Pengelolaan Risiko Pada BNI Syariah

pengembalian pembiayaannya lancar dan apabila pembiayaan tersebut tidak melakukan penunggakan pembayaran selama tiga bulan berturut-turut itu akan dikategorikan dalam perhatian khusus atau collectability 2, akan tetapi apabila penunggakannya berturut-turut selama tiga bulan maka itu dikategorikan kurang lancar dan apabila selama 12 bulan berturut-turut dan bahkan sampai 21 bulan tidak dibayar maka pimpinan bank harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana mestinya, seperti menyita agunan dan menjualnya untuk menghindari kerugian lebih besar. 4 Lihat daftar pertanyaan

D. Pengelolaan Risiko Pada BNI Syariah

1. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Murabahah Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan, sebagian besar dari aktiva produktif yang dimiliki oleh perusahaan berupa pembiayaan yang diberikan kepada debitur untuk membayar kembali pinjamannya. Semakin besar porsi pembiayaan yang bermasalah adanya keraguan atas kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya, semakin besar pula kebutuhan biaya penyisihan penghapusan pembiayaan dan apabila aktivitas pemberian pembiayaan tidak dikelola secara hati-hati dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah yang menurunkan tingkat kesehatan dan pendapatan bank. Dalam Bank BNI, istilah pembiayaan Financing lebih sering digunakan untuk menggantikan istilah kredit. Risiko pembiayaan 4 Iwan Kustiwan, Divisi.Analis Manajemen Risiko Unit Syari’ah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 6 maret 2009 64 financing risk terjadi ketika pihak debitur mudharib karena berbagai sebab, tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana pembiayaan pinjaman yang diberikan oleh bank. Langkah-langkah yang dilakukan bank untuk meminimalisir risiko ini antara lain: Membuat kebijakan pembiayaan secara tepat dan efektif, menetapkan prinsip kehati- hatian Prudential Banking dalam proses pembiayaan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya mereka yang menangani masalah pembiayaan bermasalah. Tabel 6 Total pembiayaan Jutaan Tahun Total Pembiayaan Pembiayaan Bermasalah NPF 2006 861.431 49.532.271.404 5,75 2007 1.467.794 40.364.329.253 2,46 2008 2.417.449 59.222.130.306 2,75 Sumber Data Bank BNI Syariah Tahun 2008 Dari tabel diatas dilihat bahwa total pembiayaan tiga tahun terakhir selalu naik, karena BNI selalu mengembangkan jaringan – jaringan yang meluas dan mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Pada tahun 2006 pembiayaan yang dikeluarkan oleh BNI mencapai 861.430.807.023 dengan prosentase pembiayaan bermasalah mencapai 5.75 dan pada tahun 2007 pembiayaan di BNI naik dari tahun sebelumnya menjadi 1.467.793.791.016 dengan prosentase pembiayaan bermasalah 2,46 turun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 pembiayaan yang dikeluarkan oleh BNI naik 65 menjadi 2.407.670.504.984 dengan persentase pembiayaan bermasalah turun menjadi 2,75 jauh dari ketentuan Bank Indonesia yaitu 5. Walaupun kondisi ekonomi indonesia yang mengalami krisis global, tapi tidak membuat nasabah mangkir dari tanggung jawabnya membayar kewajiban pinjamannya ke bank. Pada pembiayan murabahah, BNI sudah cukup baik dalam melakukan diversifikasi risiko, portofolio yang dilakukan BNI bukan pembiayaan murabahah saja tetapi mudharabah, musyarakah, istisna, ijarah, qord dll. Tabel 7 Aktiva Produktif Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, Istisna, Ijarah, Qord Tahun 2008 Jutaan Pembiayaan Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah Murabahah 2.104.906 253.306 12.813 16.234 30.188 2.417.449 Mudharabah 62.340 1.614 29 255 10.587 74.826 Musyarakah 495.203 14.766 108 200 10.758 521.035 Istisna Ijarah 45.586 45.586 Qard 73.506 71 13 73.591 Sumber Data Bank BNI Syariah tahun 2008 66 Tabel Portopolio Pembiayaan Murabahah, Istisna, Ijarah Tahun 2008 No Sektor Ekonomi Lancar Dlm Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Total 1 Pertanian perburuan sarana dan prasarana 2.753.790.584.439 6.066.708.836 3.465.629.907 70.863.835.869 2 Pertambangan 133.955.408.040 544.468.577 200.000.000 5.807.341.129 140.507.217.746 3 Industri pengolahan 100.088.956.360 47.395.727.181 31.897.884 4821.158.907 152.337.740.332 4 Listrik,Gas, Air 1.071.102.081 1.071.102.081 5 Konstruksi 163.875.163.201 40.436.664.224 2.631.663.123 206.943.490.548 6 Pedagangan,Restoran ,Hotel 180.635.676.870 17.796.847.181 251.645.821 4.730.181.181 3.361.163.791 206.775.514.844 7 Pengangkutan,pegud angan 178.353.477.865 2.834.721.748 4.885.958.378 5.116.154.397 191.190.312.388 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 286.021.136.306 23.352.696.754 164.580.251 723.426.006 3.962.401.109 314.224.240.426 9 Jasa-jasa Sosial Lainnya 106.215.820.048 3.857.356.688 93.134.365 110.066.311.101 10 Lain-lain 1.570.058.413.051 127.473.359.054 12.516.432.887 6.149.274.580 22.275.301.373 1.738.472.780.945 Jumlah 2.781.606.650.948 269.758.550.243 12.964.556.843 16.688.840.145 51.533.948.101 3.132.552.546.280 Penyisihan Kerugian 27.816.066.509 13.487.927.512 1.944.683.526 8.344.420.073 51.533.948.101 103.127.045.722 Jumlah Bersih 2.753.790.584.439 256.270.622.731 11.019.873.317 8.344.420.073 3.029.425.500.558 Sumber: Data Bank BNI Tahun 2008 Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa pembiayaan bermasalah karena salah satu pembiayaan murabahah tahun 2008 kurang baik dibandingkan tahun 2007, karena tingkat pembiayaan tahun 2008 itu 2,75. Sedangkan tahun 2007 pembiayan murabahah bermasalah hanya 2,46 jauh di bawah 67 ketentuan BI yang 5. Ini berarti pengelolaan BNI dalam pembiayaan murabahah kurang baik karena faktor alam atau ekonomi. Dari pembiayaan diatas tiga besar yang mengakibatkan pembiayaan murabahah bermasalah antara lain: 1. Jasa Usaha : 314.224.240.426 2. Jasa Lainnya : 110.166.311.101 3. Konstruksi : 206.943.490.548 Dari ketiga yang diatas yang menyebabkan pembiayaan murabahah tahun 2008 naik dari tahun 2007 yang 2,46 menjadi 2,75 yaitu faktor jasa usaha yang disebabkan karena adanya hambatan dalam usaha yang dilakukan para nasabah yang menyebabkan kurang produktifnya dan tidak berkembangnya usaha yang dijalankan sehingga terjadi kesulitan dalam melakukan pengembalian kewajiban para nasabah kepada pihak bank yang bisa juga dipengaruhi oleh faktor krisis ekonomi global dan faktor yang disebabkan oleh alam. 2. Pengelolaan Risiko Pasar Sebagai Bank Devisa, bank memiliki aktiva dan kewajiban dalam valuta asing, sehingga nilai dari aktiva dan kewajiban tersebut selalu terkait dengan perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah pada saat bank memiliki posisi mata uang asing yang kurang menguntungkan dapat menimbulkan kerugian yang berdampak negatif terhadap kinerja bank. Perubahan kurs juga dapat menimbulkan kerugian bagi debitur-debitur bank yang memiliki pinjaman dalam mata uang asing sementara sumber pengembaliannya 68 berasal dari valuta asing dan berdampak pada kemampuan pengembalian pinjaman. Sebagian portofolio pembiayaan yang dimiliki bank, didasarkan pada perjanjian jual beli dengan menggunakan harga jual yang tetap. Oleh karena itu, apabila terjadi suku bunga pasar, maka bank tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan harga jual yang telah disepakati. Meskipun demikian, karena bank beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, hal tersebut tidak mengakibatkan bank mengalami Negatife Spread. Suku bunga pasar yang terlalu tinggi juga dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga. 3. Pengelolaan Risiko Likuiditas Risiko likuiditas merupakan risiko utama yang dihadapi bank. Risiko tersebut akibat adanya ketidak sepadanan jatuh waktu antara kewajiban dan tagihanpembiayaan yang dimiliki bank. Hal ini dikarenakan pada umumnya bank memiliki padanan dalam jangka pendek dan meyalurkannya ke dalam pembiayaan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan dana dari masyarakat dan jangka waktu penempatan dana tersebut menyulitkan bank dalam memenuhi kewajiban- kewajiban kepada nasabah dan pihak lainnya. Selain itu dapat saja terjadi penarikan dana dalam jumlah yang sangat besar, antara lain sebagai akibat politik yang kuarang menguntungkan, sehingga dapat menyebabkan bank mengalami kesulitan likuiditas dan dapat berdampak negatif terhadap 69 kegiatan dan prospek usaha bank tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh untk menjaga likuiditas bank adalah: a. Meminimalisasi atau meniadakan pemberian nisbah khusus kepada nasabah-nasabah tertentu, sehingga distribusi profit akan lebih merata kepada seluruh nasabah. b. Mengaktifkan fungsi pengawasan dari Asset Liability Committe ALCO c. Mengawasi pengumpulan dana dan pengelolaan profit jatuh tempo penyaluran dana. 4. Pengelolaan Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko yang mungkin terjadi sebagai akibat sistem operasional dan prosedur maupun pengawasan yang tidak memenuhi kebutuhan perkembangan perbankan. Lemahnya sistem operasional dapat menyebabkan meningkatnya biaya operasional dan pada akhirnya mengurangi laba usaha. Selain itu, secara umum kelemahan ini akan mengakibatkan kelancaran operasional dan mutu pelayanan menjadi terganggu dan menurunkan kinerja dan daya saing bank. Untuk pengelolaan risiko operasional, bank telah memiliki kebijakan dan prosedur yang cukup untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan sistem informasi yang dimiliki saat ini telah mampu untuk mamantau kondisi risiko operasional setiap saat diperlukan 70

E. Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di