BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hepatitis B merupakan penyakit inflammasi hati akibat serangan oleh virus hepatitis B VHB. Di seluruh dunia diperkirakan ada lebih 200 juta orang sebagai
karier VHB dan 2 miliar penduduk mempunyai bukti terinfeksi dengan VHB secara serologik. Infeksi VHB sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit hati
menahun, sirosis dan karsinoma hepatoselular Suwandi, 1991. Hepatitis B merupakan penyakit endemik di banyak kawasan di seluruh dunia.Di
Asia, 8 - 15 penduduk dewasanya menderita infeksi hepatitis B kronis. Hal ini menyebabkan hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia terutama
di Indonesia sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi Sanityoso, 2006.
Berdasarkan hasil berbagai penelitian di beberapa daerah, diperkirakan ±7,8 atau ± 13.728.000 orang penduduk Indonesia merupakan HBsAg carriers yang
setelah jangka waktu tertentu akan menjadi pengidap kanker hati, sirhosis hepatis dan nekrosis hepar. HBsAg carriers paling banyak dijumpai pada kelompok umur sekitar
20 tahun. Angka kesakitan hepatitis B ± 8.273 orangtahun dengan kematian ± 2.868 orang per tahun Atmosukarto, 1991.
VHB ditemukan dalam darah, juga dalam berbagai sekret tubuh seperti saliva, keringat, urine dan feses Ganem dan Prince, 2004. Oleh itu, penularan dapat
berlangsung secara parenteral yaitu melalui darah karena luka, suntikan, gigitan, infus atau transfusi darah dan secara non parenteral. Masa inkubasi bagi penyakit ini adalah
± 70 hari 50 – 100 hari Atmosukarto, 1991. Disebabkan infeksi VHB mudah ditularkan, maka pada tahun 1981 Food and
Drug Administration FDA telah memperkenalkan vaksin Hepatitis B yang pertama di dunia. Tujuan vaksinasi hepatitis B adalah untuk mencegah penyakit klinis dan
transmisi VHB ke individu lain. Vaksinasi sangat dianjurkan kepada golongan yang
Universitas Sumatera Utara
beresiko tinggi seperti tenaga medis dan sebagai imunisasi dini pada bayi Gunawan, 1991.
Doktor gigi merupakan sebagian dari tenaga medis yang beresiko tinggi untuk tertular atau menularkan VHB. Hal ini karena mereka sering berhadapan dengan
saliva atau air liur yang merupakan salah satu dari jalur penularan VHB. Pada suatu penelitian yang melibatkan 107 mahasiswa dan 108 dokter gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia di Jakarta telah menyimpulkan adanya HbsAg positif pada 1,86 mahasiswanya dan 3,70 HbsAg positif pada staf pengajarnya Atmosukarto,
1991. Berdasarkan latar belakang di atas, maka terbuktilah bahwa mahasiswa FKG yang
sedang menjalani kepaniteraan klinik merupakan salah satu golongan yang rentan untuk terinfeksi dengan VHB melalui air liur sewaktu bekerja. Oleh itu, peneliti
tertarik untuk mengetahui akan gambaran sikap dan tindakan pencegahan mahasiswa tentang penyakit hepatitis B karena sikap dan tindakan yang benar merupakan salah
satu faktor yang dapat mencegah mahasiswa daripada terinfeksi dengan VHB sewaktu bekerja.
1.2. Rumusan Masalah