B. Konsep Pembiayaan Murabahah
1.Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
18
Dan juga bisa diartikan sebagai pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
19
2.Fungsi Pembiayaan.
20
a. Meningkatkan daya guna uang, artinya: Para penabung menyimpan
uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank guna suatu usaha peningkatan produktifitas. b.
Meningkatkan peredaran uang, artinya: pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan
pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet, giro, wesel, dan sebagainya.
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2002, Ed. Revisi, Cet-6, h. 92
19
Muhammad, Manajemen pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005, h. 17
20
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, h. 19-20
c. Stabilitas ekonomi, artinya: dalam ekonomi yang kurang sehat,
langkah-langkah stabilisasi pada arus inflasi diarahkan pada usaha- usaha untuk Pengendalian Inflasi, Peningkatan Ekspor,
Rentabilitasi prasarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat
3. Prinsip Analisis Pembiayaan.
21
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan. Pejabat pembiayaan bank syariah pada
saat melakukan analisis pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:
a. Character artinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan
b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalikan pembiayaan c.
Capital artinya besarnya modal yang diperlukan pembiayaan d.
Colleteral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan nasabah kepada bank
e. Condition artinya keadaan usaha nasabah atau prospek usaha
nasabah
Selain 5C bank juga menerapkan prinsip 7P yaitu:
a. Kepribadian Personality Yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiaannya atau tingkah lakunya sehari-hari dan masa lalunya.
21
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, h. 60
b. Para Pihak Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam
klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. c.
Tujuan Purpose Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang
diinginkannya. d.
Pembayaran Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana
saja untuk pengembalian pembiayaan. e.
Perolehan Laba Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
f. Perlindungan Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga
agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. g.
Ramalan kedepan Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang, mempunyai prospek atau sebaliknya.
22
4. Pengertian Murabahah Murabahah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual
harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
23
Fatwa DSN tentang murabahah No.04DSN-MUIIV2000 mengenai ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah:
Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
22
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, h. 106
23
Mohammad Rifai, Konsep Perbankan Syariah, Semarang, CV. Wicaksana, 2002, h.61
a. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam. b.
Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati klasifikasinya.
c. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. d.
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
e. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. f.
Nasabah membayar harga barang yang disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
g. Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
h. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
Dalam kitab fikih jual beli murabahah dilakukan oleh dua pihak yaitu penjual dan pembeli, sedangkan dalam praktek perbankan
melibatkan tiga pihak yaitu supplier sebagai penjual pertama, bank
sebagai pembeli pertama dan penjual kedua, dan nasabah sebagai pembeli kedua. Jadi sebenarnya yang diterapkan syariah adalah al-
murabbih yurabbih pembeli yang menjual barang. Pada jual beli
pertama yaitu antara supplier dan bank, pembayaran dilakukan secara tunai, sedangkan pada jual beli kedua yaitu antara bank dengan
nasabah, pembayaran dilakukan secara cicilan.
24
Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus
menyediakan uang tunai terlebih dahulu, dengan kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan murabahah dari bank untuk pengadaan
barang tersebut. 5.
Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah. Jual beli dalam pengertian bahasa berarti menukar sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Jual beli dalam fikih Islam mempunyai banyak bentuk, namun yang biasa diterpakan dan telah banyak dikembangkan
sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi diperbankan syariah salah satunya yaitu murabahah.
25
Landasan jual beli ini dihalalkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 275 dan surat An-Nisa ayat 29, yaitu:
...
ﺎ ﱢﺮ ا مﱠﺮﺣو ﻊْﻴ ْا ﻪﱠ ا ﱠ ﺣأو
.....
24
Adiwarman A. Karim, Pembiayaan Murabahah, Makalah Perbankan Syariah, h. 80
25
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta BI- Tazkia, 1999, h.145
Artinya: ..... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
Al-Baqarah : 275
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ áóÇ ÊóÃúßõáõæÇ ÃóãúæóÇáóßõãú Èóíúäóßõãú ÈöÇáúÈóÇØöáö ÅöáøóÇ
Ãóäú Êóßõæäó
ÊöÌóÇÑóÉð Úóä
ÊóÑóÇÖò ãöäúßõãú æóáóÇ ÊóÞúÊõáõæÇ ÃóäúÝõÓóßõãú Åöäøó Çááøóåó ßóÇäó Èößõãú
ÑóÍöíãðÇ ÇáäÓÇÁ : 29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
An-Nisa : 29 Disamping itu beberapa hadis nabi juga mendukung keabsahan
murabahah , yaitu hadist riwayat Aisyah r.a. “Bahwa ketika Rasulullah
SAW ingin hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor unta kemudian Rasulullah SAW berkata serahkan salah satunya untukku dengan
harga yang sepadatauliyah? Abu bakar menjawab ‘ya dia untukmu tanpa sesuatu apapun’ kemudian Rasulullah mengatakan’kalau tanpa
harga jual tsaman, maka tidak jadi saya ambil” HR. Bukhari dan
Ahmad. Dari hadist di atas nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan
dalam tiga hal salah satunya adalah secara tangguh, di mana dalam bertransaksi jual beli dengan memberikan masa tenggang dalam hal
pembayaran tangguh karena di dalamnya tersirat sifat baik hati, memberikan kemudahan dan memberikan pertolongan bagi orang yang
membutuhkan dengan cara penundaan pembayaran. Seperti diketahui
bahwa pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah digunakan untuk membantu nasabah pembiayaan untuk pengadaan obyek tertentu
di mana nasabah tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai akan tetapi pembayaran
dapat dilakukan secara mengangsur atau secara tangguh. 6.
Jenis-Jenis Pembiayaan Murabahah.
Jenis-jenis pembiayaan murabahah yang ditawarkan bank syariah
antara lain: a.
Murabahah Konsumtif Multiguna MKM
Murabahah Konsumtif Multiguna adalah pembiayaan bagi
pegawai pengusaha dan lain-lain untuk pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan dengan undang-undanghukum yang berlaku
serta tidak termasuk kategori yang diharamkan oleh Syariah Islam. Dengan besar pembiayaan di atas Rp.20 juta sampai dengan Rp.2
miliar jangka waktu pembiayaan ini adalah delapan tahun, dengan jaminan tanahapartemenkendaraan bermotor yang dilengkapi dengan
bukti-bukti kepemilikan.
b. Murabahah Konsumtif Rumah MKR
Murabahah Konsumtif Rumah adalah pembiayaan murabahah
yang diberikan untuk pembelian rumah tinggal disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan masing-masing pemohon,
dengan maksimum pembiayaan sebesar Rp.2 miliar dan jangka waktu pembiayaan maksimal 15 tahun. Dalam MKR ini bank meminta uang
muka minimal sebesar 20 dari harga beli tanah plus bangunan, jaminan dalam pembiayaan ini adalah tanah dan bangunan.
c. Murabahah Konsumtif Kendaraan MKK
Murabahah Konsumtif Kendaraan adalah pembiayaan murabahah
yang diberikan untuk pembelian kendaraan motor ataupun mobil yang disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan masing-
masing pemohon. Maksimal pembiayaan MKK ini adalah 80 dari harga kendaraan, sedangkan untuk jangka waktu pembiayaan
dibedakan menurut jenisnya, untuk mobil jangka waktu pembiayaannya: mobil baru maksimal 5 tahun dan mobil bekas
maksimal 2 tahun. Sedangkan untuk motor jangka waktu pembiayaannya: motor baru maksimal tiga tahun dan motor bekas
maksimal dua tahun. Uang muka MKK ini sebesar 20 dari harga kendaraan dan harus disetorkan sebelum pembiayaan direalisir. Objek
yang dijadikan jaminan adalah kendaraan yang dibiayai. d.
Murabahah Konsumtif KaryawanPegawai MKP Murabahah
konsumtif karyawanpegawai ini yaitu pembiayaan bagi karyawan pegawai suatu perusahaanlembagainstansi untuk
pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan dengan undang- undanghukum yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang
diharamkan Syariah Islam dengan maksimum pembiayaan Rp.20 juta jangka waktu untuk pembiayaan 3 tahun. Jaminan dari pembiayaan ini
adalah gaji yang bersangkutan disalurkan melalui rekening tabungan
syariah plus yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditanda tangani oleh bendaharawan dan pimpinan perusahaan instansi
lembaga. 7.
Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan murabahah memiliki beberapa tujuan dan manfaat
baik bagi nasabah maupun bagi bank syariah tersebut antara lain: a.
Tujuan pembiayaan murabahah bagi bank syariah sebagai berikut: 1.
untuk meningkatkan peranan bank syariah dalam pemberian pembiayaan serta untuk meningkatkan pelayanan pemberian
pembiayaan dengan prosedur yang lebih sederhana tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian. Tumbuhnya perkembangan
bank syariah yang semakin pesat mengakibatkan timbulnya persaingan antar bank-bank syariah tersebut baik dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masing-masing berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik untuk
nasabahnya salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan sehingga dapat memuaskan nasabahnya.
2. meningkatkan pendapatan bank syariah, seperti kita ketahui
bahwa pendapatan bank syariah diperoleh salah satunya dari penyaluran dana termasuk di sini adalah pembiayaan murabahah.
Hampir semua bank syariah termasuk bank syariah didominasi oleh pembiayaan murabahah yang berarti bahwa pendapatan
bank syariah dari pembiayaan ini cukup besar sehingga pendapatan bank pun meningkat.
3. menolong nasabah yang tidak memiliki kemampuan finansial
yang cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai. Dengan adanya pembiayaan murabahah ini maka nasabah dapat
memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai
terlebih dahulu. b.
Tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah adalah sebagai berikut :
1 Mencari pembiayaan di mana dalam operasi perbankan syariah
motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank.
2 Mencari pengalaman di mana satu pihak yang berkontrak
pemesan meminta pihak lain pembeli untuk membeli sebuah asset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli asset
tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih
karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap asset tersebut.
3 Pada dasarnya tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah
adalah untuk memperoleh pembiayaan baik untuk tujuan konsumtif ataupun untuk tujuan produktif. Tujuan nasabah
melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai untuk bertransaksi
langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank, maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan
pembayaran tangguh atau angsuran. Ini berarti penjual bank akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas
pembeli nasabah, dan sebaliknya pembeli punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada bank sebagai penjual.
26
c. Manfaat Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah memberi banyak manfaat ke pada bank syariah salah satunya yaitu adanya keuntungan yang muncul dari
selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan
penanganan administrasinya. Sedangkan manfaat pembiayaan murabahah
bagi nasabah antara lain: 1
Menambah modal yang dapat digunakan untuk membiayai usaha produktifnya, yaitu untuk memperkuat usaha yang telah ada atau
untuk membentuk usaha baru. 2
memperoleh sarana produksi secara terus menerus. 3
meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produksinya.
26
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, h. 147
4 keuntungan tetappengembalian yang pasti tanpa adanya fluktuasi
bunga, karena harga yang telah disepakati sifatnya tetap dan tidak berubah selama akad belum berakhir. Berbeda dengan bank
konvensional yang menetapkan imbalan atas kredit yang diberikan berdasarkan prosentasi tertentu yang disesuaikan
dengan tingkat suku bunga.
27
8. Teknik Penyelesaian Pembiayaan pada Umumnya
Setiap pembiayaan itu pasti mengandung risiko pembiayaan bermasalah, akibatnya pembiayaan tidak dapat ditagih sehingga
menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank. Sepandai apapun analisis pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut
mengalami permasalahan. Hanya saja dalam hal ini, bagaimana meminimalkan risiko tersebut seminimal mungkin. Dalam
praktiknya kemacetan suatu pembiayaan pada BNI disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:
a. Dari Pihak Perbankan
28
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksikan
sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan
27
Tim Depkop, Panduan Unit Simpan Pinjam Syariah, Jakarta, Departemen koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah BNI, 1998, Cet-2, h.48
28
Kasmir., Dasar-Dasar Pebankan, Jakarta,PT RajaGrafindo Persada, 2002 Ed-1, Cet- 2, h.128
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.
b. Dari Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:
1 Adanya unsur kesengajaan: dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun nasabah sebenarnya mampu.
2 Adanya unsur tidak sengaja, artinya si debitur mau membayar
akan tetapi tidak mampu, sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan
sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
29
Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang
dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit yang disengaja lalai untuk
membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.
29
Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan. h. 129
Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:
30
a. Rescheduling adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara
memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. b.
Reconditioning adalah mengubah berbagai persyaratan seperti, bunga dijadikan hutang pokok dan penundaan pembayaran bunga
pada jangka waktu tertentu dan bisa juga penurunan suku bunga atau bahkan pembebasan bunga.
c. Restructuring adalah tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha nasabah
memang masih layak.
30
Kasmir,Dasar – Dasar Perbankan, h. 131
BAB III
PROFIL BANK BNI SYARIAH A. Sejarah Pendirian Bank BNI Syariah
Bank BNI syariah adalah divisi usaha yang berada pada PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk, BNI merupakan salah satu bank umum pemerintah
terbesar pertama di Indonesia dilihat dari sisi jaringan memiliki 900 cabang lebih tersebar diseluruh Indonesia yang didirikan pada masa perjuangan
tepatnya pada tanggal 5 Juli 1946. Dalam mewujudkan visinya menjadi “universal banking”. Sesuai dengan undang-undang perbankan No. 10 tahun
1998 yang telah diperbaharui menjadi undang – undang 21 tahun 2008 yang juga mengatur tentang perbankan syariah dimana membolehkan bank umum
membuka layanan syariah, sehingga bank BNI pun membuka layanan perbankan syariah yang sesuai prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan
konsep dual banking system. Pendirian bank BNI syariah diawali dengan pembentukan Tim Bank
Syariah pada tahun 1999, diantaranya yaitu naryono, mungin, Endan Kusnadi dan lain-lain. Kemudian bank Indonesia mengeluarkan izin prinsip dan usaha
beroperasinya Unit Usaha Syariah Bank BNI. Keputusan bank BNI untuk membuka divisi usaha syariah merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar.
Hal ini ditunjang dengan landasan hukum yang jelas dan kondisi yang memungkinkan, mengingat pengalaman Bank BNI beroperasi sebagai bank
38
umum konvesional selama lebih dari 58 Tahun. Hal tersebut merupakan modal awal yang baik dalam upaya mengembangkan divisi baru ini.
Melalui pembukaan Unit Usaha Syariah yang sesuai dengan Undang- undang No. 21 tahun 2008 BNI merupakan salah satu pelopor dan turut aktif
dalam rangka mengembangkan bank syariah di Indonesia. Bank BNI syariah beroperasi pertama kali pada tanggal 29 April tahun 2000 yang ditandai
dengan dibukanya lima kantor cabang di Malang, Yogyakarta, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Pada tanggal 29 April tersebut sekaligus diperingati
sebagai hari lahir atau Milad BNI Syariah. Pada tahun 2001 Bank BNI kembali membuka 5 kantor cabang syariah yang difokuskan dikota-kota besar
di Indonesia, yakni di Jakarta, Bandung, Makasar dan padang. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan
perbankan syariah pada tahun 2002 BNI membuka 2 kantor cabang syariah baru yakni di Medan dan Palembang. Di awal tahun 2003, dengan
pertimbangan lain bisnis yang semakin memikat sehingga menuntut pelayanan kepada masyarakat, Bank BNI melakukan relokasi kantor cabang syariah di
Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat kota Jepara Bank BNI membuka kantor cabang pembantu syariah Jepara.
Melalui kerja keras dan dukungan dari stakeholder serta tetap berpedoman kepada prinsip prudensial bank, BNI syariah mengalami perkembangan bisnis
yang baik.Untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik, BNI syariah menghadirkan layanan yang lebih eksklusif dan lebih
pribadi khususnya bagi network individual melalui kantor cabang BNI syariah
39
prima, karena dikantor cabang ini nasabah Bank BNI Syariah prima juga akan mendapatkan, internet, galeri dilayani dengan financial advisor FA BNI
Syari’ah prima yang ramah dan professional, akan memberikan solusi keuangan melalui layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
B. Tujuan Pendirian