Sedangkan Skousen 2001:528 mengemukakan sebagai berikut:
“metode Last In First Out LIFO. Suatu metode penilaian persediaan yang mengasumsikan produk yang terjual adalah unit yang paling akhir
dibeli atau dimanufactur”.
Selain itu Theodorus 2000:37 mengemukakan bahwa, metode LIFO dianggap cocok apabila:
1. Inventory terdiri dari barang-barang homogeny.
2. Barang-barang ini merupakan bagian yang penting dalam cost dari
produk akhir yang dihasilkan. 3.
Inventory ini besar jumlahnya dihubungkan dengan total asset perusahaan.
4. Perputaran inventory ini adalah lambat, umumnya karena
diperlukan waktu untuk melakukan processing. 5.
Perubahan dalam harga-harga bahan baku cenderung dicerminkan secara cepat di dalam harga barang-barang.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian metode LIFO dapat kita lihat pada tabel 3 dari ilustrasi berikut sesuai dengan transaksi
terdahulu.
e. Metode Lower Of Cost Or Market LOCOM
Metode LOCOM Lower Of Or Market merupakan cara penilaian persediaan akhir yang berdasarkan harga mana yang lebih rendah antara harga
pasar dengan harga pembelian barang tersebut. Sehingga pada penilaiannya tidak hanya berdasarkan harga historis barang yang akan dinilai tetapi diperlukan suatu
pengamatan harga pasar yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pembanding
Universitas Sumatera Utara
dalam menetapkan nilai persediaan akhir. Sebagai contoh, harga komputer dan printer secara dramatis turun belakangan ini. Sementara persediaan akhir
komputer dan printer yang ada, masih dengan harga lama. Dengan keadaan ini, maka digunakan harga penggantian untuk menilai barang-barang tersebut. Harga
penggantian yang digunakan haruslah tidak lebih tinggi daripada nilai bersih yang dapat direalisasi harga tertinggi dan tidak lebih rendah dari nilai bersih
yang dapat direalisasi setelah dikurangi keuntungan normal harga terendah. Nilai bersih yang dapat direalisasi merupakan harga jual yang diharapkan setelah
dikurangi dengan biaya penjualan. Dalam menerapkan metode LOCOM ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan: 1.
Menggunakan nilai pasar : a.
Menggunakan harga pengganti bila harga tersebut terletak di antara harga tertinggi dan terendah.
b. Menggunakan harga terendah bila harga pengganti lebih kecil dari harga
terendah. c.
Menggunakan harga tertinggi bila harga penggantian lebih tinggi dari harga tertinggi
2. Membandingkan nilai pasar dengan harga perolehan dan memilih jumlah
yang lebih rendah. Sebagai illustrasi, dimisalkan sisa persediaan akhir barang adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pasar RpKg Jenis Barang
Jumlah Harga
Harga Harga Bersih
Harga bersih yang dapat Kg
Beli Penggantian
yang dapat direalisasi dikurangi
direalisasi Laba Normal
Gula pasir Kualitas 1
10,000 170
160 150
100 Kualitas 2
8,000 210
180 230
160 Beras
Kualitas 1 30,000
260 210
310 220
Kualitas 2 20,000
190 160
340 250
Dari data di atas, akan ditunjukkan bagaimana LOCOM diterapkan ke setiap jenis persediaan yang terpisah dan ke jumlah persediaan akhir secara
keseluruhan.
Jenis Barang
Jumlah Harga
Harga Kg
Perolehan Rp Pasar
Rp Gula Pasir
Kualitas 1 10.000 10.000 x 170 = 1.700.000 10.000 x 150 = 1.500.000
Kualitas 2 8.000 8.000 x 210 = 1.680.000
8.000 x 180 = 1.440.000 Beras
Kualitas 1 30.000 30.000 x 260 = 7.800.000
30.000 x 220 = 6.600.000 Kualitas 2
20.000 20.000 x 190 = 3.800.000 20.000 x 250 = 5.000.000
14.980.000 14.540.000
Dari data di atas dapat dilihat bahwa harga pasar lebih rendah dari harga perolehan, sehingga nilai persediaan akhir akan dinilai sebesar harga pasar.
f. Metode Base Stock