan semantis Tsa berhubungan dengan pemadanan sintaksis
Tsa; 12.
pemadanan pragmatis Tsa merupakan hasil dari pemahaman kontekstual Tsu, sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan
tepat kalimat dalam konteks tertentu, yang tentu saja akan berbeda maknanya, meskipun bentuknya sama;
13. ramuan dari pemahaman yang kemudian menghasilkan pemadanan
itulah yang bisa melahirkan struktur luar Tsa yang layak dikonsumsi. Proses itu bisa dilihat dalam Pemahaman Bsu Implikatur Pemadanan
Bsa.
Pemahaman Bsa merupakan hasil dari olah intelektual atas apa yang dilihat teks dan apa yang didengar, yang dibantu oleh aspek gramatikal melalui
perangkat morfologis dan sintaksis yang melekat pada Tsu. Implikatur merupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman menangkap aspek semantic makna dan
pragmatik yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap teks dan implikasi kontekstualnya. Sementara itu pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek
tekstual dan kontekstual dari Tsu ke Tsa.
4. Syarat-syarat Penerjemahan