Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan,
laba kotor atau laba bersih, taksiran pajak. Eksistensi persediaan menjadi suatu perkiraan yang membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya. Penilaian
persediaan harus memperhitungkan biaya-biaya dimana harus dibedakan biaya- biaya yang mana saja yang harus dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja
yang harus dibebankan untuk tahun berjalan. Menurut Dykman, Dukes, dan Davis 1999:380 mengatakan “biaya
persediaan diukur dengan total ekuivalen kas yang digunakan untuk mendapatkan barang dan mempersiapkannya untuk dijual”.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2007 : 14.2 menyatakan bahwa “biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain dan tempat yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau dipakai”.
Biaya persediaan sering dikaitkan atau diartikan sebagai harga pokok persediaan yaitu :
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh
perusahaan kepada kantor pajak, biaya pengangkutan, penanganan, dan biaya lainnyayang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan
barang jadi, bahan, dan jasa.
2. Biaya Konversi
Universitas Sumatera Utara
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang di produksi dan biaya overhead produksi tetap dan
variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi.
3. Biaya lain-lain
Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
C. Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persedian diperlukan untuk menghitung persediaan akhir yang dilaporkan di neraca dan harga pokok penjualan yang akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi. Dalam konsep akuntansi, penilaian persediaan dibahas dalam pengakuan dan pengukuran recognition and measurement.
Beberapa metode penilaian persediaan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Metode penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan cost
valuation : a.
Metode LIFO Last In First Out
Metode ini merupakan kebalikan metode FIFO, dimana barang yang paling akhir dibeli untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi.
Sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang yang dibeli paling awal.
Menurut Soemarso S.R :
Universitas Sumatera Utara
“LIFO Last in Firs Out beranggapan jika menggunakan metode LIFO maka persediaan akan dinilai berdasarkan ketentuan bahwa harga bei yang
lebih awal didahulukan”. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2007 : 14.4 merumuskan
metode LIFO sebagai berikut : “Formula MTKPLIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu,
sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu”.
b. Metode FIFO First In First Out
Metode ini, barang yang mula-mula dibeli akan digunakan terlebih dahulu, baik dalam proses produksi atau dijual kembali. Dengan demikian sisa persediaan
bahan baku pada akhir periode adalah bahan baku yang masuknya dibeli paling akhir.
Menurut Soemarso S. R: “Persediaan menggunakan metode FIFO persediaan akan dinilai dengan harga
paling akhir. Apabila kuantitas pada pembelian ini tidak cukup diterapkan pada persediaan akhir, maka diambil dari pembelian terakhir berikutnya dan
seterusnya”. Pernyataan Standar Akuntansi Keungan 2007 : 14.4 merumuskan metode
FIFO sebagai berikut : “Formula MPKPFIFO mengamsumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu
sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
Berdasarkan rumusan di atas, metode FIFO ini adalah suatu metode penentuan persediaan yang didasarkan pada anggapan bahwa barang yang paling
dahulu dibeli atau diproduksi adalah barang-barang yang terlebih dahulu dipakai atau dijual. Dengan demikian barang barang yang ada dalam persediaan akhir,
Universitas Sumatera Utara
dianggap berasal dari pembelian-pembelian terakhir karena barang yang berasal dari pembelian sebelumnya dianggap telah dipakai atau dijual.
c.
Metode rata-rata Average
Menurut metode ini biaya setiap bahan ditentukan berdasarkan biaya rata- rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa
yang dibeli atau diproduksi selama periode tersebut, perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman tergantung pada
keaadaan perusahaan. Metode ini adalah metode rata-rata yang digunakan dalam menghitung persediaan dalam sistem periodik, sedangkan pencatatan secara
perpetual digunakan metode Moving Average.
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasarkan atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar
kecilnya nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode rata-rata.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2007 : 14.4 merumuskan metode rata-rata sebagai berikut :
Dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode, dan
biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata- rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman,
tergantung pada keadaan perusahaan. Berdasarkan rumusan diatas maka penetapan biaya persediaan dengan
menggunakan cara ini adalah bahwa persediaan yang ada di gudang dihitung harga rata-ratanya dengan cara membagi total harga perolehan dengan jumlah
satuannya. Jadi apabila setiap kali terjadi pembelian, dengan harga pokok per
Universitas Sumatera Utara
unitnya yang berbeda dari harga rata-rata persediaan yang ada di gudang, maka harus dilakukan perhitungan harga pokok per unit yang baru.
1 Metode rata-rata bergerak moving average Metode rata-rata sederhana suatu metode penilaian persediaan yang
ditentukan oleh harga rata-rata per unit setiap kali membeli barang. Metode ini digunakan dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual. Harga rata-rata per
unit ini dihitung tanpa memperhatikan jumlah unit kuantitas setiap kali melakukan pembelian. Harga pokok per unit barang yang dijual dan harga per unit
persediaan akhir, dihitung dengan menjumlahkan harga rata-rata setiap kali membeli termasuk persediaan awal dibagi jumlah frekwensi pembelian
termasuk persediaan awal. 2 Metode rata-rata tertimbang weighted average
Metode rata-rata tertimbang adalah suatu metode penilaian yang ditentukan oleh besarnya seluruh harga pokok perolehan dalam periode yang
bersangkutan dan jumlah kuantitas unit dalam periode yang bersangkutan. Metode rata-rata tertimbang merupakan pendekatan antara metode LIFO
dan metode FIFO, perkembangan harga. Misalnya apabila urutan serta harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual adalah kebalikan dari urutan,
maka hal ini tidak Pengaruh perkembangan harga berjalan secara rata-rata dalam hal dalam penetapan laba bersih maupun dalam penetapan harga pokok
persediaan. Untuk suatu seri pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama, tanpa memperhatikan arah dari akan mempunyai pengaruh apa-apa
terhadap laba bersih maupun harga pokok persediaan. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dalam metode rata-rata tertimbang biasanya akan lebih
banyak dibandingkan dengan metode-metode lain. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan mungkin akan besar apabila pembelian dilakukan berkali-kali dan
jenis barangnya banyak.
d. Metode Identifikasi khusus
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan atau
Universitas Sumatera Utara
harga beli yang sesungguhnya. Metode ini biasanya dipakai untuk barang yang jumlah unitnya tidak banyak dan harganya cukup mahal.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2007 : 14.4 Yang dimaksud dengan indentifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang
tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus, baik
yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya tidak tepat bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat menggantikan satu
sama lain ordinarilly interchangeable. Dalam keadaaan demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk
menentukan dimuka dampaknya terhadap laba rugi periode berjalan.
D. Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatan sehingga data tentang persediaan dapat tersedia dengan benar.
Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan dengan dua cara, yaitu :
1. Sistem periodik
Sistem periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualannya ditentukan pada akhir periode akuntansi dengan
melakukan koreksi atas catatan persediaan akhir, setelah dilakukan penghitungan fisik persediaan akhir.
Mengenai sistem periodik ini Weygandt, Kieso, Kimmel 2007 :262 mengemukakan sebagai berikut : “Dalam sistem persediaan periodik Periodic
Universitas Sumatera Utara
Inventory System, rincian catatan persediaan barang yang dimiliki tidak sesuai secara terus-menerus dalam satu periode”.
2. Sistem Perpetual
Sistem perpetual adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang mencatat seluruh perubahan persediaan, baik penambahan maupun pengurangan
persediaan dan biaya dari setiap transaksi pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi.
Bila dihubungkan dengan pengawasan persediaan maka sistem pencatatan perpetual ini akan lebih baik dari sistem periodikal, karena dengan sistem ini
setiap transaksi persediaan akan langsung berpengaruh pada perkiraan persediaan, sehingga jumlah persediaan dapat diketahui setiap saat baik jumlah kuantitas unit
maupun total nilai dari setiap jenis persediaan ataupun setiap tingkat harga perolehan yang berbeda.
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess 2005 : 459 Dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang
dagangan yang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi
mengindikasikan jumlah stock pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebet persediaan barang dagang dan mengkredit kas atau hutang usaha. Pada
tanggal penjualan harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagangan.
Dalam persediaan perpetual, dimana persediaan barang ditentukan dengan membuat acatatan yang berlanjutan perihal kenaikan, penurunan, dan saldo
persediaan. Sistem persediaan perpetual sering disebut juga dengan sitem persediaan buku.
Universitas Sumatera Utara
Donal E. Keiso, Jerry J. Weyganth dan Terry D. Warfield mengatakan bahwa:
1. Dalam sistem periodik, pembelian digunakan dan akun persediaan ini tidak
berubah selam periode berjalan. 2.
Berdasarkan sistem persediaan perpetual, pembelian dan penjualan dicatat secara langsung pada akun persediaan pada saat terjadinya
E. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Pada Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia 2007 : 14.6 mengatakan bahwa : Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini :
1. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu. 2. Biaya operasi, yang dapat diterapkan pada pendapatan, diakui sebagai
beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakikatnya.
Penilaian persediaan yang diterapkan harus diungkapkan dalam suatu penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua
kebijakan akuntansi yang diikuti basis penilaian seperti harga pokok atau yang terendah antara harga pokokharga pasar, berikut dengan metode harga pokok
LIFO, FIFO, Average, atau metode lainnya harus dijelaskan :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus
kas di masa depan. Jika terjadi penurunan harga persedian yang mencolok antara tanggal neraca dan tanggal disusunnya laporan, penurunan tersebut harus
diungkapkan dengan suatu catatan dalam kurung atau penjelasan. Apabila terdapat pesanan-pesanan barang dagangan yang relatife besar yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang dilaporkan dalam suatu periode dimana terjadi fluktuasi harga yang tajam, tetapi hak atas barang tersebut belum berpindah, maka komitmen-
komitmen tersebut harus dijelaskan dalam suatu penjelasan khusus.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan matching
concept. Metode penilaian persedian berpengaruh pada penentuan nilai persediaan awal, persediaan akhir, harga pokok penjualan dan penentuan laba
kotorgross profit. Pengaruh pada laporan laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karena adanya
perbedaanselisih yang dapat dipengaruhi oleh suatu kesalahan. Suatu penetapan persediaan awal yang terlalu tinggi akan menyebabkan overstatement barang yang
tersedia untuk dijual dan harga pokok penjualan. Selanjutnya penetapan harga pokok penjualan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan suatu laba kotor yang
terlalu rendah understatement yang akhirnya mengakibatkan laba bersih yang terlalu rendah.
Universitas Sumatera Utara
\
Pernyataan Standar Akuntansl Keuangan No. 14 terdiri dari :
37. Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain:
pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi construction contracts lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang
Kontrak Konstruksi; instrumen keuangan; dan persediaan produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang
sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.
38. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah the lower of cost and net realizable value.
39. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai present location and condition. 40. Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti
dengan barang lain not ordinary interchangeable dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk projek khusus harus
diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing.
41. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 40, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar
pertama MPKP atau FIFO, rata-rata tertimbang weighted average cost method, atau masuk terakhir keluar pertama MTKP atau LIFO.
42. Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan
atas penjualan tersebut diakui. Setiap penurunan nilai persediaan di
Universitas Sumatera Utara
bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan
atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus
diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
43. Laporan keuangan harus mengungkapkan: kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang
dipakai; total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan; jumlah tercatat persediaan yang
dicatat sebesar nilai realisasi bersih jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode
sesuai dengan paragraf 42; kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sesuai dengan paragraf 42;
dan nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. 44. Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai
beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Hasil Pertanian 1. Jenis-Jenis Persediaan
PT. PP.London Sumatra Indonesia Tbk mempunyai beberapa jenis persedian antara lain:
a. Bahan Baku Raw Material
Bahan baku adalah persediaan perusahaan yang diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar maupun yang diperoleh dari kebun sendiri. Salah
satu bahan baku yang diperoleh dari kebun sendiri adalah buah kelapa sawit yang sudah matang yang sering disebut TBS Tandan Buah Segar.
b. Barang dalam Proses Work In Progress
Barang dalam proses adalah barang yang masih dalam pengerjaan dan memerlukan pengerjaan yang lebih lanjut sebelum menjadi minyak sawit
CPO. Yang termasuk barang dalam proses ini adalah: 1.
TBS yang masih ada di lantai penampungan di pabrik sebelum di masukkan kedalam Lori untuk proses perebusan.
2. TBS yang sudah dimasukkan kedalam Lori untuk direbus.
3. TBS yang sedang di rebus
4. TBS yang masih dalam proses Pressing.
5. Minyak sawit yang ada dalam sterilizer dalam tahap proses penyaringan
dan pembersihan serta proses pengurangan kadar air yang terkandung dalam minyak Sawit CPO.
c. Produk Jadi Finished Goods
Yaitu minyak sawit yang sudah selesai diolah dan siap untuk dijual yang di sebut dengan CPO Crude Palm Oil, dan CPO ini merupakan
bahan baku untuk membuat minyak Goreng siap pakai.
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya - Biaya Persediaan
Seperti yang telah dijelaskan dalam PSAK No. 14 bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Persediaan di PT PP London Sumatra atas barang dagangan baik yang siap jual maupun dalam proses commodity , bahan pembantu dan suku
cadang. Persediaan barang dagangan diperoleh dari sumber bahan baku dari hasil panen di lahan yang telah menghasilkan milik perusahaan lahan inti
dan juga dari lahan milik petani plasma lahan plasma dan pihak ketiga yang didapat dengan cara pembelian crop purchased kemudian diolah menjadi
barang jadi finished goods yang siap untuk dijual ready for sale . sedangkan untuk perolehan bahan pembantu dan suku cadang umumnya
diperoleh dengan cara pembelian ke pihak ketiga supplier baik dengan cara tunai maupun kredit.
Untuk memperoleh bahan baku dari lahan inti sendiri perusahaan mengeluarkan biaya biaya yang terdiri dari :
1. biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan upkeep and cultivation
2. biaya pemanenan harvesting
3. biaya pengolahanpabrikasi manufacturing costs
4. biaya tidak langsung indirect Expenses
Komponen biaya dalam persediaan yang dibebankan sebagai harga perolehan pada PT PP London Sumatra Indonesia,Tbk telah sesuai dengan
definisi dari PSAK dimana selain harga perolehan atas persediaan juga
Universitas Sumatera Utara
dibebankan biaya ongkos angkut dan biaya bongkar muat dalam menghitung harga pokok perolehan persediaan tersebut.
3. Sistem Pencatatan Persediaan