Metode Base Stock Metode Gross Profit

Pasar RpKg Jenis Barang Jumlah Harga Harga Harga Bersih Harga bersih yang dapat Kg Beli Penggantian yang dapat direalisasi dikurangi direalisasi Laba Normal Gula pasir Kualitas 1 10,000 170 160 150 100 Kualitas 2 8,000 210 180 230 160 Beras Kualitas 1 30,000 260 210 310 220 Kualitas 2 20,000 190 160 340 250 Dari data di atas, akan ditunjukkan bagaimana LOCOM diterapkan ke setiap jenis persediaan yang terpisah dan ke jumlah persediaan akhir secara keseluruhan. Jenis Barang Jumlah Harga Harga Kg Perolehan Rp Pasar Rp Gula Pasir Kualitas 1 10.000 10.000 x 170 = 1.700.000 10.000 x 150 = 1.500.000 Kualitas 2 8.000 8.000 x 210 = 1.680.000 8.000 x 180 = 1.440.000 Beras Kualitas 1 30.000 30.000 x 260 = 7.800.000 30.000 x 220 = 6.600.000 Kualitas 2 20.000 20.000 x 190 = 3.800.000 20.000 x 250 = 5.000.000 14.980.000 14.540.000 Dari data di atas dapat dilihat bahwa harga pasar lebih rendah dari harga perolehan, sehingga nilai persediaan akhir akan dinilai sebesar harga pasar.

f. Metode Base Stock

Metode base stock merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan pada suatu jumlah persediaan tertentu sebagai suatu persediaan dasar base stock beserta harganya. Jadi bilamana persediaan yang terdapat pada akhir periode jumlahnya ternyata lebih besar dari jumlah persediaan dasar Universitas Sumatera Utara yang telah ditetapkan maka kelebihannya dinilai dengan harga pasar pada saat itu. Sedangkan bilamana persediaan akhir pada periode yang bersangkutan ternyata lebih kecil dari jumlah yang ditetapkan sebagai jumlah persediaan dasar maka selisih perbedaannya juga dinilai sesuai dengan harga pasar pada saat itu. Sebagai illustrasi dimisalkan perusahaan menetapkan Base Stock untuk persediaan akhir salah satu jenis persediaan sebesar 3000 Kg dengan harga Rp. 250Kg, sedangkan harga pasar dari jenis persediaan tersebut adalah Rp. 260Kg. Jadi apabila persediaan akhir aktual dari jenis persediaan tersebut sebesar 4.000 Kg, maka akan dinilai sebagai berikut: 3.000 Kg x Rp. 250 Rp. 750.000 1.000 Kg x Rp. 260 Rp. 260.000 + Rp. 1.010.000 Sedangkan apabila persediaan akhit aktual dari jenis persediaan tersebut sebesar 2.500 Kg, maka akan dinilai sebagai berikut: 3.000 Kg x Rp. 250 Rp. 750.000 500 Kg x Rp. 260 Rp. 130.000 – Rp. 620.000

g. Metode Gross Profit

Metode gross profit merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan selisih antara nilai barang yang siap untuk dijual available for sale dengan harga beli barang yang benar-benar terjual cost of good sold. Adapun nilai barang yang siap untuk dijual tersebut adalah jumlah antara persediaan awal dengan jumlah pembelian bersih yang dilakukan selama periode tersebut. Sedangkan nilai barang yang benar-benar terjual dapat diperhitungkan dari Universitas Sumatera Utara penjualan bersih selama periode tersebut dikurangi dengan laba kotor yang diperoleh pada periode tersebut. Sebagai illustrasi dimisalkan selama bulan Pebruari terjual barang dengan penjualan bersih sebesar Rp. 100.000.000, saldo persediaan 1 Pebruari sebesar Rp. 15.000.000. Pembelian bersih selama bulan Pebruari sebesar Rp. 65.000.000. Persentase margin kotor secara historis sebesar 40 dari penjualan bersih, maka persediaan akhir dinilai sebagai berikut: Penjualan bersih …………………………………………Rp. 100.000.000 Harga pokok yang dijual: Persediaan awal ………….Rp 15.000.000 Pembelian bersih ……… ..Rp. 65.000.000 + Jumlah harga pokok yang Tersedia dijual ………… ..Rp. 80.000.000 Margin kotor:……..Rp. 100.000.000 x 40 = …….……..Rp. 40.000.000 - Harga pokok barang yang dijual ……………………………Rp. 60.000.000 Maka persediaan akhir …Rp. 80.000.000 – Rp. 60.000.000 = Rp. 20.000.000

h. Metode Lieftinck Last In First Out LILIFO