Proses Manajemen Risiko Pada Bank BNI Syariah

11. Analisis Risiko 12. Pertimbangan, berupa pertimbangan dari berbagai sudut pandang 13. Kesimpulan, berdasarkan keseluruhan evaluasi, dapat ditarik kesimpulan apakah proyek layak tidak untuk dibiayai 14. Saran, unit kerja pemproses dapat memberikan saran diterima dengan persyaratan atau ditolak dengan alasan 15. Keputusan, Keputusan diambil oleh komite pembiayaan.

B. Proses Manajemen Risiko Pada Bank BNI Syariah

Melihat kembali pada definisi manajemen risiko yang dibahas pada bab sebelumnya, bahwa manajemen risiko terdiri dari beberapa tahapan tindakan dan merupakan suatu proses. Manajemen risiko bukan terdiri dari fungsi – fungsi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu rangkaian fungsi yang berkesinambungan dan terintegrasi kedalam strategi, kebijakan BNI, proses bisnis dan mengkristal menjadi kultur organisasi bank. 2 Manajemen risiko adalah sebagai suatu proses organisasi bisnis dan dapat dikelompokkan kedalam lima buah fungsi utama, yaitu: 3 1. Identifikasi Risiko dan Menetapkan batas toleransi Adalah suatu proses mengenali dengan baik seluruh risiko yang ada pada setiap aktifitas, jenis dan transaksi financial yang dijalankan oleh BNI. Tetapi juga mendeteksi kemungkinan risiko baru yang mungkin saja 2 Muhammad Syarif Surbakti., Manajemen Risiko bagi Perbankan Syariah, Jakarta, PT. Bank Muamalat Indonesia.Tbk, 2004 h. 18-19 3 Ibid., h. 20 54 terjadi. Hal ini penting karena banyak peristiwa atau keadaan yang menimbulkan kerugian financial yang besar bagi perbankan, bahkan negara, sebagai akibat adanya risiko yang tersembunyi dan tidak terdeteksi secara dini. Proses identifikasi dan deteksi ini adalah proses yang sangat penting karena BNI dapat melakukan tindakan preventif untuk menghindari atau setidaknya mengendalikan risiko sehingga potensi kerugian financial non financial lainnya dapat dikendalikan atau dieliminasi, jika memungkinkan. Salah satu contoh aplikasi proses identifikasi risiko pada bank BNI adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam pembiayaaan murabahah. Risiko – risiko yang dapat di identifikasi antara lain adalah nasabah membatalkan jual beli namun bank terlanjur membeli objek barang. Nasabah memanipulasi harga objek barang, nasabah memanipulasi informasi data penghasilan, Nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang disepakati, objek barang dicuri atau rusak berat, akad murabahah cacat secara hukum karena tidak memenuhi syarat – syarat hukum perdata yang berlaku diindonesia, dan masih banyak lagi risiko yang dapat diidentifikasikan dari satu jenis transaksi murabahah. 2. Mengukur Risiko Setelah risiko diidentifikasi, proses berikutnya adalah mengukur risiko dilakukan dengan mengkuantifikasi risiko tertentu dan kemudian 55 membandingkan dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko yang baik dapat memberikan gambaran mengenai apakah BNI mengambil risiko terlalu besar atau bank terlalu protektif sehingga produk murabahah menjadi tidak menarik dipasar. Contoh pengukuran risiko secara sederhana dan awam dalam kaitannya dengan contoh transaksi murabahah adalah sebagai berikut, Dengan panjer 25 bank akan menanggung kerugian tidak kembalinya modal sebesar 75 dari harga beli bank, dalam pembiayaan ini misalnya tanah yang dgunakan sebagai jaminan bagi bank, maka bank dapat menjual tanah tersebut untuk menutupi kerugian bank yang belum dibayar. 3. Memantau dan melaporkan Risiko Sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien merupakan kunci sukses pelaksanaan proses pemantauan dan pelaporan yang akurat, lengkap, tepat waktu dan dalam frekuensinya yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan. Frekuensi laporan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis risiko. Transaksi berkaitan dengan saham yang mempunyai tingkat volatilitas tinggi, misalnya setiap 2 jam memonitor perkembangan harga pasar dan perkembangan yang timbul. Sedangkan transaksi dengan volatilitas dan risiko yang lebih terkendali, frekuensi pelaporan dapat lebih jarang, misalnya dua kali sehari, mingguan atau mungkin setiap bulan. 56 4. Mengendalikan Risiko Langkah berikutnya yang harus dilakukan setelah proses pemantauan dan pelaporan risiko yaitu tindakan mengendalikan, mengamankan dan menghindari risiko bila memungkinkan. Dalam mengambil suatu keputusan yang baik didalam mengendalikan risiko hanya dapat terlaksana apabila proses pengukuran risiko, pemantauan dan pelapora risiko berjalan dengan baik. Dengan kata lain, BNI tidak akan dapat menentukan tindakan yang harus dilakukannya untuk melakukan risiko. Kecuali komparasi dan analisis antara risiko yang akan terjadi dengan ambang batas tingkat risiko yang dapat diterima BNI terlaksana dengan baik. Apabila BNI tidak mengetahui posisinya terhadap risiko yang terjadi, maka tindakan yang diambil untuk mengatasi risiko akan bersifat reaktif, padahal tindakan proaktif akan jauh menguntungkan. Dalam beberapa kasus, mungkin saja seorang manajer risiko tidak melakukan tindakan apapun dalam hal terjadinya perbedaan antara risiko yang dihadapi dengan ambang batas tingkat risiko yang diterima. Hal ini dimungkinkan apabila tingkatan untuk mengurangi risiko membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada nilai risiko yang ingin diselamatkan. Untuk keadaan ini, manajer risiko harus terus menerus memantau perubahan risiko sampai pada suatu titik yang membutuhkan tindakan mengamankan risiko demi financial BNI syariah. 57 5. Mengawasi, Audit, Menyelesaikan dan menyelaraskan Pada proses ini, dilakukan evaluasi yang menyeluruh atas fungsi , proses dan model kuantitatif pengukuran risiko yang telah dilaksanakan dan dipergunakan. Proses audit dan pengawasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses manajemen risiko terlaksana secara efektif dan efisien sebagai bagian yang terintegrasi dengan strategi bisnis bank. Proses ini memberikan umpan balik kepada proses awal yaitu identifikasi dan penetapan toleransi risiko. Umpan balik ini akan memberikan keputusan untuk memperbaharui risiko yang harus mendapat perhatian dan pengendalian serta batas toleransiya, atau tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, proses manajemen risiko adalah suatu proses yang dinamis, dimana setiap pengulangan proses akan menghimpun dan memadukan informasi yang diperoleh pada proses sebelumnya.

C. Proses Penilaian Risiko Pada Bank BNI Syariah