Dalam penilaian persediaan, baik pencatatan menurut sistem perpetual maupun sistem periodikal, keduanya akan menghadapi masalah penilaian
persediaan, karena pada umumnya harga pembelian barang berubah. Sistem perpetual akan memiliki kelemahan penilaian pada setiap kali
perusahaan melakukan pembelian, perusahaan harus menghitung harga pokok penjualannya. Sedangkan sistem periodikal akan memiliki kelemahan pada
penilaian pada setiap akhir periode. Hal ini disebabkan karena pada akhir periode tersebut perusahaan harus menghitung harga pokok penjualan melalui suatu
jurnal penyesuaian yang didasarkan pada hasil perhitungan persediaan secara fisik.
Untuk dapat memahami metode penilaian persediaan tersebut, ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat dikenal sebagai berikut:
a. Metode Identifikasi Spesifik
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
c. Metode First In First Out FIFO
d. Metode Last In First Out LIFO
e. Metode Lower Of Cost Or Market LOCOM
f. Metode Base Stock
g. Metode Gross Profit
h. Metode Lieftinck Last In First Out LILIFO
a. Metode Identifikasi Spesifik
Menurut cara ini,setiap barang yang dibeli perusahaan dan dimasukkan ke gudang penyimpanan, diberi tanda pengenal, dimana dalam tanda pengenal
tersebut dicantumkan harga pembelian barang yang bersangkutan. Metode
Universitas Sumatera Utara
identifikasi spesifik membutuhkan sebuah cara untuk mengidentifikasi biaya historis dari setiap unit persediaan.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual harus dibebankan pada biaya rata-rata sesuai dengan unit yang dibeli pada tiap harga.
Niswonger 1997:398
merumuskan metode rata-rata tertimbang sebagai
berikut:
“Metode rata-rata tertimbang weighted avarage method didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan ke pendapatan menurut
harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yang dijual. Harga pokok rata-rata tertimbang per unit digunakan juga untuk menentukan harga
pokok barang yag masih ada dalam persediaan. Harga pokok rata-rata tertimbang per unit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokok
barang yang tersedia untuk dijual dalam satu periode tertentu dengan jumlah unitnya”.
Sedangkan Skousen 2001:526 mengemukakan secara singkat mengenai
metode rata-rata tertimbang sebagai berikut: “ Metode nilai rata-rata merupakan metode penilaian persediaan yang memasukkan nilai rata-rata
yang sama terhadap setiap unit yang terjual dan terhadap setiap item di dalam persediaan”.
Berdasarkan rumusan di atas maka penetapan biaya persediaan dengan menggunakan cara ini adalah persediaan yang ada di gudang dihitung harga rata-
ratanya. Jadi apabila setiap kali terjadi pembelian, dengan harga pokok persatuannya berbeda dari harga rata-rata persediaan yang ada di gudang, maka
harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian metode rata-rata tertimbang
dapat kita lihat pada ilustrasi berikut:
Universitas Sumatera Utara
Januari 3 persediaan 750 kg Rp. 110 Januari 12 pembelian 90 Kg Rp. 105
Januari 18 penjualan 500 Kg Januari 20 pembelian 650 Kg Rp.105
Januari 21 penjualan 300 Kg Januari 27 pembelian 750 Kg Rp.100
Januari 30 penjualan 750 Kg Dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang, maka persediaan
akhir dapat dilihat pada table 1 sebagai berikut:
TABEL 1 Metode Penilaian: Rata-rata tertimbang
Tgl Kuantitas
Harga Jumlah
Kuantitas Harga
Jumlah Kuantitas
Harga Jumlah
Per Kg Per Kg
Per Kg Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp 3
750 110
82,500 12
900 105
94,500 -
- -
1,650 107.27
177,000 18
- -
- 500
107.27 53,635
1,150 107.27
123,365 20
650 105
68,250 -
- -
1,800 106.45
191,615 21
- -
- 300
106.45 31,935
1,500 106.45
159,680 27
750 100
75,000 -
- -
2,250 104.30
234,680 30
- -
- 750
104.30 78,225
1,500 104.30
156,455 Pembelian
Penjualan Sisa
c. Metode FIFO First In First Out