Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

(1)

Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi

Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai

SKRIPSI Oleh Tantia Pinoza

091121047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza

NIM : 091121047

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf

signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai”.

Penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu dekan satu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan telah membantu peneliti dalam pembuatan kuesioner dan uji validitas

3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Wardiyah Daulay S.Kp M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp M.Kep selaku dosen penguji yang telah banyak mendidik dan mengarahkan penulis sehingga peneliti


(5)

6. Bapak Dudut Tanjung S.Kp Sp.KMB yang juga telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Iwan Rusdi S.Kp MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Pemerintahan Kota Medan BALITBANG (Badan Penelitian dan Pengembangan), camat dan lurah Tegal Sari Mandala 3 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitan kepada peneliti.

9. Masyarakat Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Teristimewa kepada kepada kedua orang tua peneliti ayahanda Abdul Hamid S,Pd dan Ibunda Erniwati yang telah memberikan limpahan materi maupun dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua cinta kalian.

11. Kepada Abang Ismed Depi dan Adik Puput Yolanda serta dedi haryanto yang telah menjadi sumber inspirasi dan dukungan semangat bagi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Anak Kos 23 yang telah bersedia membantu peneliti dalam membuat skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan Stambuk 2009 Jalur B yang senantiasa memberikan semangat.


(6)

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada semua pihak yang telah membantu peneliti. Harapan peneliti semoga karya ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.

Medan, Januari 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Skema ... iv

Daftar Tabel ... v

Abstrak ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. PendidikanKeperawatan ... 5

1.4.2 Pelayanan Kesehatan ... 5

1.4.3. Penelitian Selanjutnya ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Demografi ... 6

2.2. Persepsi ... 13

2.2.1. Defenisi ... 13

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 14

2.3. Kontrasepsi ... 17

2.3.1. Defenisi ... 17

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi 18 2.3.3 Jenis Kontrasepsi pada Laki-laki. ... 20

2.4. Persepsi tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki .... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 30

4.2. Populasi dan Sampel ... 30

4.2.1 Populasi ... 30

4.2.2. Sampel ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.4. Pertimbangan Etik ... 32

4.5. Instrumen Penelitian... 33

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 34

4.7. Pengumpulan Data ... 35


(8)

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian……… 39

5.1.1 Karakteristik Demografi ... 39

5.1.2 Persepsi Secara Umum ... 42

5.1.3 Persepsi Tentang 4 Jenis Kontrasepsi ... 42

5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi .. 43

5.2 Pembahasan ... 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 66

6.2.1 Praktek Keperawatan ... 61

6.2.2 Perawat Maternitas ... 61

6.2.3 Penelitian Selanjutnya ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 65

2. Instrumen Penelitian ... 66

3. Surat Survey awal ... 71

4. Surat Izin Penelitian ... 72

5. Hasil Uji Reliabilitas ... 73

6. Hasil Analisa Data ... 74


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Penelitian Hubungan Karakterisitk Responden dan Persepsi Suami tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus

Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 9 Hubungan Pekerjaan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 10 Hubungan Pendapatan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki


(11)

Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza

NIM : 091121047

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf

signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang adalah masalah kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi oleh Indonesia saat ini adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Jika terus tidak mendapat perhatian, ancaman ledakan jumlah penduduk pada 2015 bakal benar terjadi. Indonesia belum aman dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, yang masih berada di urutan keempat jumlah penduduk dunia terbesar, setelah China, India, dan Amerika Serikat (Tempointeraktif, 2010). Dari beragam program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk salah satu diantaranya adalah program Keluarga Berencana atau KB.

Pengertian keluarga berencana menurut UU NO.10 Tahun 1992 adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui upaya pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum & Sujiyatini, 2009).

Jumlah penduduk Indonesia saat ini 230 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,40% atau sekitar 320 juta jiwa pertahunnya. Pasangan


(13)

usia subur (PUS) di Indonesia yaitu sekitar 45 juta jiwa. Jumlah PUS di Sumatera Utara berjumlah 2,5 Juta jiwa. Jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi di Indonesia hanya 2,7% dari total jumlah penduduk Indonesia ( BKKBN, 2007). Sedangkan jumlah pria yang aktif menggunakan alat kontrasepsi di Sumatera Utara hanya 3,15% (BKKBN, 2008). Data ini manunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi pria dalam menyukseskan program KB.

Rendahnya pertisipasi suami dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi karena kurangnya informasi dan sosialisasi tentang pengunaan kontrasepsi pada laki-laki, persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya wanita yang menjadi sasaran untuk program KB, keterbatasan metode kontrasepsi yang ada untuk laki-laki, kebijakan yang tidak mendukung seperti larangan terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan aksesbility alat KB dan kesehatan reproduksi bagi laki-laki, biaya yang mahal untuk melakukan Vasektomi (BKKBN, 2004)

Menurut Desra (2009), dalam penelitiannya tentang persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki mengatakan kalau dari keseluruhan responden yaitu sebanyak 65 orang, 63 orang diantaranya memiliki respon positif terhadap penggunaan kontrasepsi pada laki-laki dan 2 orang lainnya memiliki persepsi negatif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu sebanyak 54 orang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, bahwa partisipasi suami masih rendah dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki sedangkan persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki tergolong positif, maka peneliti


(14)

tertarik untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasespi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki secara umum.

2. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi senggama terputus

3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi pantang berkala


(15)

4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi vasektomi

5. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi kondom

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada beberapa pihak terkait tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, khususnya bagi keperawatan maternitas.

1.4.2 Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi tentang pentingnya untuk memberikan tambahan informasi mengenai pentingnya partisipasi laki-laki dalam program


(16)

keluarga berencana dan tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan dan faktor yang mempengaruhi persepsi tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa yunani yang berarti : “Demos” adalah rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk.

Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya. Sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial (Donal J dalam lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004).

Demografi merupakan studi ilmiah tentang kependudukan, utamanya yang berkaitan dengan jumlah/size penduduk, struktur serta perkembangannya. Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan, meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan (Ketut, 2009).

Komposisi penduduk berdasarkan ciri-cirinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

2. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, dan sebagainya.


(18)

3. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

4. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi, dan kabupaten.

Berikut akan dijelaskan karakteristik demografi berdasarkan komposisi penduduk. :

a. Biologis

Umur dan jenis kelamin merupakan karakterisitik penduduk yang pokok. Strukutur ini mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.

1. Umur

Umur merupakan karakterisitik penduduk yang pokok. Strukutur ini mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.

Umur atau usia adalah satua suat itu dihitung.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang


(19)

sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan (Dian, 2005). Jenis kelamin secara umum dibagi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

b. 1. Sosial

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana Tingkat pendidikan

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya da

a.

Tingkat pendidikan tercermin pada dua hal yaitu :

Kepandaian membaca dan menulis

b.

Penduduk dikatakan dapat membaca dan menulis jika mereka dapat membaca dan menulis surat/ kalimat sederhana, membaca dan menulis huruf Braile, orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis. Sedangkan orang tergolong buta huruf jika mereka tidak bisa membaca dan menulis atau bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Yang dimaksud dengan “tamat” adalah mereka yang meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran kelas tertinggi sampai akhir mendapatkan tanda tamat/ ijazah, baik dari sekolah negeri maupun sekolah swasta. Penggolongan penduduk berdasarkan atas tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah sebagai berikut : tidak sekolah, belum tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat Perguruan Tinggi.


(20)

2.

Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis kelamin (Lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004). Sedangkan di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Status perkawinan adalah waktu dari usia pernikahan mereka dihitung sejak tahun pertama menikah sampai sekarang.

Status perkawinan

3.

Berdasarkan status perkawinannya penduduk berumur 10 tahun keatas dapat dikelompokkan sebagai berikut : belum kawin, kawin, cerai, duda atau janda.

Suku adalah suatu golongan Suku

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Batak, Jawa, Melayu, Minang, Mandailing, Aceh, dan Tionghoa

4.

Kata "agama" berasal dari bahas Agama

āgama yang berarti "tradisi". sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada


(21)

Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada disebut dengan nama dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. c. Ekonomi

1.

Ekonomi meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Lapangan Pekerjaan

Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI (2004), lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan, instansi, dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

a)

Lapangan pekerjaan/ usaha dibagi dalam 10 golongan yaitu :

b)

Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan perikanan

c)

Pertambangan dan Penggalian

d)

Industri pengolahan

e)

Listrik, Gas, dan Air

f)

Bangunan

g)

Perdagangan, Rumah makan, dan Hotel

h)

Angkutan, Penyimpanan, dan Komunikasi

i)

Keuangan, Asuransi, dan Perdagangn benda tak bergerak

j)

Jasa-jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Pribadi Kegiatan yang tidak/ belum jelas


(22)

2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan oleh orang-orang yang termasuk dalam golongan bekerja atau orang-orang yang mencari pekerjaan atau pernah bekerja.

a)

Jenis. Jabatan pekerjaan dibagi dalam 8 golongan yaitu:

b)

Tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain.

c)

Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

d)

Tenaga administrasi, tenaga tata usaha

e)

Tenaga penjualan

f)

Tenaga usaha jasa

g)

Tenaga usaha pertanian

h)

Tenaga produksi dan sejenisnya, dan operator alat-alat pengangkutan

3.

Lain-lain (termasuk ABRI dan Polisi). Tingkat Pendapatan/ penghasilan

d.

Hasil yang diperoleh/didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan atau penghasilan dalam kata lain yaitu gaji, berupa uang imbalan dari hasil jerih payah dalam bekerja.

Geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Geografis dibagi berdasarkan tempat tinggal, daerah pedesaan, perkotaan, kabupaten dan provinsi.


(23)

1.

Sebuah tempat tinggal biasanya berwuj Tempat Tinggal

tinggal. Istilah ini dapat digunakan untuk rupa-rupa tempat tinggal, mulai dar konteks tertentu tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah, kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-arti yang lain.

2.

Kawasan perkotaan (urban) adala Perkotaan

utama buka permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayan perkotaan yang besar dengan jumlah penduduk diatas satu juta orang dan berdekatan denga

3.

Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(24)

4.

Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah Kabupaten

wilayah administratif setelah provinsi adalah kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah

bawahan dari provinsi, karena itu bupati ata

jawab kepada otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

5.

Provinsi adalah nama sebuah pembagian wilayah administratif di bawah wilayah nasional. Kata ini merupakan kata pungutan dari

Provinsi

"provincie" yang berasal dari di "provincia", yang berarti daerah kekuasaan.

2.2 Persepsi

2.2.1 Defenisi

Persepsi berasal dari bahasa latin yaitu persipere : menerima,

perceptio : pengumpulan, penerimaan, pandangan dan pengertian. Persepsi

adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2000).

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus


(25)

mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003)

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari walgito 2004).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang (Siagian, 1995) yaitu : pertama, dari diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia pasti dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, pengalaman, dan harapannya. Kedua, sasaran persepsi tersebut berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat- sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi seseorang yang melihatnya, misalnya kehadiran orang yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat ‘ mecolok” akan lebih menarik perhatian daripada dengan orang yang “biasa saja”. Dengan kata lain gerakan suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Ketiga adalah faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi


(26)

yang mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya seorang anak akan menunjukkan suatu pola perilaku tertentu bila berhadapan dengan orangtua seperti sopan, tertib, dan sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada diantara teman-temannya.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain :

1. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas : Suara yang berubah dari pelan menjadi keras atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita

3. Pengulangan (repetition) : iklan yang ditayangkan berulang-ulang akan lebih menarik perhatian seseorang, walaupun seringkali membuat kesal. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tidak termasuk dalam rentang perhatian seseorang tetapi pada akhirnya akan dapat perhatian.

4. Sesuatu yang baru : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui sebelumnya.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian seseorang.


(27)

6. Kebutuhan : Kebutuhan akan membuat stimulus itu dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

7. Motivasi : Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang yang ingin lulus cum laude maka angka B akan diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, sebaliknya jika seseorang yang ingin lulus cepat angka B diinterpretasikan sebagai nilai yang sudah baik.

8. Emosi : Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Sebagai contoh seorang pasien yang akan dioperasi tapi merasa takut akan lebih merasa sakit setelah operasi dibandingkan dengan pasien yang menghadapi operasi tanpa rasa takut.

9. Budaya : seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akam mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya secara sama saja.

Untuk mengukur atau menilai persepsi digunakan skala Likert (Nursalam, 2008). Bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut :


(28)

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju : TS Sangat tidak Setuju : STS

Tidak Tahu : TT

4 3 2 1 0

Tidak Tahu : TT Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju : TS Sangat tidak Setuju :

STS O 1 2 3 4

2.3 Kontrasepsi 2.3.1 Defenisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “ mencegah” atau “ melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sperma (BKKBN, 2005).

Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan usaha-usaha itu bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro.2005).

Program keluarga berencana yaitu usaha langsung untuk mengurangi angka kematian mengatur jarak kelahiran yang bertujuan untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta penangulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas ( Arum & Sujiyatini, 2009).


(29)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi

Dorongan untuk menggunakan KB memerlukan dorongan baik dari pihak suami maupun istri. Dalam memilih KB masyarakat umumnya dipengaruhi oleh pandangan tentang dirinya sendiri dan atau pergaulannya, serta susila dan agama. Selain itu, masyarakat dipengaruhi pula oleh prilaku pribadi dan prilaku masyarakat yang baku yang berlaku di lingkungannya, pendapat, tentang peran wanita dan pria yang dianut dan kaidah sosial budaya lainnya (Sugito, 1991).

Ada beberapa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yaitu faktor pasangan, Faktor kesehatan, dan metode kontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka yang panjang, komplikasi atau tidak menambah kelainan yang ada dan biaya (Saroha, 2009).

Sedangkan menurut Bertrand (1980) yang dikutip dalam Fiona (2006), menyatakan ada tiga hal yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yaitu faktor sosio demografi, sosio psikologi, serta pemberi pelayanan KB. Yang termasuk dalam sosio demografi adalah umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, tempat tinggal dan jumlah anak. Faktor sosio psikologi adalah kepercayaan dan kepuasaan terhadap pelayanan KB.


(30)

Pemberi pelayanan KB termasuk didalamnya keterampilan petugas pelayanan KB.

Rezky (2009) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial di masyarakat mengatakan sosial demografi ikut mempengaruhi persepsi seseorang. Seperti halnya suku, saat seseorang akan bertemu dengan orang lain yang berbeda suku dengannya, biasanya sebelum bertemu seseorang akan membayangkan seperti apa sifat/karakter orang yang akan dijumpainya. Dalam persepsi kita ada perbedaan sifat antara orang yang berbeda suku, contoh lainnya adalah jenis kelamin dan usia seseorang, perempuan dinilai lebih kemampuannya dibanding laki-laki dalam pekerjaan tertentu. Seseorang akan lebih mudah percaya kepada orang yang umurnya lebih tua atau setara dengannya daripada orang yang umurnya jauh lebih muda.

2.3.3 Jenis Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Menurut Winkjosastro (2005), jenis-jenis alat kontrasepsi pada laki-laki terbagi atas 2 yaitu pertama kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat yaitu pantang berkala dan senggama terputus. Kedua kontrasepsi secara mekanis yaitu kondom dan vasektomi.

Pantang berkala yakni metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan adalah tidak melakukan hubungan saat masa subur istri. Keuntungan dalam menggunakan cara ini adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan


(31)

seksual tidak terganggu, sedangkan kelemahannya adalah : kegagalan tinggi bila siklus menstruasi istri tidak teratur.

Senggama terputus (coitus interuptus) merupakan metode KB secara tradisional dimana suami mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam vagina sebelum pria mencapai orgasme. Efektivitas dalam pemakaian metode ini bervariasi, pada penggunaan yang cermat dan konsisten efektivitas sampai 96 % untuk pencegahan kehamilan. Namun angka tersebut dapat menurun 81% pada penggunaan yang kurang cermat dan kurang komitmen (clubb & knight, 1996 dikutip dari Saroha, 2009). Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping, dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Sedangkan kelemahan metode senggama terputus ini adalah tingkat kegagalan tinggi dan kepuasan melakukan hubungan seksual berkurang tidak terlindung dari penularan HIV atau penyakit menular seksual lainnya.

Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis yang terbuat dari lateks (karet), plastik (vinyl), atau bahan alami. Yang dikenakan pada alat kelamin laki-laki. Cara kerja kondom adalah menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak dapat masuk kedalam saluran reproduksi wanita. Efektivitas penggunaan kondom bervariasi, pada pemakaian yang cermat dan konsisten efektivitasnya dapat mencapai 98 % serendah-rendahnya 85 %. Efektivitas


(32)

yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yang berusia muda dan lebih subur dan kurang pengalaman dalam menggunakan metode ini (Saroha, 2009). Keuntungan penggunaan kondom yaitu dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini. Sedangkan kelemahan penggunaan kondom yaitu sedikit sulit dalam pemakaiannya, dapat mengakibatkan alergi pada jeli spermisida pada beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi, serta dapat mengganggu kenikmatan pada saat berhubungan seksual

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis didalam testis ke vesikula seminalis. Dengan memotong vas deferens sperma tidak mampu di ejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma yang memakan waktu sekitar tiga bulan (Saroha, 2009). Vasektomi merupakan bentuk kontrasepsi yang efektif. Angka kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000 orang. Keuntungan dalam metode vasektomi ini adalah metode permanen, efektivitas tinggi, menghilangkan kecemasan akan kehamilan yang tidak diinginkan, dan prosedur aman serta sederhana. Kerugiannya adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi pada saat pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi ringan.


(33)

2.4 Persepsi Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang (over

behavior). Persepsi, sikap, dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan

pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut.

Pria atau suami, memiliki peran yang lebih dominan dalam mengambil keputusan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama kurang tersedianya metode kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki. Memasuki awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan kelahiran anak. Dari perencanakan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya, merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil, suami bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur, memperoleh makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia. Begitupun saat istri melahirkan, suami memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan. Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir suami pun sangat berperan penting mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya mekanan bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan segera memilih metode kontrasepsi (BKKBN, 2004).


(34)

Banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi antara lain adalah : pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan klien, faktor lingkungan : sosial, budaya masyarakat (Agama) dan keluarga/isteri, keterbatasan informasi dan aksesibilitas terhadap pelayanan kontrasepsi pria, dan keterbatasan jenis kontrasepsi pria (BKKBN, 2007).

KB secara prinsipil dapat diterima oleh Agama Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudaratan

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudarat) bagi kesehatan.


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasikan hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan karakterisitik responden atau pengguna alat kontrasepsi yaitu : umur, suku, agama, pendidikan, metode Kbyang dipakai atau yang pernah dipakai, pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Dalam penelitian ini, persepsi akan dikategorikan menjadi 2 yaitu : persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi dipengaruhi oleh 12 faktor yaitu dari diri sendiri yaitu sikap, pengalaman, dan harapan, dari sasaran atau tujuannya dalam hal ini termasuk benda dan alat didalamnya seperti metode KB yang tersedia, dari faktor situasi yaitu budaya, adanya kontras, adanya perubahan intensitas, adanya pengulangan, adanya sesuatu yang baru, adanya sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak, kebutuhan, motivasi, dan emosi.


(36)

Skema 1 : Kerangka penelitian Hubungan Karakterisitk Responden dan Persepsi Suami tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki. Karakteristik Responden :

• Suku

• Umur

• Agama

• Pendidikan

• Metode KB yang dipakai atau yang pernah dipakai

• Pekerjaan

• Pendapatan

Faktor yang mempengaruhi persepsi :

• Sikap, pengalaman, dan harapan

• metode KB yang tersedia

• Budaya

• Adanya Kontras,

• Adanya Perubahan

intensitas,

• Adanya Pengulangan,

• Adanya sesuatu yang

baru,

• Adanya sesuatu yang

menjadi perhatian orang banyak,

• Kebutuhan,

• Motivasi


(37)

3.2 Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian definisi operasional adalah sebagai berikut :

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Variabel Independen:

Karakteristik Responden

Segala sesuatu yang termasuk didalam data demografi antara lain :

- Umur

Umur adalah satuan waktu hidup seseorang

- Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu hal yang dilakukan untuk mendapatkan kemampuan untuk memiliki kecerdasan yang diperlukan untuk diri sendiri dan orang lain

- Suku

Suku adalah suatu

golongan berdasarkan Kuesioner Kuesioner Kuesioner

17- 35 tahun > 35 tahun

- Tingkat pendidikan formal - SD - SMP - SMA - Perguruan tinggi - Minang - Batak - Melayu - Aceh nominal Ordinal Nominal


(38)

Variabel dependen : Persepsi Suami tentang penggunaan alat kontrasepsi keturunan

Agama adalah sistem

atau prinsip kepercayaan kepada yang dianggap sama. - Agama

- Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan.

- Tingkat Pendapatan

• Pandangan, tentang kontrasepsi pada laki-laki secara umum meliputi tujuan, cara, dan pandangan laki-laki (suami) secara umum tentang penggunaan

kontrasepsi pada laki-Tingkat pendapatan adalah hasil yang diperoleh/didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner (Skala Likert) - Lainnya - Islam - Kristen - Katolik - Budha - Hindu - PNS - Swasta - Petani - Wiraswasta - Lainnya <Rp.850.000 >Rp.850.000 • Persepsi positif • Persepsi negatif Nominal Nominal Nominal Nominal


(39)

laki

• Pandangan terhadap 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus meliputi tujuan, cara, dan pandangan laki-laki (suami) secara khusus tentang masing-masing jenis kontrasepsi pada laki-laki ( senggama terputus, pantang berkala, kondom, dan vasektomi).


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi. Desain ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara karakteristik responden dan faktor yang mempengaruhi persepsi tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang bertempat tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Data diperoleh dari jumlah laki-laki yang tinggal menetap di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Jumlah laki-laki yang tinggal menetap di lingkungan tersebut berjumlah 1432 orang (Zainal, 2010).

4.2.2. Sampel

Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih representatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik


(41)

unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan lain lain.

Pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified random sampling menggunakan strata jenjang pendiddikan atau tingkat pendidikan yang mana terdiri dari tidak tamat SD, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Setelah penentuan strata selanjutnya dari masing-masing strata akan diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara acak ( Notoatmodjo, 2005). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel sebanyak 10%-20% dari jumlah populasi (Arikunto, 2000). Maka 10/100 X 1432 = 143,2. dengan cara ini maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 143 orang.

Adapun kriteria sampel yang akan diteliti adalah : 1. Bersedia menjadi responden

2. Berusia diatas 17 tahun 3. Sudah menikah

4. Tinggal menetap di Lingkungan XIII Tegal Sari Mandala 3

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan XIII Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai pada bulan Juni-Agustus 2010. Alasan peneliti memilih tempat ini karena Kecamatan Medan Denai merupakan tempat yang memiliki PUS terbanyak dan jangkauan KB untuk laki-laki yang masih sedikit (Kesumaningtyas, 2008). Peneliti memilih kelurahan Tegal Sari Mandala 3 karena berdasarkan wawancara peneliti kepada camat Medan Denai pada tanggal 8-12 April 2010, di kelurahan


(42)

ini terdapat PUS terbanyak dan lingkungan XIII memiliki KK (kepala keluarga) terbanyak di kelurahan tersebut.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal dan mendapatkan surat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya mengirim surat tersebut ke Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.

Setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Kepala Kelurahan Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 untuk meneliti, maka peneliti menjelaskan tentang maksud, tujuan dan prosedur penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika responden bersedia maka peneliti memberikan surat persetujuan (informed consent ) untuk ditandatangani. Didalam informed consent dijelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah menandatangani persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama lengkap pada kuesioner yang diberikan tetapi hanya menulis kode kuesioner. Kerahasiaan informasi dan identitas responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang diperlukan saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.


(43)

Selama pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian data karakteristik demografi dan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Data karakteristik demografi responden meliputi kode (yang di isi oleh peneliti), suku, umur, agama, pendidikan, metode KB yang dipakai atau pernah dipakai pekerjaan, tingkat pendapatan. Sedangkan kuesioner hubungan antara karakteristik demografi dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki terdiri dari 26 buah. Terdiri dari 17 pertanyaan mengenai kontrasepsi secara umum dan 9 pertanyaan mengenai 4 jenis kontrasepsi antara lain 2 pertanyaan masing-masing tentang senggama terputus, pantang berkala dan vasektomi serta 3 pertanyaan tentang metode kontrasepsi kondom

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai validitas tinggi ( Arikunto, 1998). Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili


(44)

karakteristik yang dikaji. Uji validitas akan dilakukan oleh salah satu dosen yang ahli dalam hal KB.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Setiadi, 2007). Untuk menganalisisnya menggunakan Cronbach Alpha. Tes Cronbach Alpha yang menunjukkan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha >0,60.

Uji reliabilitas dilakukan pada laki-laki disekitar tempat tinggal peneliti. Uji reliabilitas dilakukan kepada 15 orang (Arikunto, 1998). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha 0.863. hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Setelah mendapatkan rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan kepada Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai b. Menjelaskan tujuan penelitian tentang responden dam meminta


(45)

c. Bila bersedia menjadi responden penelitian, kemudian mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Bila responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat memberikan persetujuan secara lisan.

d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan untuk mengisi semua penyataan secara teliti dan cermat.

e. Untuk responden yang tidak bisa membaca dan menulis maka peneliti akan membacakan surat persetujuan menjadi responden dan membantu untuk mengisi kuesioner.

f. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Edting, yaitu memeriksa kuesioner yang telah terkumpul kembali apakah

semua pernyataan telah diisi oleh responden sesuai petunjuk.

b. Coding, yaitu kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

memppermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data.

c. Entri data, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. d. Analyze, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan


(46)

Metode Statistik data untuk analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Statistik Univariat.

Pada penelitian ini statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu karakteristik responden dan variabel dependen yaitu persepsi tentang penggunaan alat kontrasesi pada laki-laki yang dibagi secara umum dan khusus.

Menurut rumus statistika menurut Sudjana (1992), untuk menentukan panjang kelas, dapat digunakan rumus :

Rentang kelas tertinggi –rentang kelas terendah P=

Banyak Kelas

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi secara umum dimasukkan kedalam rumus:

68

Maka P= = 34

2

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu : Persepsi Positif : 35-68

Persepsi Negatif : 0-34

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi secara khusus yaitu Senggama Terputus, Pantang Berkala dan Vasektomi pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:

8

Maka P= = 4


(47)

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu : Persepsi Positif : 5-8

Persepsi Negatif : 0-4

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi Kondom pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:

12

Maka P= = 6

2

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu : Persepsi Positif : 7-12

Persepsi Negatif : 0-6

2. Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa pengaruh antara dua variabel. Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji statistik dekriptif dengan chi-square dengan taraf nyata (α )= 0,05

Rumus uji statistik Chi-square adalah : X2

E

Keterangan : O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan

Proses analisa data dilakukan secara komputerisasi dan hasil analisa data diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p value dengan nilai α.


(48)

Ha : Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.

Ho : Tidak Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.

Bila p value < α maka keputusannya Ha diterima atau ada hubungan dan bila

p > α maka keputusannya Ho atau ditolak, hasil akan disajikan dalam bentuk


(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah responden sebanyak 143 orang.

Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu data karakteristik responden, data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki secara umum, data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki secara khusus, dan data ada tidaknya hubungan karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alak kontrasepsi pada laki-laki.

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil data demografi karakteristik responden, mayoritas usia paling tua rata-rata >35 tahun (58%) dan paling muda berusia 17-35 tahun (42%). Suku responden mayoritas suku batak yaitu sebanyak 48 orang (33,6%), suku melayu sebanyak 37 orang (25.9%), suku nias sebanyak 33 orang (23,1%), suku minang sebanyak 18 orang (12,6%), dan suku aceh sebanyak 7 orang (4,9%). Agama responden mayoritas Islam sebanyak 115 orang ( 80,4%), Kristen 12 orang (8,4%), Hindu 11 orang (7,7%), dan responden yang beragama Katolik sebanyak 5 orang (3,5%) serta tidak ada responden yang beragama Protestan dan


(50)

Budha. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 59 orang (41,3%), SMA sebanyak 61 orang (42.7%), SMP sebanyak 9 orang (6.3%), SD sebanyak 7 orang (4,9%), dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 7 orang (4,95). Sebanyak 52 orang (36,4%) responden tidak menggunakan kontrasepsi, menggunakan senggama terputus sebanyak 48 orang ( 33,6%), kondom sebanyak 34 orang (23,8%), vasektomi sebanyak 5 orang (3,5%), dan yang menggunakan metode pantang berkala sebanyak 4 orang (2,8%). Responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 33 orang (23,1%), swasta sebanyak 18 orang 18 orang (12,6%), petani sebanyak 28 orang (19,6%), yang bekerja wiraswasta sebanyak 27 orang ( 18,9%), dan yang responden yang mempunyai pekerjaan lainnya sebanyak 37 orang (25,9%). Pendapatan responden mayoritas >Rp 850.000 yaitu sebanyak 85 orang (59,4%) dan yang mempunyai pendapatan <Rp 850.000 sebanyak 58 orang (40,65%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 143) Karakteristik Frekuensi Presentase

(n) %

Umur Responden

17-35 tahun 60 42,0

>35 tahun 83 58,0

Suku Responden

Batak 48 33,6

Melayu 37 25,9

Nias 33 23,1

Minang 18 12,6


(51)

Karakteristik Frekuensi Presentase

(n) %

Agama Responden

Islam 115 80,4

Kristen 12 8,4

Hindu 11 7,7

Katolik 5 3,5

Pendidikan Responden

Tidak Tamat SD 7 4,9

SD 7 4,9

SMP 9 6,3

SMA 61 42,7

Perguruan Tinggi 59 41,3

Metode KB yang dipakai/yang pernah dipakai

Tidak Ada 52 36,4

Senggama terputus 48 33,6

Pantang Berkala 4 2,8

Kondom 34 23,8

Vasektomi 5 3,5

Pekerjaan Responden

PNS 33 23,1

Swasta 18 12,6

Petani 28 19,6

Wiraswasta 27 18,9

Lainnya 37 25,9

Pendapatan Responden

<Rp 850.000 58 40,6

>Rp 850.000 85 59,4


(52)

5.1.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Kotrasepsi pada Laki-laki secara umum

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat sebanyak 88 orang responden yang mempunyai persepsi positif tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki secara umum dan sebanyak 55 orang (38,5%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum (n = 143)

Persepsi f %

Persepsi Positif 88 61,5

Persepsi Negatif 55 38,5

Total 143 100

5.1.3 Persepsi Suami tentang Penggunaan 4 jenis Kontrasepsi pada Laki-laki

Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 135 (94,5%) responden yang memiliki persepsi positif terhadap metode kontrasepsi senggama terputus, dan sebanyak 8 (5,6%) responden yang memiliki persepsi negatif tentang metode kontrasepsi senggama terputus.

Sebanyak 19 orang (13,3%) dari responden yang mempunyai persepsi positif tentang metode kontrasepsi pantang berkala pada laki-laki, serta 124 orang (86,7%) yang mempunyai persepsi negatif tentang metode kontrasepsi pantang berkala.


(53)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82 orang (57,3%) responden yang mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian vasektomi dan 61 (42,7%) mempunyai persepsi negatif terhadap pemakaian vasektomi.

Sebanyak 136 (95,1%) responden yang mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian kondom dan 7 responden (4,9%) yang mempunyai persepsi negatif terhadap pemakaian kondom.

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus (n = 143)

Metode Kontrasepsi f %

Senggama Terputus

Persepsi Positif 135 94,4

Persepsi Negatif 8 5,6

Pantang Berkala

Persepsi Positif 19 13,3

Persepsi Negatif 124 86,7

Vasektomi

Persepsi Positif 82 57,3

Persepsi Negatif 61 42,7

Kondom

Persepsi Positif 136 95,1

Persepsi Negatif 7 4,9

5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Laki-laki

Analisa hubungan antara variabel bebas meliputi karakteristik responden (umur, suku, agama, pendidikan, metode KB, pekerjaan, dan pendapatan) dengan varabel terikat persepsi laki laki tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05, sebagai berikut :


(54)

Berdasarkan hasil analisis diatas didapatkan bahwa sebanyak 60 responden berada dalam kategori umur 17-45 tahun dan sebesar 63,6% memiliki persepsi yang positif tehadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 83 responden berada dalam kategori umur >35 tahun dan sebesar 54,2% memiliki persepsi yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel umur tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.276) > (0,05).

Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Umur

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

F % F % F %

17-35 38 63,6% 22 36,7% 60 100%

0,276

>35 45 54,2% 38 45,8% 83 100%

Total 83 58.0% 60 42,0% 143 100%

Hasil analisis didapatkan sebanyak 48 responden suku Batak dan sebesar 64,6% memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 37 responden suku Melayu dan sebesar 45,9% responden yang memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 33 responden yang bersuku Nias dan sebesar 63,6% memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18 responden suku Minang dan sebesar 55,6% yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, dan sebanyak 7 responden


(55)

suku Aceh dan sebesar 57,1% memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel suku tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.472) > (0,05).

Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Suku

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

f % F % F %

Batak 31 64,6% 17 35,4% 48 100%

0,472

Melayu 17 45,9% 20 54,1% 37 100%

Nias 21 63,6% 12 36,4% 33 100%

Minang 10 55,6% 8 44,4% 18 100%

Aceh 4 57,1% 3 42,9% 7 100%

Total 83 58,0% 60 42,0% 143 100%

Berdasarkan hasil analisis dari tabel 6 didapatkan sebanyak 115 responden beragama Islam dan sebesar 59,1% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 12 responden beragama Kristen dan sebesar 33,3% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 11 beragama Hindu dan sebesar 54,5% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5 responden beragama Katolik dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta tidak ada responden yang


(56)

memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.029) < (0,05).

Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Agama

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

f % F % F %

Islam 68 59,1% 47 40,9% 115 100%

0.029

Kristen 4 33,3% 8 66,7% 12 100%

Hindu 6 54,5% 5 45,5% 11 100%

Katolik 5 100% 0 0% 5 100%

Protestan 0 0% 0 0% 0 0%

Budha 0 0% 0 0% 0 0%

Total 83 58,0% 60 42.0% 143 100%

Hasil analisis dari tabel 7 didapatkan bahwa sebanyak 7 responden yang tidak tamat SD dan sebesar 14,3% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 7 responden yang berpendidikan SD dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 9 responden berpendidikan SMP dan sebesar 66,7% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 61 berpendidikan SMA dan sebesar 31,1% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 59 berpendidikan Perguruan Tinggi dan sebesar 84,7% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi


(57)

laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki-laki-laki karena nilai p (0.000) < (0,05).

Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Pendidikan

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

f % % f %

Tidak Tamat SD 1 14,3% 6 85,7% 7 100%

0,000

SD 7 100% 0 0% 7 100%

SMP 6 66,7% 3 33,3% 9 100%

SMA 19 31,1% 42 68,9% 61 100%

Perguruan Tinggi 50 84,7% 9 15,3% 59 0%

Total 83 58,0% 60 42.0% 143 100%

Hasil analisis dari tabel 8 didapatkan bahwa 52 responden tidak

menggunakan kontrasepsi dan sebesar 65,4% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 48 orang menggunakan metode kontrasepsi senggama terputus dan sebesar 54,2% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 4 responden memakai metode kontrasepsi pantang berkala dan sebesar 25,0% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 34 responden memakai metode kontrasepsi kondom dan sebesar 55,% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5 responden menggunakan metode kontrasepsi vasektomi dan sebesar 58,0 % responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel metode KB tidak


(58)

memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.507) > (0,05).

Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Metode KB

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi

Positif (1)

Persepsi Negatif (2)

f % f % f %

Tidak Menggunakan KB

Apapun

34 65,4% 18 34,6% 52 100%

0,507 Senggama

Terputus 26 54,2% 22 45,8% 48 100%

Pantang Berkala 1 25,0% 3 75,0% 4 100%

Kondom 19 55,9% 15 44,1% 34 100%

Vasektomi 3 58,0% 2 40,0% 5 100%

Total 83 58,0% 60 42,0% 143 100%

Berdasarkan hasil analis dari tabel 9 didapatkan bahwa sebanyak 33 responden yang bekerja sebagai PNS dan sebesar 87,9% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18 responden mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta dan sebesar 83,3% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 28 responden bekerja sebagai petani dan sebesar 50,0% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 27 responden yang bekerja sebagai wiraswasta dan sebesar 29,6% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta sebanyak 37 responden yang mempunyai pekerjaan lainnya dan sebesar 45,9% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel pekerjaan memiliki hubungan secara signifikan dengan


(59)

persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.000) < (0,05).

Tabel 9 Hubungan Pekerjaan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Pekerjaan

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi

Positif (1)

Persepsi Negatif (2)

f % f % f %

PNS 29 87,9% 4 16,7% 33 100%

0,000

Swasta 15 83,3% 3 16,7% 18 100%

Petani 14 50,0% 14 50,0% 28 100%

Wiraswasta 8 29,6% 19 70,4% 27 100%

Lainnya 317 45,9% 20 54,1% 37 100%

Total 83 58,0% 60 42,0% 143 100%

Hasil analisis dari tabel 10 didapatkan bahwa sebanyak 58 responden memiliki pendapatan <Rp 850.000 dan sebesar 50.0% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta sebanyak 85 responden memiliki pendapatan >Rp 850.000 dan sebesar 63,5% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel pendapatan tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.107) > (0,05).


(60)

Tabel 10 Hubungan Pendapatan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Pendapatan

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

f % f % f %

<Rp 850.000 29 50,0% 29 50,0% 58 100%

0,107

>Rp 850.000 54 63,5% 31 36,5% 85 100%

Total 83 58.0% 60 42,0% 143 100%

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan mayoritas responden paling tua rata-rata >35 sebagian lagi berusia 17-35 tahun. Suku responden mayoritas suku batak sebagian suku melayu, suku nias, suku minang dan suku aceh. Mayoritas responden beragama Islam, sebagian lagi Kristen, Hindu dan Katolik serta tidak ada yang beragama Protestan dan Budha. Pendidikan responden SMA sebagian lagi perguruan tinggi, selebihnya SMP, SD dan masih ada responden yang berpendidikan tidak tamat SD. Mayoritas responden bekerja sebagai PNS, sebagian lagi petani, pegawai swasta, wiraswasta dan pekerjaan lainnya. Serta mayoritas pendapatan responden >Rp 850.000 sebagian lagi mempunyai pendapatan <Rp 850.000.

Dari hasil penelitian mayoritas responden tidak menggunakan kontrasepsi dan sebagian menggunakan senggama terputus dan kondom, serta sebagian lainnya menggunakan vasektomi dan pantang berkala. Peneliti mengasumsikan hal ini karena pemakaian kondom yang sangat praktis, mudah diperoleh dan tanpa


(61)

harus konsultasi ke dokter, senggama terputus merupakan metode yang praktis juga hanya saja bisa mengganggu kepuasan hubungan seksual, sebagian kecil responden menggunakan vasektomi karena sebagian masyarakat berpendidikan tinggi dan selebihnya menggunakan pantang berkala walaupun resiko kegagalan sangat tinggi ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai metode ini.

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Persepsi positif suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki merupakan awal terwujudnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Partisipasi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan berpengaruh dalam membantu mewujudkan program keluarga berencana yaitu untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2004).

5.2.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki secara umum

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 88 orang (61,5% ) responden memiliki persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pada laki-laki secara umum. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini terkait dengan latar belakang dari responden yang mayoritas adalah lulusan SMA (42,7%) dan (41,3%) responden adalah lulusan perguruan tinggi, yang telah mendapatkan materi tentang


(62)

kontrasepsi secara umum dan pentingnya partisipasi suami dan istri dalam mewujudkan program KB dan dari data yang diperoleh responden menyatakan bahwa mereka tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Menurut Neufeld (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan dan lain-lain. Menurut (Rahmat,1992 dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah,2005) bahwa pengalaman dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Hal ini juga sesuai dengan penelitikan (Joomla, 2009) bahwa seseorang yang belum pernah memperoleh informasi tentang suatu objek, akan memiliki persepsi yang buruk daripada individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya, namun hal itu bertentangan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 52 (36,4) responden tidak menggunakan kontrasepsi namun memiliki persepsi yang positif terhadap alat kontrasepsi pada laki-laki secara umum. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, dan pengetahuan akan mempengaruhi persepsi. Namun, terdapat 55 orang yang mempunyai persepsi negatif terhadap alat kontrasepsi pada laki-laki secara umum. Peneliti berasumsi bahwa dari 143 orang responden terdapat 6,2% berpendidikan SMP, sebanyak 4,2% SD dan 4,2% tidak tamat SD, hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi akan lebih mudah dalam menerima dan memahami informasi yang diterimanya.


(63)

5.2.3 Persepsi Suami tentang Penggunaan 4 Jenis Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 135 (94,5%) responden yang memiliki persepsi positif terhadap metode kontrasepsi senggama terputus, dan sebanyak 8 (5,6%) responden yang memiliki persepsi negatif tentang metode kontrasepsi senggama terputus, artinya mayoritas responden mempunyai persepsi positif terhadap metode kontrasepsi senggama terputus. Hal ini didukung berdasarkan penelitian Desra (2009) sebanyak 58% memiliki persepsi positif bahwa senggama terputus sangat praktis digunakan karena dapat dilakukan kapan saja dan tanpa efek samping

Sebanyak 19 orang (13,3%) dari responden yang mempunyai persepsi positif tentang metode kontrasepsi pantang berkala pada laki-laki, serta 124 orang (86,7%) yang mempunyai persepsi negatif tentang metode kontrasepsi pantang berkala. Sebanyak 63 orang (63%) dari responden tidak setuju bahwa pantang berkala merupakan metode KB yang tidak membutuhkan kerja sama dengan istri. Mayoritas responden menjawab tidak setuju dan tidak tahu pada pernyataan dengan metode KB pantang berkala kemungkinan kehamilan sangat besar. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan responden yang rendah dan juga responden kurangnya informasi tentang metode kontrasepsi pantang berkala. Ini juga terjadi karena malasnya responden untuk mempertimbangkan keadaan haid istri karena menurut responden akan buang-buang waktu hal ini juga didukung dengan dari pernyataan kontrasepsi hanya buang-buang waktu dan uang yaitu sebanyak 63 orang (44,8%) menyatakan setuju dan 43 0rang (30,1%) menyatakan sangat setuju.


(64)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82 orang (57,3%) responden yang mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian vasektomi yang membutuhkan banyak biaya dan tidak sesuai dengan ajaran agama dan 61 (42,7%) mempunyai persepsi negatif terhadapa pemakaian vasektomi.

Sebanyak 136 (95,1%) responden yang mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian kondom dan 7 responden (4,9%) yang mempunyai persepsi negatif terhadap pemakaian kondom. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi pada laki-laki. Sesuai dengan BKKN (2004), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki adalah informasi dan sosialisasi tentang alat kontrasepsi dan pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan kontrasepsi pada laki-laki, persepsi dimasyarakat bahwa wanita harus menggunakan alat kontrasepsi, keterbatasan pelayanan kesehatan untuk kontrasepsi pada laki-laki serta sikap negatif dari pembuat kebijakan.

5.2.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang penggunaan kontrasepsi pada laki laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

Analisa hubungan karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki diukur dengan menggunakan uji chi

square. Hasil penelitian didapat sebagai berikut :

Hubungan umur dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki didapat p (0.276) > (0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan persepsi suami tentang


(65)

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Dengan kata lain bahwa laki-laki yang berumur 17-35 tahun sama persepsinya dengan laki-laki yang berumur>35 tahun. Hal ini bertentangan dengan pendapat Saroha (2009) yang menyatakan bahawa ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan, dan metode kontrasepsi. Dalam faktor pasangan harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggma dan jumla anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik,. Sedangkan dalam fktor alat kontrasepsi harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka panjang, komplikasi dan biaya.

Hubungan suku dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki didapat p (0.472) > (0,05) yang berarti bahwa variabel independen suku juga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Bertrand (1980) yang dikutip dalam fiona (2009) menyatakan ada tiga hal yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yaitu faktor sosio demografi, sosio psikologi, serta pemberi pelayanan KB. Yang termasuk dalam sosio demografi adalah umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, tempat tinggal dan jumlah anak. Faktor sosio psikologi adalah kepercayaan dan kepuasaan tehadap pelayanan KB. Pemberi pelayanan KB termasuk didalamnya keterampilan petugas pelayanan KB. Menurut peneliti hal ini bisa saja terjadi karena dalam pemilihan kontrasepsi, masyarakat pada umumnya tidak selalu dipengaruhi oleh pandangan


(1)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

metode kb responden * persepsik

143 100.0% 0 .0% 143 100.0%

metode kb responden * persepsik Crosstabulation

persepsik

Total

1 2

metode kb responden

tidak ada Count 34 18 52

% within metode kb responden

65.4% 34.6% 100.0%

% within persepsik 41.0% 30.0% 36.4% % of Total 23.8% 12.6% 36.4%

senggama terputus Count 26 22 48

% within metode kb responden

54.2% 45.8% 100.0%

% within persepsik 31.3% 36.7% 33.6% % of Total 18.2% 15.4% 33.6%

Pantang berkala Count 1 3 4

% within metode kb responden

25.0% 75.0% 100.0%

% within persepsik 1.2% 5.0% 2.8%

% of Total .7% 2.1% 2.8%

Kondom Count 19 15 34

% within metode kb responden

55.9% 44.1% 100.0%

% within persepsik 22.9% 25.0% 23.8% % of Total 13.3% 10.5% 23.8%


(2)

Vasektomi Count 3 2 5 % within metode kb

responden

60.0% 40.0% 100.0%

% within persepsik 3.6% 3.3% 3.5%

% of Total 2.1% 1.4% 3.5%

Total Count 83 60 143

% within metode kb responden

58.0% 42.0% 100.0%

% within persepsik 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 58.0% 42.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.313a 4 .507

Likelihood Ratio 3.342 4 .502

Linear-by-Linear Association .712 1 .399

N of Valid Cases 143

a. 4 cells (40,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan responden * persepsik


(3)

pekerjaan responden PNS Count 29 4 33 % within pekerjaan

responden

87.9% 12.1% 100.0%

% within persepsik 34.9% 6.7% 23.1%

% of Total 20.3% 2.8% 23.1%

Swasta Count 15 3 18

% within pekerjaan responden

83.3% 16.7% 100.0%

% within persepsik 18.1% 5.0% 12.6%

% of Total 10.5% 2.1% 12.6%

Petani Count 14 14 28

% within pekerjaan responden

50.0% 50.0% 100.0%

% within persepsik 16.9% 23.3% 19.6%

% of Total 9.8% 9.8% 19.6%

Wiraswasta Count 8 19 27

% within pekerjaan responden

29.6% 70.4% 100.0%

% within persepsik 9.6% 31.7% 18.9%

% of Total 5.6% 13.3% 18.9%

Lainnya Count 17 20 37

% within pekerjaan responden

45.9% 54.1% 100.0%

% within persepsik 20.5% 33.3% 25.9%

% of Total 11.9% 14.0% 25.9%

Total Count 83 60 143

% within pekerjaan responden

58.0% 42.0% 100.0%

% within persepsik 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 28.707a 4 .000

Likelihood Ratio 31.247 4 .000

Linear-by-Linear Association 21.085 1 .000

N of Valid Cases 143

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,55.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendapatan responden * persepsik

143 100.0% 0 .0% 143 100.0%

pendapatan responden * persepsik Crosstabulation

persepsik

Total

1 2

pendapatan responden <850.000 Count 29 29 58

% within pendapatan responden

50.0% 50.0% 100.0%

% within persepsik 34.9% 48.3% 40.6%

% of Total 20.3% 20.3% 40.6%

>850.000 Count 54 31 85

% within pendapatan responden

63.5% 36.5% 100.0%


(5)

% within pendapatan responden

58.0% 42.0% 100.0%

% within persepsik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.0% 42.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.591a 1 .107

Continuity Correctionb 2.065 1 .151

Likelihood Ratio 2.586 1 .108

Fisher's Exact Test .122 .075

Linear-by-Linear Association

2.573 1 .109

N of Valid Cases 143

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,34. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Lampiran 7

CURRICULUM VITAE

Nama

: Tantia Pinoza

Nim

: 091121047

Tempat/Tgl Lahir

: Telago, 26 Nopember 1988

Agama

: Islam

Tahun Ajaran

: 2009/2010

Pendidikan

:

- TK Dharma Wanita Pulau Tengah Kerinci Jambi

(1992-1994)

- SDN 107/III Dusun Baru Pulau Tengah Kerinci Jambi

(1994-2000)

- SMP N.1 Keliling Danau, Kerinci Jambi

(2000-2003)

- SMA N.1 Keliling Danau, Kerinci Jambi

(2003-2006)

- D-III Fakultas Kedokteran USU Medan

(2006-2009)