Penerapan Pengendalian Internal Persediaan Pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSION MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN PADA PT. PIONEERINDO GOURMET INTERNATIONAL Tbk

CABANG MEDAN

Oleh :

NAMA : FRENGKI HARIANJA NIM : 070522064

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

MEDAN 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyampaikan bahwa Sripsi Saya yang berjudul :

“ Penerapan Pengendalian Internal Persediaan Pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan”.

Adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipuplikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Level Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua Sumber Data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 01 Maret 2010 Yang membuat pernyataan,

Frengki Harianja NIM. 070522064


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia yang telah diberikan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “ Penerapan Pengendalian Internal Pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainal AT. Silangit, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing Saya dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, dan Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku dosen pembanding/penguji.

5. Kepada seluruh pengawai perpustakaan dan administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

6. Seluruh pengawai PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

7. Buat temen-teman dalam kelompok PA-ku (Sabda, Perimsa, Ruben, Rusti, B’Loran Napitupulu dan keluarga) dan juga teman s’pesialku Juni Simanjuntak – terimakasih karena selalu mendukungku terkhusus dalam doa. 8. Untuk teman-teman penulis di Departemen Akuntansi khususnya stambuk

2007.

9. Segenap pihakyang tidak disebutkan satu persatu.

Teristimewa buat kedua orangtuaku Bapak M. Harianja dan Ibu L. br. Silitonga yang selalu mendukungku banyak hal. Terima kasih untuk kebaikan dan perhatian yang selalu ku terima. Buat K’Nora dan Adikku Firman, Endang, Desi terimakasih untuk doa dan dukungannya.

Medan, 01 Maret 2010 Penulis,

Frengki Harianja NIM. 070522064


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan pengendalian internal persediaan, yang dipergunakan sebagai alat ukur dalam mengevaluasi kinerja Distribusi pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka Penulis menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara, studi literature dan observasi. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari responden bersumber dari Branch

Finance Accounting Supervisor (BFAS), Staff Accounting, dan Staff Distribusi.

Dari hasil pengamatan dan tanya jawab dengan responden diketahui bahwa penerapan pengendalian internal persediaan oleh PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan telah dilakukan dengan baik terlihat dengan adanya pengawasan fisik atas persediaan, pengawasan akuntansi, dan pengawasan mutu barang.


(6)

ABSTRACT

This research purposes to analyze the application intern control of inventory, which is used as a kind of tool in evaluating the activity of distribution at PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

To getting data, the Writer used the instruments of research such as interview, study literature and observation. In this research, the kinds of data used are primary data and secondary data. These data have been gotten from Branch Finance Supervisor (BFAS), Staff Accounting, and Staff Distribution.

From the observation and interview with the responden, the Writer know that application intern control of inventory at PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan had been done well by physical control that is available for inventory, accountancy control, and the quality of goods control.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Perumusan Masalah ………. 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Internal ………... 4

1. Pengertian Pengendalian Internal ………. 4

2. Tujuan Pengendalian Internal .………... 4

3. Keterbatasan Pengendalian Internal .……… 4

4. Unsur Pengendalian Internal .……… 5

5. Penerapan Pengendalian Internal ………... 6

B. Pengertian dan Penggolongan Persediaan ……… 6

C. Akuntansi Persediaan ………... 8

D. Kerangka Konseptual ………... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 23


(8)

C. Teknik Pengumpulan Data ………... 23

D. Metode Penganalisaan Data ………. 24

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ………... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ………. 25

B. Analisis Penelitian ……… 32

C. Manajemen Persediaan ………. 37

D. Akuntansi Persediaan ………... 40

E. Penerapan Pengendalian Internal ………... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 45

B. Saran ………. 46

DAFTAR PUSTAKA ………... 57 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan Organisasi PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

Lampiran 2 Harga IFAC periode Januari 2005. Lampiran 3 Laporan Neraca Per 31 Desember 2002.

Lampiran 4 Laporan Laba Rugi periode Januari – Desember 2002. Lampiran 5 Laporan Vendor Distribusi


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan pengendalian internal persediaan, yang dipergunakan sebagai alat ukur dalam mengevaluasi kinerja Distribusi pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka Penulis menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara, studi literature dan observasi. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari responden bersumber dari Branch

Finance Accounting Supervisor (BFAS), Staff Accounting, dan Staff Distribusi.

Dari hasil pengamatan dan tanya jawab dengan responden diketahui bahwa penerapan pengendalian internal persediaan oleh PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan telah dilakukan dengan baik terlihat dengan adanya pengawasan fisik atas persediaan, pengawasan akuntansi, dan pengawasan mutu barang.


(11)

ABSTRACT

This research purposes to analyze the application intern control of inventory, which is used as a kind of tool in evaluating the activity of distribution at PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan.

To getting data, the Writer used the instruments of research such as interview, study literature and observation. In this research, the kinds of data used are primary data and secondary data. These data have been gotten from Branch Finance Supervisor (BFAS), Staff Accounting, and Staff Distribution.

From the observation and interview with the responden, the Writer know that application intern control of inventory at PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan had been done well by physical control that is available for inventory, accountancy control, and the quality of goods control.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi yang semakin pesat dan persaingan dunia usaha yang semakin ketat dalam era globalisasi mendorong organisasi atau badan usaha untuk dapat menyesuaikan diri dalam mencari peluang-peluang bisnis yang menguntungkan. Perkembangan tersebut menuntut manajemen untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan, kebijaksanaan dan tindakan dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup organisasi atau perusahaan.

Pada perusahaan yang skala operasinya terbatas, pimpinan perusahaan dapat secara langsung mengurusi pekerjaan tiap bagian, karena ruang lingkup operasi perusahaan masih terbatas dan sempit, tehnik dan prosedur pengawasan masih sederhana dan transaksi yang ada jumlahnya relatif kecil. Apabila perusahaan berkembang, ruang gerak dan struktur organisasi menjadi rumit dan luas, sehingga untuk mengawasi operasi secara efektif, manajemen tergantung kepada kepercayaan terhadap informasi laporan.

Dalam menjalankan aktivitas perusahaan dan proses pencapaian tujuannya, perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau aset yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Salah satu aset yang dimiliki perusahaan yang berhubungan langsung guna memperoleh pendapatan adalah persediaan, yang juga merupakan aktiva lancar dimana informasinya sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Dan disamping informasi tersebut juga akan memberikan laporan mengenai kualitas dan kuantitas pada persediaan.


(13)

Salah satu fungsi manajemen yang penting ialah fungsi pengawasan. Pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif melalui pemerikasaan dan pelaporan. Namun pemeriksaan maupun pelaporan umumnya bersifat relatif yaitu suatu kecurangan baru diketahui setelah diperiksa. Untuk memperoleh sistim pengawasan yang sifatnya preventif dapat dilakukan dengan cara seperti yang terdapat dalam ilmu akuntansi disebut “Sistim Pengawasan Internal (System Intern Control)".

Pengawasan internal penting atas keberhasilan perusahaan, sebab perusahaan yang berhasil mencapai tujuannya selalu diikuti oleh pengawasan yang baik dan sebanding dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya.

Maka penulis tertarik untuk menganalisa hal diatas yang diberi judul “Penerapan Pengendalian Internal Persediaan Pada PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk Cabang Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dibahas adalah : “Apakah Penerapan Pengendalian Internal Persediaan Pada PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk Cabang Medan telah berjalan dengan baik ?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengenalisis penerapan pengendalian internal persediaan pada PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk Cabang Medan.


(14)

b. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Memberikan bahan masukan tambahan pengetahuan penulis bagi perusahaan mengenai pengendalian internal persediaan, dalam hal ini PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk Cabang Medan.

b. Menambah wawasan penulis dalam mengetahui pengendalian intern persediaan yang dilakukan dalam praktiknya.

c. Skripsi ini diharapkan berguna bagi pihak luar perusahaan yang berkepentingan.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagai mana mestinya.

Menurut Mulyadi (2002:180), pengendalian internal adalah suatu proses sampai yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga tujuan:

a. Keandalan informasi keuangan.

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. c. Efektivitas dan efisiensi operasi.

3. Keterbatasan Pengendalian Internal

Pengendalian internal memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, diatas telah disebutkan bahwa pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan muntlak, kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal:


(16)

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali, manajemen dan personel lain dapat salah untuk mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadai informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain.

b. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

c. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi.

d. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer.

4. Unsur Pengendalian

Mulyadi (2002:183) memperkenalkan ada lima unsur pokok pengendalian a. Lingkungan pengendalian.

b. Penaksiran risiko.

c. Informasi dan komunikasi. d. Aktivitas pengendalian. e. Pemantauan.

5. Penerapan Pengendalian Internal

Pengendalian Intern mempunyai beberapa pengertian, yaitu pengendalian internal dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit istilah tersebut


(17)

sama dengan pengertian internal check, yaitu dengan membentuk prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data administrasi seperti misalnya catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang harus dibuat dalam pembukuan. Dalam arti luas pengendalian internal tidak hanya meliputi pengecekan saja tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan oleh perusahaan atau pimpinan perusahaan untuk mengadakan pengawasan, baik pengawasan fisik, pengawasan akuntansi maupun pengawasan mutu.

Pengendalian intern dibidang akuntansi meliputi sistem rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta milik dan dapat dipercayanya data keuangan. Pengawasan administrasi meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan dan pada umumnya tidak langsung berhubungan dengan catatan keuangan.

B. Pengertian dan Penggologan Persediaan Pengertian Persediaan

Untuk dapat lebih memahami persediaan maka terlebih dahulu diuraikan apa yang dimaksud persediaan tersebut. Secara singkat Thodorus (2000:2) mengemukakan bahwa “Inventory terdiri dari barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk diperjualbelikan, serta bahan baku dan bahan pembantu yang dipakai dalam produksi dari barang yang akan dijual”.

Kieso dan Waygant (1995:491) mengemukakan sebagai berikut : “Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan


(18)

usaha yang biasa atau yang akan digunakan untuk dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual”.

Sedangkan Sudarsono (1993:106) mengemukakan yang dimaksud dengan persediaan adalah “suatu jenis aktiva/barang yang dimiliki suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan”.

Sesuai dengan penjelasan yang telah diuraikan diatas, jelaslah bahwa persediaan itu merupakan faktor yang sangat penting dapat mempengaruhi kelancaran aktivitas perusahaan.

Penggolongan persediaan

Penggolongan persediaan akan berbeda sesuai dengan jenis perusahaannya. Pada perusahaan dagang biasanya hanya memiliki satu golongan persediaan yaitu persedian barang dagangan, walaupun persediaan tersebut mempuyai jenis yang sangat beragam tanpa memerlukan proses produksi karena telah siap untuk dijual. Sedangkan untuk perusahaan industri penggolongan perediaan secara umum terdiri dari:

1. Persediaan bahan mentah atau baku (raw material) 2. Persediaan barang dalam proses (work in process) 3. Persediaan barang jadi (finished goods)

4. Persediaan bahan pembantu dan perlengkapan (factory of manufacturing supplies)

Untuk lebih memahaminya, akan diuraikan penggolongan persediaan dari beberapa literatur. Dyckman (1996:377) mengemukakan, persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(19)

1. Persediaan barang dagang (merchandise inventory). Barang yang digudang (goods on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahan perdagangan seperti importir atau exportir untuk dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli; barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.

2. Persediaan manufactur (manufacturing inventory). Persediaan gabungan dari entitas manufactur, yang terdiri dari;

a. Persediaan bahan baku, barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya,dengan menambang)dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. b. Persediaan barang dalam proses. Barang-barang yang

membutuhkan pemprosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan.

c. Persediaan barang jadi. Barang –barang manufactur yang telah disesuaikan dan disimpan untuk dijual.

d. Persediaan perlengkapan manufaktur. Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan pembersih dan barang lainnya yang merpakan bagian yang kurang penting dari produk jadi.

3. Persediaan rupa-rupa. Barang –barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan dan penggiriman.

C. Akuntansi Persediaan

1. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Persediaan

Menurut Skousen (2001:521) mengemukakan : ”Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang lansung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan dan penempatan persediaan untuk dijual. Dalam kasus bahan baku atau barang yang dibeli untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembeliaan, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual”.

Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan adanya perolehan persediaan merupakan seluruh pengorbanan yang dilakukan sampai persediaan tersebut siap untuk dijual. Biaya yang berhubungan dengan persediaan pada perusahaan


(20)

dagang berbeda dengan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur biaya persediaan dimulai dengan biaya pengadaan bahan baku yang meliputi biaya pemesanan, biaya pembelian dan biaya penyimpanan. Kemudian biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi dan biaya penyimpanan persediaan barang jadi sampai barang tersebut terjual.

2. Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatn sehingga data tentang persediaan dapat tersedia dengan benar. Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan dengan dua cara, yaitu:

a. Sistem Periodikal b. Sistem Perpetual

Sistem Periodikal

Pada sistem ini tidak ada catatan rinci mengenai berapa banyak unit dari jenis persediaan tertentu yang telah terjual. Satu-satunya cara untuk bisa mengetahui persediaan apa yang terjual dan persediaan apa yang tersisa serta jumlahnya adalah dengan melakukan perhitungan fisik secara periodik. Pembelian dicatat dengan mendebit Pembelian dan mengkredit Kas atau Piutang Usaha dan mengkredit Penjualan. Dalam sistem periodik, persediaan akhir hanya diketahui dari perhitungan fisik.

Mengenai sistem periodikal ini Niswonger (1997:392) mengemukakan sebagai berikut: “Apabila sistem persediaan periodik yang digunakan setiap terjadi penjualan, hanya pendapatan dari penjualan itu yang dicatat. Pada


(21)

saat penjualan itu tidak dibuat jurnal untuk mencatat harga pokok barang yang dijual. Akibatnya harus diadakan perhitungan fisik untuk menentukan harga pokok pada akhir periode”.

Dari pengertian dan ilustrasi di atas dapat dijelaskan bahwa semua pemasukan barang (pembelian) dan semua pengeluaran barang (penjualan) tidak dibukukan ke dalam perkiraan Inventory dari barang yang bersangkutan.

Sistem Perpetual

Dalam sistem persediaan perpetual setiap terjadi mutasi barang dilakukan pencatatan setiap jenis barang yang terjual. Jumlah persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan jumlah stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit Persediaan Barang Dagang dan mengkredit Kas atau Utang Usaha. Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit Harga Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan Barang Dagang. Dengan sistem perpetual dapat diketahui barang yang terjual dan jumlah barang yang seharusnyamasih ada dalam persediaan setiap waktu.

Bila dihubungkan dengan pengawasan persediaan maka sistem pencatatan perpetual dapat menentukan setiap transaksi persediaan akan langsung berpengaruh pada perkiraan persediaan, sehingga jumlah persediaan dapat diketahui setiap saat baik jumlah kuantitas unit maupun total nilai dari setiap jenis persediaan ataupun setiap tingkat harga perolehan yang berbeda.

Adikoesoemah dan Manaris (1997:131) mengemukakan sebagai berikut: “Jika dipergunakan sistem perpetual inventory, maka pada setiap transaksi penjualan harus dicatat harga pokok dari bahan-bahan yang dijual sehingga pada setiap saat dapat diketahui jumlah harga pokok dan


(22)

barang yang sudah dijual, maupun jumlah harga pokok dari barang-barang yang belum dijual, yang masih ada dalam persediaan”.

Sedangkan Skousen (2001:516) secara singkat mengemukakan: “Sistem persediaan perpetual sistem persediaan dimana detail pencatatan pembelian dan penjualan dibuat”.

Pada sistem pencatatan perpetual tidak diadakan jurnal penyesuaian karena jumlah persediaan akhir langsung dapat diketahui serta bagian persediaan yang telah menjadi biaya (harga pokok penjualan) juga dapat diketahui.

Dari pengertian dan ilustrasi di atas dapat dijelaskan bahwa semua pemasukan barang (pembelian) dan semua pengeluaran barang (penjualan) dibukukan ke dalam perkiraan Inventory dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebesar harga pembeliannya. Dengan demikian perkiraan Inventory senantiasa menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan barang yang masih ada, beserta mutasi perubahannya. Oleh sebab itu dengan hanya melihat catatan dalam perkiraan ini perusahaan sudah dapat mengetahui beberapa sisa persediaan yang masih ada di gudang tanpa harus menghitung dan menilai secara fisik.

3. Metode Penilaian Persediaan

Tujuan penilaian persediaan adalah untuk menentukan berapakah nilai persediaan yang akan dicantumkan ke dalam laporan keuangan yakni Neraca dan Laporan Laba Rugi. Agar suatu laporan menggambarkan nilai realisasi bersih maka harus ditetapkan secara konsisten dan sesuai dengan penilaian persediaan yang berlaku umum.


(23)

Dalam penilaian persediaan, baik pencatatan menurut sistem perpetual maupun sistem periodikal, keduanya akan menghadapi masalah penilaian persediaan, karena pada umumnya harga pembelian barang berubah.

Sistem perpetual akan memiliki kelemahan penilaian pada setiap kali perusahaan melakukan pembelian, perusahaan harus menghitung harga pokok penjualannya. Sedangkan sistem periodikal akan memiliki kelemahan pada penilaian pada setiap akhir periode. Hal ini disebabkan karena pada akhir periode tersebut perusahaan harus menghitung harga pokok penjualan melalui suatu jurnal penyesuaian yang didasarkan pada hasil perhitungan persediaan secara fisik.

Untuk dapat memahami metode penilaian persediaan tersebut, ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat dikenal sebagai berikut:

a. Metode Identifikasi Spesifik b. Metode Rata-Rata Tertimbang c. Metode First In First Out (FIFO) d. Metode Last In First Out (LIFO)

e. Metode Lower Of Cost Or Market (LOCOM) f. Metode Base Stock

g. Metode Gross Profit

h. Metode Lieftinck Last In First Out (LILIFO)

a. Metode Identifikasi Spesifik

Menurut cara ini,setiap barang yang dibeli perusahaan dan dimasukkan ke gudang penyimpanan, diberi tanda pengenal, dimana dalam tanda pengenal tersebut dicantumkan harga pembelian barang yang bersangkutan. Metode


(24)

identifikasi spesifik membutuhkan sebuah cara untuk mengidentifikasi biaya historis dari setiap unit persediaan.

b. Metode Rata-Rata Tertimbang

Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual harus dibebankan pada biaya rata-rata sesuai dengan unit yang dibeli pada tiap harga. Niswonger (1997:398) merumuskan metode rata-rata tertimbang sebagai berikut:

“Metode rata-rata tertimbang (weighted avarage method) didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan ke pendapatan menurut harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yang dijual. Harga pokok rata-rata tertimbang per unit digunakan juga untuk menentukan harga pokok barang yag masih ada dalam persediaan. Harga pokok rata-rata tertimbang per unit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dalam satu periode tertentu dengan jumlah unitnya”.

Sedangkan Skousen (2001:526) mengemukakan secara singkat mengenai metode rata-rata tertimbang sebagai berikut: “ Metode nilai rata-rata merupakan metode penilaian persediaan yang memasukkan nilai rata-rata yang sama terhadap setiap unit yang terjual dan terhadap setiap item di dalam persediaan”.

Berdasarkan rumusan di atas maka penetapan biaya persediaan dengan menggunakan cara ini adalah persediaan yang ada di gudang dihitung harga rata-ratanya. Jadi apabila setiap kali terjadi pembelian, dengan harga pokok persatuannya berbeda dari harga rata-rata persediaan yang ada di gudang, maka harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian metode rata-rata tertimbang


(25)

Januari 3 persediaan 750 kg @ Rp. 110 Januari 12 pembelian 90 Kg @ Rp. 105 Januari 18 penjualan 500 Kg

Januari 20 pembelian 650 Kg @ Rp.105 Januari 21 penjualan 300 Kg

Januari 27 pembelian 750 Kg @ Rp.100 Januari 30 penjualan 750 Kg

Dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang, maka persediaan akhir dapat dilihat pada table 1 sebagai berikut:

TABEL 1

Metode Penilaian: Rata-rata tertimbang

Tgl

Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah

Per Kg Per Kg Per Kg

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

3

750 110 82,500

12

900 105 94,500 - - - 1,650 107.27 177,000

18

- - - 500 107.27 53,635 1,150 107.27 123,365

20

650 105 68,250 - - - 1,800 106.45 191,615

21

- - - 300 106.45 31,935 1,500 106.45 159,680

27

750 100 75,000 - - - 2,250 104.30 234,680

30

- - - 750 104.30 78,225 1,500 104.30 156,455

Pembelian Penjualan Sisa

c. Metode FIFO (First In First Out)

Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih awal pula. Niswonger (1997:396) mengemukakan sebagai berikut: “ Metode first-in first-out (fifo) untuk menetapkan harga


(26)

pokok persediaan didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan sesuai dengan urutan pembelian barang tersebut. Jadi, persediaan yang masih ada dianggap berasal dari pembelian barang terakhir”.

Sedangkan Mardiasmo (1995:120) mengemukakan sebagai berikut: “Menurut metode yang dikenal dengan singkatan MPKP atau FIFO ini unit barang yang dijual atau dikeluarkan pertama kali dibebani dengan harga pokok dari pembelian yang pertama kali”.

Pada hakekatnya kebanyakan perusahaan cenderung untuk menjual barang menurut urutan pembelian, hal ini terutama untuk barang dagangan yang mudah rusak dan barang-barang yang corak atau modelnya sering berubah.

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai metode ini maka dapat dilihat pada tabel 2 dari ilustrasi berikut sesuai dengan transaksi sebelumnya.


(27)

TABEL 2

Metode Penilaian: FIFO ( First In First Out)

Tgl

Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah

Per Kg Per Kg Per Kg

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

3

750 110 82,500

- - - - - 750 110 82,500 12

900 105 94,500 - - - 900 105 94,500 18

- - - 500 110 55,000 250 110 27,500

- - - - - 900 105 94,500 20

- - - - - - 250 110 27,500

- - - - - 900 105 94,500 650

105 68,250 - - - 650 105 68,250 21

- - - 250 110 27,500 850 105 89,250

- - 50 105 5,250 650 105 68,250 27

- - - - - - 850 105 89,250

- - - - - 650 105 68,250 750

100 75,000 - - - 750 100 75,000 30

- - - 750 105 78,750 100 105 10,500

- - - - - 650 105 68,250

Pembelian Penjualan Sisa

d. Metode LIFO ( Last In First Out)

Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Dengan demikian sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang-barang yang masuknya (dibeli) paling awal. Niswonger (1997:397) merumuskan metode LIFO sebagai berikut: “ Untuk menetapkan harga pokok persediaan di dasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang dari pembelian terakhir harus dibebankan ke pendapatan. Jadi, persediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok paling awal”.


(28)

Sedangkan Skousen (2001:528) mengemukakan sebagai berikut: “metode Last In First Out ( LIFO). Suatu metode penilaian persediaan yang mengasumsikan produk yang terjual adalah unit yang paling akhir dibeli atau dimanufactur”.

Selain itu Theodorus (2000:37) mengemukakan bahwa, metode LIFO dianggap cocok apabila:

1. Inventory terdiri dari barang-barang homogeny.

2. Barang-barang ini merupakan bagian yang penting dalam cost dari produk akhir yang dihasilkan.

3. Inventory ini besar jumlahnya dihubungkan dengan total asset perusahaan.

4. Perputaran inventory ini adalah lambat, umumnya karena diperlukan waktu untuk melakukan processing.

5. Perubahan dalam harga-harga bahan baku cenderung dicerminkan secara cepat di dalam harga barang-barang.

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian metode LIFO dapat kita lihat pada tabel 3 dari ilustrasi berikut sesuai dengan transaksi terdahulu.

e. Metode Lower Of Cost Or Market (LOCOM)

Metode LOCOM (Lower Of Or Market) merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan harga mana yang lebih rendah antara harga pasar dengan harga pembelian barang tersebut. Sehingga pada penilaiannya tidak hanya berdasarkan harga historis barang yang akan dinilai tetapi diperlukan suatu pengamatan harga pasar yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pembanding


(29)

dalam menetapkan nilai persediaan akhir. Sebagai contoh, harga komputer dan printer secara dramatis turun belakangan ini. Sementara persediaan akhir komputer dan printer yang ada, masih dengan harga lama. Dengan keadaan ini, maka digunakan harga penggantian untuk menilai barang-barang tersebut. Harga penggantian yang digunakan haruslah tidak lebih tinggi daripada nilai bersih yang dapat direalisasi (harga tertinggi) dan tidak lebih rendah dari nilai bersih yang dapat direalisasi setelah dikurangi keuntungan normal (harga terendah). Nilai bersih yang dapat direalisasi merupakan harga jual yang diharapkan setelah dikurangi dengan biaya penjualan.

Dalam menerapkan metode LOCOM ada beberapa hal yang perlu di perhatikan:

1. Menggunakan nilai pasar :

a. Menggunakan harga pengganti bila harga tersebut terletak di antara harga tertinggi dan terendah.

b. Menggunakan harga terendah bila harga pengganti lebih kecil dari harga terendah.

c. Menggunakan harga tertinggi bila harga penggantian lebih tinggi dari harga tertinggi

2. Membandingkan nilai pasar dengan harga perolehan dan memilih jumlah yang lebih rendah.

Sebagai illustrasi, dimisalkan sisa persediaan akhir barang adalah sebagai berikut:


(30)

Pasar ( Rp/Kg)

Jenis Barang Jumlah Harga Harga Harga Bersih Harga bersih yang dapat

( Kg ) Beli Penggantian yang dapat direalisasi dikurangi

direalisasi Laba Normal

Gula pasir

Kualitas 1 10,000 170 160 150 100 Kualitas 2 8,000 210 180 230 160

Beras

Kualitas 1 30,000 260 210 310 220 Kualitas 2 20,000 190 160 340 250

Dari data di atas, akan ditunjukkan bagaimana LOCOM diterapkan ke setiap jenis persediaan yang terpisah dan ke jumlah persediaan akhir secara keseluruhan.

Jenis Barang Jumlah Harga Harga

( Kg ) Perolehan (Rp) Pasar (Rp)

Gula Pasir

Kualitas 1 10.000 10.000 x 170 = 1.700.000 10.000 x 150 = 1.500.000 Kualitas 2 8.000 8.000 x 210 = 1.680.000 8.000 x 180 = 1.440.000 Beras

Kualitas 1 30.000 30.000 x 260 = 7.800.000 30.000 x 220 = 6.600.000 Kualitas 2 20.000 20.000 x 190 = 3.800.000 20.000 x 250 = 5.000.000 14.980.000 14.540.000 Dari data di atas dapat dilihat bahwa harga pasar lebih rendah dari harga perolehan, sehingga nilai persediaan akhir akan dinilai sebesar harga pasar.

f. Metode Base Stock

Metode base stock merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan pada suatu jumlah persediaan tertentu sebagai suatu persediaan dasar (base stock) beserta harganya. Jadi bilamana persediaan yang terdapat pada akhir periode jumlahnya ternyata lebih besar dari jumlah persediaan dasar


(31)

yang telah ditetapkan maka kelebihannya dinilai dengan harga pasar pada saat itu. Sedangkan bilamana persediaan akhir pada periode yang bersangkutan ternyata lebih kecil dari jumlah yang ditetapkan sebagai jumlah persediaan dasar maka selisih perbedaannya juga dinilai sesuai dengan harga pasar pada saat itu. Sebagai illustrasi dimisalkan perusahaan menetapkan Base Stock untuk persediaan akhir salah satu jenis persediaan sebesar 3000 Kg dengan harga Rp. 250/Kg, sedangkan harga pasar dari jenis persediaan tersebut adalah Rp. 260/Kg. Jadi apabila persediaan akhir aktual dari jenis persediaan tersebut sebesar 4.000 Kg, maka akan dinilai sebagai berikut:

3.000 Kg x Rp. 250 Rp. 750.000 1.000 Kg x Rp. 260 Rp. 260.000 +

Rp. 1.010.000

Sedangkan apabila persediaan akhit aktual dari jenis persediaan tersebut sebesar 2.500 Kg, maka akan dinilai sebagai berikut:

3.000 Kg x Rp. 250 Rp. 750.000 500 Kg x Rp. 260 Rp. 130.000 –

Rp. 620.000

g. Metode Gross Profit

Metode gross profit merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan selisih antara nilai barang yang siap untuk dijual (available for sale) dengan harga beli barang yang benar-benar terjual (cost of good sold). Adapun nilai barang yang siap untuk dijual tersebut adalah jumlah antara persediaan awal dengan jumlah pembelian bersih yang dilakukan selama periode tersebut. Sedangkan nilai barang yang benar-benar terjual dapat diperhitungkan dari


(32)

penjualan bersih selama periode tersebut dikurangi dengan laba kotor yang diperoleh pada periode tersebut. Sebagai illustrasi dimisalkan selama bulan Pebruari terjual barang dengan penjualan bersih sebesar Rp. 100.000.000, saldo persediaan 1 Pebruari sebesar Rp. 15.000.000. Pembelian bersih selama bulan Pebruari sebesar Rp. 65.000.000. Persentase margin kotor (secara historis) sebesar 40 % dari penjualan bersih, maka persediaan akhir dinilai sebagai berikut:

Penjualan bersih ………Rp. 100.000.000 Harga pokok yang dijual:

Persediaan awal ………….Rp 15.000.000 Pembelian bersih ……… ..Rp. 65.000.000 +

Jumlah harga pokok yang

Tersedia dijual ………… ..Rp. 80.000.000

Margin kotor:……..Rp. 100.000.000 x 40 % = …….……..Rp. 40.000.000 - Harga pokok barang yang dijual ………Rp. 60.000.000 Maka persediaan akhir …Rp. 80.000.000 – Rp. 60.000.000 = Rp. 20.000.000

h. Metode Lieftinck Last In First Out (LILIFO)

Metode LILIFO (Lieftinck Last In First Out) merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan jumlah persediaan awal suatu periode beserta harganya dijadikan persediaan dasar. Jadi bilamana persediaan akhir periode yang bersangkutan ternyata lebih besar jumlahnya dari jumlah persediaan dasar tersebut, maka kelebihannya dinilai berdasarkan harga pasar pada saat itu, namun apabila jumlah persediaan akhir dari periode yang bersangkutan ternyata lebih kecil dari jumlah persediaan dasar tersebut maka seluruh persediaan


(33)

tersebut dinilai sesuai dengan harga persediaan dasar tersebut. Sebagai illustrasi dimisalkan persediaan awal pada bulan Januari sebesar 20.000 Kg dengan harga Rp.250/Kg (sebagai persediaan dasar) dan harga pasar Rp. 260/Kg. Apabila persediaan akhir aktual sebesar 4.000 Kg, maka dinilai seharga harga dasar tersebut: 4.000 Kg x Rp 250 ….Rp. 1.000.000. Apabila persediaan akhir aktual sebesar 25.000 Kg. Maka persediaan akhir dinilai sebagai berikut:

20.000 x 250 Rp. 5.000.000 5.000 x 260 Rp. 1.300.000 +

Rp. 6.300.000

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini dapat disajikan dalam gambar berikut ini:

Berdasarkan Gambar diatas, bahwa pengendalian intern merupakan unsur yang sangat penting dalam menjalankan roda perusahaan dan proses pencapaian tujuannya. Apabila pengendalian intern dikelola dengan baik akan mencegah adanya kecurangan dalam persediaan, sehingga dapat menghasilkan sistem pengendalian yang baik dengan memperhatikan prosedur yang telah ditetapkan.

PT. Pioneerindo Gourmet International,

Tbk Cabang Medan.

Pengendalian Intern Persediaan


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan bersifat deskriptif yaitu penenelitian dengan pendekatan spesifik untuk mengungkapkan fakta dalam hubungan sebab akibat untuk mencari keterangan apa sebab terjadinya masalah, bagaimana memecahkannya, dan yang sifatnya hanya mendalam pada satu unit peristiwa.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang bersumber dari:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang secara langsung didapat dari sumber pertama, dalam hal ini adalah PT. Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk Cabang Medan yang mana data tersebut masih diolah oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diolah oleh perusahaan dan telah terdokumentasi, antara lain berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah dan kegiatan perusahaan serta prosedur pencatatan dan pengiriman.

C. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dalam hal ini PT. Pioneerindo Garmet International, Tbk Cabang Medan.


(35)

b. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pimpinan dan karyawa yang menangani persediaan barang.

c. Studi Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen atau laporan-laporan yang telah diperoleh.

D. Metode Penganalisaan Data

Metode analisis yang dipakai guna menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan: Metode Deskriptif , yaitu suatu metode yang digunakan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data serta dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut : Tahun 2009

Tahapan Penelitian Okt Nov Des Pengajuan proposal skripsi X

Bimbingan proposal skripsi X X Seminar proposal skripsi X

Bimbingan dan penulisan skripsi X

Penyelesaian skripsi X

Dan lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Pioneerindo Gourmet Internatioanal Tbk Cabang Medan yang beralamat di Jl. Karya Jasa No.88 Pangkalan Mansur Medan.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. DATA PENELITIAN

a. Sejarah singkat dan aktivitas Perusahaan

PT. Pioneerindo Gourmet International didirikan berdasarkan akta notaris No. 48 yang dibuat oleh Arikanti Natakusumah S.H, notaris di Jakarta tertanggal 13 Desember 1983 dan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 10 April 1984 nomor CH-2169-HT.01.01.Th 84 dan didaftarkan pada pengadilan negeri Jakarta Pusat, tanggal 4 Mei di bawah nomor 1218/1984 dengan nama PT. Putera Sejahtera Pioneerindo.

Anggaran dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dalam rangka Penawaran Umum termasuk dalam akta No. 52 tanggal 5 Maret 1994 oleh Adam Kasdarmadji S.H, notaris di Jakarta, tentang peningkatan modal dasar dari Rp. 40.000.000.000,00 (empat puluh milyar rupiah) menjadi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) yang terdiri dari 40.000.000 saham menjadi 100.000.000 saham dengan nominal per lembar saham Rp.1.000,00 yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik

Indonesia, dengan surat keputusannya tanggal 24 Maret 1994 No. C2-4965.HT.01.04.Th.94.

Adapun maksud dan tujuan pendirian perseroan ini sesuai dengan anggaran dasar adalah sebagai berikut.

1. Menjalankan dan melaksanakan supermarket business dalam arti kata seluas-luasnya, diantaranya juga mendirikan pabrik-pabrik bahan makanan.


(37)

3. Menjalankan usaha catering

4. Berusaha dibidang industri bahan-bahan makanan dan minuman

5. Berusaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, termasuk impor, ekspor, lokal maupun antar pulau baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi.

6. Bertindak sebagai agen, grosir, leveransir dan penyalur dari berbagai macam barang dagangan.

Pada tanggal 20 Januari 1984 PT. Putera Sejahtera Pioneerindo mengadakan kontrak perjanjian dengan Pioneer Take-Out, Franchisor Amerika Serikat untuk penggunaan merek dagang California Pioneer Chicken dan disahkan pada tanggal 14 Agustus 1984. Namun, surat perjanjian tersebut dibatalkan pada tanggal 2 Maret 1989 karena pihak franchisor tidak dapat memenuhi kewajiban utamanya yaitu memasok bumbu untuk produk California Pioneer Chicken. Untuk melanjutkan aktivitasnya, manajemen PT. Putera Sejahtera Pioneerindo memutuskan untuk membuat kualitas produk dan menciptakan produk dengan merk dagang ”California Fried Chicken” dengan surat pendaftaran ciptaan tanggal 10 Agustus 1989 nomor 002067 dan didaftarkan kembali pada tanggal 18 September 1993 No. 9851 dan No. 9855 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dan Rapat Tahunan PT. Putera Sejahtera Pioneerindo tanggal 29 Juni 2001 dihasilkan perubahan nama dari PT. Putera Sejahtera Pioneerindo menjadi PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.

Sehubungan dengan perubahan kebijaksanaan pemerintah mengenai merek berbahasa asing, maka perseroan mengganti merek perseroan dari “California Fried Chicken” menjadi “CFC”. Hal ini tidak berpengaruh terhadap


(38)

citra perseroan, karena masih menggunakan logo yang sama, walaupun sebenarnya sudah merencanakan hal ini jauh sebelumnya. Perusahaan terpaksa mengeluarkan tambahan dana untuk mengganti seluruh merek California Fried Chicken yang sudah terpasang menjadi CFC.

Sejak perseroan menjadi pemegang merek dagang California Fried Chicken hingga saat ini jaringan CFC di seluruh Indonesia telah tersebar di propinsi-propinsi besar termasuk di kota Medan. Sampai saat ini jumlah oulet CFC yang ada di bawah wilayah Sumatera Utara berjumlah 10 outlet yang berada di pusat perbelanjaan.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Agar kegiatan operasi perusahaan berjalan dengan lancar maka pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing bagian harus ditetapkan dalam struktur organisasi perusahaan. Dalam hal ini sasaran perusahaan dirinci dalam bentuk yang lebih spesifik sehingga rangkaian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian merupakan suatu rangkaian sistem organisasi yang kuat dan terarah.

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi akan mudah diketahui wewenang dan tanggung jawab setiap personil yang menduduki jabatan tertentu yang sesuai dengan struktur organisasi yang ada, dengan kata lain manfaat yang diperoleh dari adanya struktur organisasi yang baik adalah:


(39)

1. Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan 2. Untuk membagi fungsi dan tanggung jawab secara jelas

3. Untuk mencegah adanya penumpukan pekerjaan pada bagian tertentu dalam organisasi/perusahaan.

4. Untuk mempermudah kerja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan lampiran struktur organisasi PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan, maka perusahaan menerapkan struktur garis dan staf. Berikut ini dijelaskan secara ringkas mengenai struktur organisasi yang diterapkan PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan divisi CFC. Adapun kantor pusat (head office) berada di Jakarta dan memiliki 5 kantor cabang yaitu: Medan, Padang, Palembang, Surabaya, dan Pontianak. Pimpinan tertinggi yaitu Presiden Direktur berkedudukan di kantor pusat Jakarta sedangkan kantor cabang dipimpin oleh dua manajer yang memiliki tingkatan (level) yang sama yaitu: Branch Finance & Accounting Manager dan Regional Manajer Operation. Manager Branch Finance & Accounting membawahi Departemen Treasury, Departemen Accounting dan Departemen Internal Audit, sedangkan Regional Operation Manager menangani fungsi marketing, processing dan logistik. Selain itu, kedua manager ini juga bekerja sama dengan bagian Personalia dan bagian Pembelian. Branch Finance & Accounting Manager bertanggung jawab kepada Finance Controller dan Regional Operation Manager bertanggung jawab kepada General Operation Manager yang keduanya berada di kantor pusat Jakarta. Selain kedua posisi diatas, bagian personalia dan pembelian bertanggung jawab langsung ke kantor pusat.


(40)

Apabila dilihat dari sudut pandang lapangan pekerjaan maka perusahaan ini dapat dikatakan memiliki dua bagian besar lapangan kerja, yaitu kantor cabang sebagai pusat administrasi dan logistik yang berlokasi di Jalan Karya Jasa No. 88 Medan dan outlet-outlet sebagai lokasi marketing perusahaan yang sebagian besar berada di pusat-pusat perbelanjaan.

Sebagai gambaran tentang tugas-tugas antar bagian akan diuraikan sebagai berikut:

1. Regional Operation Manager

Membawahi bagian operasional perusahaan mulai dari logistik dan proses produksi sampai dengan fungsi pemasaran. Regional Operation Manager bertanggung jawab atas pelaksanan operasional perusahaan.

2. Purchase Departement (Departement Pembelian)

Melakukan fungsi pembelian dan pengadaan barang dan departemen ini juga di percayai perusahaan untuk menangani penjualan barang-barang (inventaris) bekas yang sudah tidak dipakai lagi oleh perusahaan.

3. Human Resources Departemen (Personalia)

Bagian ini menangani urusan sumber daya manusia dan kepersonaliaan baik untuk karyawan yang ada di kantor cabang maupun karyawan yang ada di bagian operasional. Selain itu, bagian ini juga menangani bagian umum (General Affairs).

4. Head Logistik

Head Logistik menangani proses pengepakan beberapa produk yang disediakan oleh bagian logistik kantor pusat. Selain itu, juga melakukan fungsi pengadaan, penyimpanan barang (gudang) serta fungsi distribusi ke outlet-outlet.


(41)

5. Branch Finance & Accounting Manager

Branch Finance & Accounting Manager membawahi secara langsung tiga bagian yaitu bagian akuntansi, bagian keuangan dan bagian internal audit. Branch Finance & Accounting Manager cabang secara garis besar memiliki tugas-tugas yang meliputi;

 Perencanaan dan pengawasan tugas-tugas bagian yang menjadi bawahannya seperti pelaporan data akuntansi, administrasi, keuangan dan audit terhadap operasional.

 Pengawasan terhadap seluruh transaksi keuangan perusahaan melalui verifikasi dan persetujuan untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang telah terjadi sesuai dengan prosedur yang berlaku atau ditetapkan.

 Mengusahakan dan menjaga agar pemanfaatan dana kas secara efisien, juga agar kebijaksanaan manajemen perusahaan yang berkaitan dengan aspek administrasi dan keuangan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

 Bekerja sama dengan Regional Operation Manager dalam menyusun anggaran penjualan selama periode tertentu dan melakukan pengendalian terhadap realisasi melalui anggaran tersebut.

 Mengusahakan koordinasi dan efisiensi sehubungan dengan biaya.  Menjaga dan memelihara keutuhan dokumen-dokumen dan

catatan-catatan yang ada pada bagian akuntansi, bagian keuangan dan internal audit.


(42)

 Menjamin sistem pengamanan yang memadai atas seluruh harta kekayaan perusahaan melalui sistem pengendalian internal dan peran internal audit.

6. Treasury Departement (Keuangan)

Bagian ini bertanggung jawab terhadap pencatatan dan pengawasan penerimaan kas (cash inflow) dan pengeluaran kas (cash outflow) yang terjadi, membandingkan penjualan antara catatan mesin register yang ada di outlet dengan uang yang disetor ke bank serta membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas.

7. Accounting Departement (Akuntansi)

Bagian akuntansi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membantu Branch Finance & Accounting Manager dalam pengerjaan pembukuan dan bertanggung jawab atas pembuatan laporan keuangan.

8. Internal Audit Departement

Bagian internal audit bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi pemeriksaan baik untuk pemeriksaan keuangan maupun operasional.

9. Training Center

Bagian ini bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan untuk seluruh karyawan yang ada di bagian operasional baik dalam aktivitas penjualan maupun proses pembuatan dan penyajian barang dagangan.

10.Manager

Manager adalah bawahan dari Regional Operation Manager dalam menangani operasional perusahaan khususnya outlet.


(43)

B. ANALISIS PENELITIAN A. Persediaan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha restauran cepat saji, dimana persediaan makanan utamanya adalah daging ayam, disamping beberapa persediaan makanan tambahan seperti: perkedel, nasi, kentang, burger dan bahan minuman seperti coca cola, sprite, fanta, teh botol dan fruit tea botol. Jenis seluruh persediaan tersebut sama seperti persediaan barang dagangan karena tidak diolah menjadi bentuk persediaan makanan yang baru tetapi hanya meramu dari persediaan makanan dan minuman sesuai dengan standar resep yang telah ditetapkan dalam proses penyajian yang dilakukan hingga produk tersebut dijual.

Perusahaan membagi persediaan yang dijualnya menjadi enam kelompok yaitu:

- produk bahan ayam - produk bahan makanan - produk bahan minuman - produk bahan pelengkap - produk bahan saus - pembungkus

Keenam kelompok persediaan inilah yang menjadi dasar dalam penghitungan harga pokok penjualan. Adapun persediaan tersebut diatas tersedia di gudang yang telah dibeli dari pemasok melalui gudang pusat dan lokal.


(44)

B. Pengadaan Persediaan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai akuntansi persediaan yang diterapkan oleh perusahaan, maka akan di bahas dua hal, yaitu

a. Penetapan harga perolehan persediaan. b. Metode penilaian persediaan

Ad 1. Penetapan Harga Perolehan Persediaan

Dalam aktivitas pengadaan persediaan, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan memperoleh dari dua sumber, yaitu: gudang pusat dan pemasok lokal (supplier). Biasanya pemasok lokal hanya menyediakan persediaan untuk bahan makanan tambahan.

Secara singkat prosedur pengadaan persediaan yang dilakukan perusahaan terhadap gudang pusat adalah sebagai berikut :

1. Bagian Logistik Cabang Medan melakukan pemesanan persediaan ke Logistik Pusat berdasarkan saldo akhir persediaan dan rata-rata kebutuhan persediaan dalam empat minggu terakhir, dimana data tersebut dibuat dalam satu Laporan Perencanaan Keperluan Persediaan yang turut dilampirkan beserta Requisition Slip (RS) yang berisi jenis persediaan yang dipesan dan jumlahnya. Sehingga jumlah persediaan yang dipesan tersebut berupa estimasi.

2. Berdasarkan laporan Perencanaan Keperluan Persediaan dan Requisition Slip (RS) yang diterima Logistik Cabang Medan, maka logistik Pusat melakukan pendistribusian persediaan yang disertai Surat Pengantar Barang (SPB). 3. Berdasarkan Surat Pengantar Barang tersebut, maka Logistik Cabang Medan


(45)

Hal ini dilakukan untuk secepat mungkin mengkonfirmasikan apabila ada persediaan yang rusak atau hilang.

4. Untuk selanjutnya persediaan yang telah ada di gudang didistribusikan ke outlet sesuai dengan Requisition Slip (RS) yang diterima dari outlet-outlet tersebut.

Sedangkan prosedur pengadaan persediaan melalui pemasok lokal (supplier) adalah sebagai berikut :

1. Bagian Purchasing menerima Purchase Request (PR) dari Bagian Logistik akan kebutuhan persediaan, dimana kebutuhan tersebut juga didasarkan pada Laporan Perencanaan Kebutuhan Persediaan.

2. Berdasarkan Purchase Request (PR) tersebut Bagian Purchasing melakukan pemesanan ke pemasok lokal (supplier), yang biasanya cukup dengan menghubungi via telepon.

3. Berdasarkan pemesanan tersebut, maka barang diantar oleh pemasok lokal (supplier) beserta Faktur barang, yang diterima langsung oleh staff logistik.

Dalam menetapkan harga perolehan persediaan, perusahaan menerapkan dengan harga standar yang dikeluarkan departemen akunting pusat, kecuali untuk persediaan minuman, yaitu coca cola, sprite, fanta, teh botol dan fruit tea botol karena untuk produk-produk tersebut harga yang ditetapkan pemasok untuk seluruh wilayah adalah sama dan pemesanannya dapat dilakukan pada seluruh cabang perusahaan.

Harga standart yang dibebankan untuk masing-masing cabang adalah sama. Hal ini dilakukan untuk mencegah ketimpangan dalam menetapkan harga pokok penjualan dari masing-masing cabang. Penetapan harga standar ini juga secara tidak langsung merupakan alat kontrol perusahaan atas pemakaian


(46)

persediaan yang dilakukan oleh outlet, yang dinyatakan dalam harga pokok penjualan outlet tersebut. Perusahaan telah menetapkan standar margin dari seluruh persediaan yang dijual.

Penetapan harga standart dinyatakan menurut nilai yang terendah antara harga perolehan dan nilai bersih yang dapat direalisasikan. Harga perolehan meliputi biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan tersebut serta membawanya ke lokasi, sehingga dapat untuk dijual. Sedangkan nilai bersih yang dapat direalisasikan didasarkan atas taksiran harga jual yang wajar setelah dikurangi dengan taksiran biaya-biaya untuk menyelesaikan dan menjual persediaan tersebut. Taksiran biaya-biaya tersebut meliputi total biaya pengepakan persediaan, biaya angkut persediaan, biaya penyimpanan persediaan dan biaya lain-lain hingga barang tersebut dapat dijual di seluruh cabang perusahaan. Taksiran biaya tersebut didasarkan kepada biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kegiatan tersebut pada periode lalu yang disesuaikan dengan keadaan ekonomi sekarang secara wajar. Dengan demikian seluruh cabang perusahaan akan memikul beban yang sama terhadap total beban pengadaan persediaan hingga persediaan tersebut dapat dijual yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.

Dalam pelaksanaannya harga standart tersebut selalu dievaluasi untuk mengantisipasi perubahan yang ada dipasar, agar tidak terjadi suatu perbedaan yang sangat material antara harga yang berlaku di pasar dengan harga standar yang ditetapkan. Setiap periodenya perusahaan selalu memberikan informasi harga standar yang terbaru.


(47)

Ad.2. Metode Penilaian Persediaan

Metode penilaian persediaan yang dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan metode First In First Out (FIFO), dimana persediaan yang pertama masuk merupakan persediaan yang pertama keluar. Hal ini dilakukan karena sifat persediaan yang disimpan mudah rusak dan mempunyai jangka waktu pemakaian (expired product) yang relatif singkat, terutama persediaan barang beku yang sangat sensitif dengan suhu penyimpanan.

TABEL 3

Metode Penilaian: FIFO ( First In First Out)

Tgl

Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah

Per Kg Per Kg Per Kg

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

2

250 50 12,500

- - - - - 250 50 12,500 10

500 40 20,000 - - - 500 40 20,000 15

- - - 200 50 10,000 50 50 2,500

- - - - - 500 40 20,000 20

- - - - - - 50 50 2,500

- - - - - 500 40 20,000 650

45 29,250 - - - 650 45 29,250 26

- - - 50 50 2,500 500 40 20,000

- - 250 40 10,000 250 40 10,000

- - - - - 650 45 29,250 28

- - - - - - 250 40 10,000

- - - - - 650 45 29,250 300

50 15,000 - - - 300 50 15,000 30

- - - 250 40 10,000 650 45 29,250

- - 300 45 13,500 300 45 13,500

- - - - - 300 50 15,000


(48)

Setiap hari mutasi persediaan yang dilakukan sangat banyak dan item-item persediaan yang ada di gudang maupun di outlet sangat beragam, dalam membantu terlaksananya metode FIFO tersebut dengan baik, maka PT Pioneerindo Gourmet International Tbk menggunakan kartu persediaan dalam melakukan aktivitas tersebut.

Pada akhir bulan dilakukan penghitungan fisik produk baik yang ada digudang maupun di outlet untuk mencari kebenaran antara catatan kartu persediaan, catatan pada laporan persediaan logistik atau catatan persediaan administrasi outlet dan fisik persediaan. Penghitungan ini dilakukan oleh petugas gudang yang disaksikan oleh staff akunting, apabila penghitungan tersebut dilakukan di outlet, penghitungan dilakukan oleh staff outlet bersama manager outlet yang juga disaksikan oleh staff akunting.

C. Manajemen Persediaan

Sistem pencatatan persediaan yang diterapkan oleh PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk Cabang Medan adalah sistim periodikal, dimana pencatatan yang dilakukan terhadap persediaan hanya dilakukan pada awal dan akhir periode melalui jurnal penyesuaian. Adapun jurnal penyesuaian yang dicatat adalah jurnal pada persediaan yang tersedia digudang. Lebih jelasnya dapat dilihat dari jurnal sebagai berikut:

Jurnal Pembuka

Pemakaian Ayam xxx

Pemakaian Bahan Makanan xxx Pemakaian Bahan Minuman xxx


(49)

Pemakaian Bahan Saus xxx Pemakaian Pembungkus xxx

Persediaan Ayam xxx

Persediaan Bahan Makanan xxx

Persediaan Bahan Minuman xxx

Persediaan Bahan Pelengkap xxx

Persediaan Bahan Saus xxx

Persediaan Pembungkus xxx

Jurnal penutup

Persediaan Ayam xxx

Persediaan Bahan Makanan xxx

Persediaan Bahan Minuman xxx

Persediaan Bahan Pelengkap xxx

Persediaan Bahan Saus xxx

Persediaan Pembungkus xxx

‡ ƒƒ‹ƒ›ƒ ššš

Pemakaian Bahan Makanan xxx

Pemakaian Bahan Minuman xxx

Pemakaian Bahan Pelengkap xxx

Pemakaian Bahan Saus xxx

Pemakaian Pembungkus xxx

Pencatatan jurnal penutup didasarkan atas hasil penghitungan fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode. Sedangkan untuk kebutuhan informasi harian akan posisi persediaan dapat dilihat dari laporan persediaan


(50)

yang dibuat oleh bagian logistik atau catatan dari kartu persediaan yang ada di gudang.

Perusahaan dalam menetapkan harga persediaan dengan menggunakan harga standar, maka bisa terjadi selisih harga apabila persediaan tersebut dibeli dari pemasok lokal (supplier), dimana selisih tersebut bisa selisih lebih atau selisih kurang dari harga standar. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak semua persediaan di pasok dari gudang pusat tetapi ada juga yang dibeli dari pemasok lokal (supplier) yang langsung dilakukan oleh cabang. Sedangkan pencatatan akan transaksi tersebut tetap di cabang, maka akan dilakukan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut:

Pembelian 500.000,- (harga standar)

R/K Pusat Jakarta 50.000,-

(selisih harga standar dengan harga perolehan)

Hutang Dagang 450.000,-

(harga perolehan)

Dalam hal ini bila harga standar lebih besar dari perolehan.

Adapun alasan penggunaan sistem pencatatan periodikal oleh PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan adalah karena tidak efesien bila dilakukan pencatatan untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan, dimana dalam satu hari terdapat ratusan transaksi dan sistem penjualan tunai yang menggunakan mesin register, sehingga sulit untuk menentukan harga pokok penjualan untuk setiap transaksi yang dilakukan. Untuk mempermudah pencatatan, maka seluruh penjualan dalam satu periode dijumlahkan dalam satu bentuk laporan penjualan, dan atas dasar laporan penjualan tersebut dilakukan jurnal penjualan sebagai berikut:


(51)

Kas xx

Penjualan xx

Hutang Pajak PB I xx

D. Akuntansi Persediaan

Penyajian Persediaan Dalam Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan dilakukan untuk setiap akhir periode yang dilakukan tanggal 31 Desember. Penyusunan laporan keuangan tersebut terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas.

Penyajian Persediaan Dalam Neraca

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa persediaan yang dimiliki oleh PT.Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara harga perolehan dengan nilai bersih yang akan direalisasikan, dengan ditetapkannya harga standar yang berlaku sama diseluruh cabang perusahaan. Dengan demikian nilai persediaan yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan merupakan nilai standar yang ditetapkan perusahaan.

Pada Neraca perusahaan persediaan disajikan pada sebelah aktiva, yang dikelompokkan dalam aktiva lancar. Sedangkan pada Laporan Laba Rugi persediaan disajikan dalam perhitungan Beban Pokok Penjualan (Harga Pokok Penjualan), sehingga persediaan yang disajikan pada laporan ini berupa pemakaian persediaan.

Dalam neraca, persediaan ditempatkan pada sebelah aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar. Metode penilaian persediaan akhir yang diterapkan perusahaan adalah metode FIFO, maka nilai persediaan yang


(52)

disajikan dalam neraca terlihat lebih realistis dan wajar selama satu periode maupun antar periode karena nilai tersebut merupakan nilai dari harga standar terbaru yang ditetapkan perusahaan, dimana sangat dipengaruhi oleh harga pasar yang sedang berlaku.

Penyajian Persediaan Dalam Laporan Laba Rugi

Dalam Laporan Laba Rugi, persediaan disajikan pada bagian harga pokok penjualan. Sama seperti perusahaan dagang lainnya pada Laporan Laba Rugi tersebut tidak dilampirkan dengan Laporan Harga Pokok Produksi. Adapun perhitungan yang dilakukan adalah nilai persediaan awal tahun ditambah dengan pembelian persediaan yang dilakukan selama satu periode, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan akhir periode.

Penggunaan metode FIFO yang diterapkan perusahaan dalam menilai persediaan akhir akan menghasilkan informasi harga pokok penjualan yang rendah apabila harga standar yang ditetapkan naik, sedangkan apabila harga standar yang ditetapkan turun, maka harga pokok penjualan yang dihasilkan akan terlihat tinggi. Namun dilihat dari kondisi saat ini maka harga standar yang ditetapkan perusahaan cenderung naik karena harga tersebut sangat dipengaruhi oleh harga pasar yang berlaku, sedangkan harga pasar sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar yang cenderung naik, walaupun dalam penetapan harga standar tersebut didasari nilai terendah dari harga perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan.

E. Penerapan Pengendalian Internal

PT. Pioneerindo Gourmet International, Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha restauran cepat saji. Untuk melaksanakan pengendalian


(53)

internal atas persediaannya, maka perusahaan ini menetapkan pengawasan, yang terdiri dari:

- Pengawasan Fisik - Pengawasan Akuntansi - Pengawasan Mutu

Ad 1. Pengawasan Fisik

Pengawasan persediaan di perusahaan ini pada umumnya terdiri dari barang yang berwujud. Oleh karena itu dilakukan pengawasan fisik supaya tidak ada pencurian dan gudang tempat penyimpanan barang selalu terkunci jika tidak ada proses pengeluaran barang. Dan barang yang ada diperusahaan semuanya diasuransikan dari bahaya kebakaran maupun pencurian. Digudang juga disediakan tabung pemadam kebakaran untuk menghindari terjadinya kebakaran. Hal ini untuk menghindari kerugian disebabkan terjadinya kebakaran dan pencurian karna mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.

Ad 2. Pengawasan Akuntansi

Untuk melaksanakan pengawasan akuntansi pada perusahaan ini, maka dilakukan melalui beberapa prosedur:

a. Prosedur Pembelian b. Prosedur Penyimpanan c. Prosedur Penjualan


(54)

Ad. a. Prosedur pembelian.

Pada perusahaan ini melalui prosedur pembelian dapat melaksanakan pengawasan melalui bagian-bagian yang terlibat dalam hal Pembelian (purchasing) dan bagian gudang. Gudang membuat estimasi untuk persediaan ke bagian purchasing, dan purchasing nantinya akan mengorder barang sesuai permintaan gudang. Faktur barang dari supplier diserahkan juga ke bagian keuangan. Bagian Keuangan akan mencocokkan faktur dengan laporan penerimaan barang, apabila sesuai, bagian keuangan akan melunasi pembayaran sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam faktur tersebut.

Ad. b. Prosedur Penyimpanan

Barang yang masuk dari gudang pusat maupun dari supplier lokal yang diterima oleh pihak gudang harus dilakukan penyesuaian kualitas dan fisik barang apakah telah sesuai dengan orderan. Dan apabila fisik barang telah sesuai, maka gudang akan menyimpan barang tersebut di gudang penyimpanan dan mencatat barang yang masuk di kartu stock.

Ad. c. Prosedur Penjualan

Prosedur penjualan melibatkan bagian penjualan, yakni outlet yang bertugas untuk menjual produk ke customer yang datang ke CFC. Bukti pembelian berupa struk diberikan kepada customer sebagai bukti pembayaran. Laporan penjualan dikirim ke kantor cabang setiap hari ke bagian finance beserta dengan bukti-bukti lainnya berupa struk penjualan dan bukti setoran ke bank. Bagian keuangan (finance) memeriksa struk dan mencocokkannya dengan saldo Bank. Jika terjadi selisih antara struk dengan yang disetor, pihak store wajib untuk menyetorkannya kembali. Selain laporan penjualan harian, store juga


(55)

wajib membuat vendor mengenai persediaan setiap minggunya. Laporan penjualan harian ini nantinya akan menjadi laporan mingguan dan laporan bulanan. Semua laporan beserta bukti-bukti penerimaan barang dan penjualan diserahkan juga ke bagian pembukuan (akunting) yang bertugas untuk membuat laporan keuangan.

Ad 3. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu harus benar-benar diperhatikan, yang dimaksud dengan pengawasan mutu oleh perusahaan dalam hal ini PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan yakni pengawasan terhadap warna, aroma, dan kualitas barang.

Cara mengawasinya adalah dengan memperhatikan standart mutu barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga barang-barang yang tidak sesuai dengan standart mutu tidak dijual. Dengan adanya pengawasan mutu yang baik, maka dapat meningkatkan tingkat penjualan. Di perusahaan selain Internal Audit ada departemen khusus yang bertugas dalam pengawasan mutu, apakah telah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau tidak. Mereka wajib memberikan penilaian mengenai kebersihan dan mutu produk.

Selain melakukan pengawasan seperti yang disebutkan diatas, perusahaan juga memperhatikan pengawasan di bidang lainnya. Setiap akhir periode, staff akunting melakukan audit stock opname langsung ke gudang maupun ke outlet. Melakukan pengecekan terhadap persediaan, penjualan dan saldo kas kecil. Hal ini berfungsi untuk mencocokkan laporan yang dikirim dengan fisik barang yang ada. Agar laporan yang dibuat terhindar dari kesilapan.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian serta analisa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat beberapa kesimpulan serta memberikan saran sehubungan dengan penyelesaian tulisan ini pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan.

Adapun kesimpulan tersebut adalah :

 Struktur organisasi pada perusahaan ini adalah struktur organisasi garis dimana dengan kegiatan operasi usaha masing-masing bagian bertanggung jawab kepada pimpinan cabang.

 Dalam menetapkan harga standar perusahaan telah mengacu kepada ketentuan PSAK No. 14, dimana harga standar masih mendekati biaya historis yang dikeluarkan perusahaan. Namun hal ini berlaku hanya pada persediaan yang pengadaannya dari Logistik Pusat. Sedangkan persediaan yang pengadaannya dari pemasok lokal selisih harga standar dengan harga perolehan persediaan tersebut sangatlah material, sehingga nilai yang disajikan pada laporan keuangan kurang menunjukkan nilai sebenarnya.

 Sistem pencatatan periodikal yang digunakan oleh PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan telah dengan baik dilakukan dan sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan. Hal ini dapat dilihat dengan proses ayat jurnal yang dibuat tentang transaksi persediaan yang harus dimiliki apabila perusahaan menerapkan sistem pencatatan tersebut,


(57)

karena merupakan alat bantu bagi perusahaan untuk mengetahui nilai persediaan setiap saat dengan cepat.

 Pengendalian internal persediaan barang dagang dilakukan melalui pengawasan fisik atas persediaan, pengawasan akuntansi, dan pengawasan mutu barang.

B. Saran

Saran-saran yang akan disampaikan penulis melalui skripsi ini adalah:

 Oleh karena adanya perbedaan yang cukup material antara harga persediaan yang dipasok dari pemasok lokal (supplier) dengan harga standar yang ditetapkan perusahaan, sebaiknya perusahaan menetapkan persentase margin bagi persediaan tersebut sehingga masing-masing cabang dapat menetapkan harga standar sesuai dengan harga perolehannya. Sehingga nilai persediaan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut lebih terlihat wajar.

 Apabila penetapan harga standar dilakukan di Pusat, sebaiknya seluruh pengadaan persediaan cabang juga diperoleh dari Logistik Pusat.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesumah R.S., Manaris J. 1997. Azas-Azas Accounting, Jilid Satu, Accounting Publising, Bandung.

Dyckman T.R., Dukes Ronald E, Davis Charles E, 1996. Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

F.X. Sudarsono, 1993. Pengantar Akuntansi II, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004, Buku

Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Kieso D.E., Weygandt J.J, 1995. Intermediate Accounting, Terjemahan Herman Wibowo, Jilid Satu, Akuntansi Intermediate, Binarupa Aksara, Jakarta.

Mardiasmo, 1995. Akuntansi Keuangan Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Niswonger R.C., Fess P.E, Warren Carl S, 1997. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Alih Bahasa Hyginus Ruswanto dan Herman Wibowo, Cetakan Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

Pandji, Anoraga, 1997. Manajemen Bisnis, STIE Bank BPD Jateng, Rineke Cipta, Jakarta.

Ryanto, Bambang, 1994. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh, Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Skousen K.F., Stice E.K., Stice J.D., 2001. Intermediate Accounting, Terjemahan Thomson Learning Asia, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Smith J.M., Skousen K.F., 1993. Intermediate Accounting, Terjemahan Nugroho Idjajanto, Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.


(1)

internal atas persediaannya, maka perusahaan ini menetapkan pengawasan, yang terdiri dari:

- Pengawasan Fisik - Pengawasan Akuntansi - Pengawasan Mutu

Ad 1. Pengawasan Fisik

Pengawasan persediaan di perusahaan ini pada umumnya terdiri dari barang yang berwujud. Oleh karena itu dilakukan pengawasan fisik supaya tidak ada pencurian dan gudang tempat penyimpanan barang selalu terkunci jika tidak ada proses pengeluaran barang. Dan barang yang ada diperusahaan semuanya diasuransikan dari bahaya kebakaran maupun pencurian. Digudang juga disediakan tabung pemadam kebakaran untuk menghindari terjadinya kebakaran. Hal ini untuk menghindari kerugian disebabkan terjadinya kebakaran dan pencurian karna mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.

Ad 2. Pengawasan Akuntansi

Untuk melaksanakan pengawasan akuntansi pada perusahaan ini, maka dilakukan melalui beberapa prosedur:

a. Prosedur Pembelian b. Prosedur Penyimpanan c. Prosedur Penjualan


(2)

Ad. a. Prosedur pembelian.

Pada perusahaan ini melalui prosedur pembelian dapat melaksanakan pengawasan melalui bagian-bagian yang terlibat dalam hal Pembelian (purchasing) dan bagian gudang. Gudang membuat estimasi untuk persediaan ke bagian purchasing, dan purchasing nantinya akan mengorder barang sesuai permintaan gudang. Faktur barang dari supplier diserahkan juga ke bagian keuangan. Bagian Keuangan akan mencocokkan faktur dengan laporan penerimaan barang, apabila sesuai, bagian keuangan akan melunasi pembayaran sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam faktur tersebut.

Ad. b. Prosedur Penyimpanan

Barang yang masuk dari gudang pusat maupun dari supplier lokal yang diterima oleh pihak gudang harus dilakukan penyesuaian kualitas dan fisik barang apakah telah sesuai dengan orderan. Dan apabila fisik barang telah sesuai, maka gudang akan menyimpan barang tersebut di gudang penyimpanan dan mencatat barang yang masuk di kartu stock.

Ad. c. Prosedur Penjualan

Prosedur penjualan melibatkan bagian penjualan, yakni outlet yang bertugas untuk menjual produk ke customer yang datang ke CFC. Bukti pembelian berupa struk diberikan kepada customer sebagai bukti pembayaran. Laporan penjualan dikirim ke kantor cabang setiap hari ke bagian finance beserta dengan bukti-bukti lainnya berupa struk penjualan dan bukti setoran ke bank. Bagian keuangan (finance) memeriksa struk dan mencocokkannya dengan saldo Bank. Jika terjadi selisih antara struk dengan yang disetor, pihak store wajib untuk menyetorkannya kembali. Selain laporan penjualan harian, store juga


(3)

wajib membuat vendor mengenai persediaan setiap minggunya. Laporan penjualan harian ini nantinya akan menjadi laporan mingguan dan laporan bulanan. Semua laporan beserta bukti-bukti penerimaan barang dan penjualan diserahkan juga ke bagian pembukuan (akunting) yang bertugas untuk membuat laporan keuangan.

Ad 3. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu harus benar-benar diperhatikan, yang dimaksud dengan pengawasan mutu oleh perusahaan dalam hal ini PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Cabang Medan yakni pengawasan terhadap warna, aroma, dan kualitas barang.

Cara mengawasinya adalah dengan memperhatikan standart mutu barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga barang-barang yang tidak sesuai dengan standart mutu tidak dijual. Dengan adanya pengawasan mutu yang baik, maka dapat meningkatkan tingkat penjualan. Di perusahaan selain Internal Audit ada departemen khusus yang bertugas dalam pengawasan mutu, apakah telah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau tidak. Mereka wajib memberikan penilaian mengenai kebersihan dan mutu produk.

Selain melakukan pengawasan seperti yang disebutkan diatas, perusahaan juga memperhatikan pengawasan di bidang lainnya. Setiap akhir periode, staff akunting melakukan audit stock opname langsung ke gudang maupun ke outlet. Melakukan pengecekan terhadap persediaan, penjualan dan saldo kas kecil. Hal ini berfungsi untuk mencocokkan laporan yang dikirim dengan fisik barang yang ada. Agar laporan yang dibuat terhindar dari kesilapan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian serta analisa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat beberapa kesimpulan serta memberikan saran sehubungan dengan penyelesaian tulisan ini pada PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan.

Adapun kesimpulan tersebut adalah :

 Struktur organisasi pada perusahaan ini adalah struktur organisasi garis dimana dengan kegiatan operasi usaha masing-masing bagian bertanggung jawab kepada pimpinan cabang.

 Dalam menetapkan harga standar perusahaan telah mengacu kepada ketentuan PSAK No. 14, dimana harga standar masih mendekati biaya historis yang dikeluarkan perusahaan. Namun hal ini berlaku hanya pada persediaan yang pengadaannya dari Logistik Pusat. Sedangkan persediaan yang pengadaannya dari pemasok lokal selisih harga standar dengan harga perolehan persediaan tersebut sangatlah material, sehingga nilai yang disajikan pada laporan keuangan kurang menunjukkan nilai sebenarnya.

 Sistem pencatatan periodikal yang digunakan oleh PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. Cabang Medan telah dengan baik dilakukan dan sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan. Hal ini dapat dilihat dengan proses ayat jurnal yang dibuat tentang transaksi persediaan yang harus dimiliki apabila perusahaan menerapkan sistem pencatatan tersebut,


(5)

karena merupakan alat bantu bagi perusahaan untuk mengetahui nilai persediaan setiap saat dengan cepat.

 Pengendalian internal persediaan barang dagang dilakukan melalui pengawasan fisik atas persediaan, pengawasan akuntansi, dan pengawasan mutu barang.

B. Saran

Saran-saran yang akan disampaikan penulis melalui skripsi ini adalah:

 Oleh karena adanya perbedaan yang cukup material antara harga persediaan yang dipasok dari pemasok lokal (supplier) dengan harga standar yang ditetapkan perusahaan, sebaiknya perusahaan menetapkan persentase margin bagi persediaan tersebut sehingga masing-masing cabang dapat menetapkan harga standar sesuai dengan harga perolehannya. Sehingga nilai persediaan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut lebih terlihat wajar.

 Apabila penetapan harga standar dilakukan di Pusat, sebaiknya seluruh pengadaan persediaan cabang juga diperoleh dari Logistik Pusat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesumah R.S., Manaris J. 1997. Azas-Azas Accounting, Jilid Satu, Accounting Publising, Bandung.

Dyckman T.R., Dukes Ronald E, Davis Charles E, 1996. Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

F.X. Sudarsono, 1993. Pengantar Akuntansi II, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004, Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan. Kieso D.E., Weygandt J.J, 1995. Intermediate Accounting, Terjemahan Herman Wibowo, Jilid Satu, Akuntansi Intermediate, Binarupa Aksara, Jakarta.

Mardiasmo, 1995. Akuntansi Keuangan Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Niswonger R.C., Fess P.E, Warren Carl S, 1997. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Alih Bahasa Hyginus Ruswanto dan Herman Wibowo, Cetakan Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

Pandji, Anoraga, 1997. Manajemen Bisnis, STIE Bank BPD Jateng, Rineke Cipta, Jakarta.

Ryanto, Bambang, 1994. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh, Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Skousen K.F., Stice E.K., Stice J.D., 2001. Intermediate Accounting, Terjemahan Thomson Learning Asia, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Smith J.M., Skousen K.F., 1993. Intermediate Accounting, Terjemahan Nugroho Idjajanto, Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.