sebagai titik akhir terapi dan respons terapi hanya dapat dinilai dengan pemeriksaan DNA VHB.
2.3.7. Pencegahan
Infeksi virus hepatitis B dapat dicegah melalui pemberian vaksin hepatitis B sebelum paparan terjadi Gunawan, 1991. Pelaksanaan vaksinasi terhadap virus
hepatitis B pada manusia, pertama kali dilakukan oleh Krugman dan koleganya pada tahun 1971 yaitu menggunakan sediaan serum yang diperoleh dari karier virus
hepatitis B dan diinaktifasi menggunakan panas. Hasilnya 20 dari 29 anak terlindung dari infeksi virus hepatitis B. Imunitas dijumpai pada anak-anak yang mempunyai
antibodi terhadap Hepatitis B Surface Antigen HBsAg. Hasil ini memacu perkembangan pembuatan vaksin hepatitis B lebih maju, terutama untuk produksi
skala besar dari plasma karier Suwandi, 1991. Saat ini setidaknya ada 3 sumber partikel HBsAg yang digunakan untuk
vaksinasi hepatitis B dan yang paling utama adalah HbsAg yang dimurnikan dari plasma karier. Metode ini telah berhasil dan efikasinya tidak disangsikan. Dua
sumber lain yaitu melalui pendekatan teknologi rekombinan DNA, dengan memasukkan gen virus hepatitis B pengkode HBsAg ke dalam sel ragi dan sel
mamalia. Selain itu, HBsAg juga dapat disekresi oleh E. coli, namun jumlahnya relatif kecil, demikian juga sifat antigeniknya Suwandi, 1991.
Menurut Gunawan dalam artikelnya yang berjudul Hepatitis B dan Pencegahannya melalui Imunisasi di Indonesia 1991, apabila vaksin disuntikkan,
tubuh akan membentuk anti-HBs. Satu seri vaksinasi yang tepat dapat membentuk antibodi yang cukup pada 95 orang sehat. Respons pembentukan antibodi
berkurang pada usia lebih tua dan adanya gangguan daya tahan tubuh. Pada bayi dan anak respons umumnya sangat baik dan menghasilkan kadar
antibodi yang tinggi walaupun dengan dosis yang lebih rendah dari orang dewasa. Berapa lama antibodi dapat bertahan dalam tubuh belum diketahui dengan pasti, tapi
diperkirakan lebih dari 5 tahun. Perlindungan dalam 5 tahun pertama kehidupan
Universitas Sumatera Utara
sudah cukup baik untuk mengurangi jumlah pengidap kronik, sekalipun booster tidak diberikan.
Menurut World Health Organization 2001, pemberian vaksinasi hepatitis B sangat dianjurkan kepada semua bayi yang baru dilahirkan dan kepada semua anak
sehingga berusia 18 tahun. Selain itu, vaksinasi juga sangat direkomendasikan kepada kelompok populasi dengan resiko tertular virus hepatitis B yang tinggi yaitu:
- Pasangan dan anggota keluarga yang kontak dengan karier hepatitis B
- Pekerja kesehatan dan pekerja yang terpapar darah
- Homoseksual dan biseksual pria
- Individu dengan banyak pasangan seksual
- Resipien transfusi darah
- Pasien hemodialisis
- Sesama narapidana
- Individu dengan penyakit hati yang sudah ada hepatitis C kronik
Pemberian vaksinasi hepatitis B biasanya diberikan secara suntikan. Suntikan sebaiknya diberikan ke dalam otot deltoid pada orang dewasa dan ke dalam otot pada
bayi dan anak. Suntikan di pantat gluteus tidak dianjurkan karena terbukti mengakibatkan respons antibodi yang rendah. Berbagai percobaan memberikan
suntikan secara intradermal menunjukkan bahwa dengan dosis 110 dapat diperoleh respons yang cukup baik. Suntikan intradermal secara teknis lebih sulit dan
memerlukan latihan khusus untuk petugas. Apakah cara ini bisa dipakai dalam program skala besar masih diteliti dengan lebih lanjut Gunawan, 1991.
2.3.8. Prognosis