Perbuatan Melawan Hukum yang Terjadi pada Pembayaran Pajak

BAB VI PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Perbuatan Melawan Hukum yang Terjadi pada Pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Pajak merupakan sumber keuangan negara dalam melaksanakan pemerintah dan pembangunan, maka sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajibannya di bidang perpajakan. Kewajibannya yang adalah membayar pajak itu sendiri. Masyarakat harus membayar pajak dengan benar sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pada hakikatnya pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sarana perwujudan kegotong royongan nasional dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional, sehingga dalam pengenaannya harus memperhatikan kepastian hukum, keadilan, kesederhanaan serta ditunjang oleh sistem administrasi perpajakan yang memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajak.Apabila wajib pajak tidak melakukan kewajibannya untuk membayar pajak maka akan terjadi utang pajak. Utang yang tidak segera dilunasi atau dibayar oleh wajib pajak akan menyebabkan tunggakan utang. Dan wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukannya. Berkenaan itu apabila wajib pajak tidak melakukan kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Maka tindakan yang dilakukan oleh wajib 67 Universitas Sumatera Utara pajak adalah perbuatan yang telah melawan hukum karena telah bertentangan dengan kewajiban hukumya sendiri. Kewajiban hukum yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis, dan dalam hal ini wajib pajak telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994. Dan perbuatan wajib pajak yang tidak taat pajak dalam membayar pajak bertentangan dengan keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik, karena dengan kesalahan yang dilakukan oleh wajib pajak akan menimbulkan kerugian terhadap negara. Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam perbuatan melawan hukum, unsur – unsur kerugian dan ukuran penilaiannya dengan uang dapat diterapkan secara analogis. Dengan demikian, penghitungan ganti kerugian dalam perbuatan melawan hukum didasarkan pada kemungkinan adanya tiga unsur yaitu biaya, kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan yang diharapkan bunga. Dan kerugian itu dihitung dengan sejumlah uang. Berikut Penulis akan melampirkan salah satu contoh kasus yang terjadi di KPP Medan Petisah: SPPT tahun pajak diterima oleh wajib pajak pada tanggal 1 Maret 2009 dan besarnya pajak yang terutang adalah Rp 100.000,-. Seandainya pada tanggal 2 September 2009 jumlah itu baru di bayar semuanya. Utang pajak tersebut jatuh Universitas Sumatera Utara temponya pada tanggal 31 Agustus 2009, enam bulan setelah SPPT diterima, jadi pembayaran dilakukan terlambat 2 hari.maka wajib pajak dikenakan denda administrasi 2. Walaupun terlambat 1 hari, atau 10 hari, atau 20 hari, dendanya tetap 2 sebulan. Jika pajak baru dibayar pada tanggal 2 September 2009, maka yang harus dibayar adalah Rp 100.000,- + 2 x Rp 100.00,- = Rp 102.000,-. Dan andai kata pajak baru dibayar pada 10 Oktober jadi terlambat 2 bulan maka pajak yang harus dibayar berikut dendanya adalah Rp 100.000,- + 2 x 2 x Rp 100.000,- = Rp 104.000,- Pasal 11 ayat 3. Kalau utang pajak tersebut ternyata belum dibayar pada waktu pengecekan pengawasan dilakukan maka oleh Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah yang mengadministrasikan utang pajak itu akan dikeluarkan Surat Tagihan Pajak sebesar jumlah pajak yang belum dibayar ditambah denda 2 untuk setiap bulan terlambat membayar Pasal 11 ayat 4. Menurut penjelasan undang – undang Surat Tagihan Pajak itu harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterima STP tersebut. Untuk itu berdasarkan data diatas maka setiap perbuatan wajib pajak yang tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka di wajib kan untuk bertanggungjwab atas perbuatannya yakni dengan mengganti kerugian terhadap penerimaan negara dengan dikenakan denda. Surat teguran diterbitkan 7 tujuh hari setelah jatuh tempo dari STP apabila wajib pajak tetap belum membayar utang pajaknya. Dalam surat ini wajib pajak juga dikenakan denda administrasi 2 dikalikan dengan jumlah bulan, kemudian dikalikan dengan utang pajaknya. Jangka waktu Surat Teguran ini adalah 21 dua puluh satu hari. Akan tetapi di Kantor Pelayanan Medan Petisah Universitas Sumatera Utara masih tidak ditemukan kasus yang hingga membutuhkan dikeluarkannya surat teguran, surat paksa dan pada tahap selanjutnya. Karena masyarakat di area Medan Petisah ada umumnya taat dalam melaksanakan kewajibannya yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Sehingga tidak sampai kepada tahap mengeluarkan surat teguran dan selanjutnya. Kalaupun ada terjadi tunggakan pajak, para pejabat yang terlibat dalam penagihan pajak di wilayah Medan Petisah tersebut dengan sigap membantu untuk memungut pajak kepada warganya masing – masing. Sehingga utang pajak segera dilunasi oleh wajib pajak.

B. Proses Penagihan Utang Pajak menurut Undang – Undang Nomor 19