Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

(1)

Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai

Desra Kasmarita Sebayang

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 2009


(2)

Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai

Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang

NIM : 051101003

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2008/2009

Pembimbing Penguji 1

(Ellyta Aizar, SKp) (Ellyta Aizar, SKp) NIP. 132 283 161 NIP. 132 283 161

Penguji II

(Nur Afi Darti, SKp, MKep) NIP. 132 255 301

Penguji III

(Siti Saidah Nst, SKp, MKep, Sp.Mat) NIP. 132 297 159

Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

(Erniyati, SKp, MNS) (Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA (K))

NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363


(3)

Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai

Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang NIM : 051101003

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakattermasuk daerah pemukiman baru. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu suami dan isteri. Namun, pada kenyataannya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki masih sangat sedikit disebabkan kurangnya informasi, sasaran KB yang lebih mengutamakan perempuan dan persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa wanita saja yang perlu ikut KB. Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi isteri dan suami serta mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah 65 orang dan teknik pengambilan sampel adalah convenience purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner oleh peneliti dan hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63 orang (96,9%) responden telah memiliki persepsi positif dan 2 orang (13,1%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki latar belakng pendidikan SMU dan perguruan tinggi.

Penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar telah memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi, namun perlu pemberian informasi lebih luas tentang kontrasepsi pada laki-laki.

Kata kunci : persepsi, suami, penggunaan alat kontrasepsi pada laki- laki


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan eahmat serta kasih-Nya yang telah menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ”Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Lki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan, Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A(K) selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan, Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, Ibu Ellyta Aizar, SKp selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga dalam penelitian skripsi ini, Ibu Nur Afidarti, SKp, Mkep selaku Dosen Penguji II dan Ibu Siti Saidah Nst, SKp, Mkep, Sp Mat selaku Dosen Penguji III, Ibu Nur Asiah, Skep, Ns selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dan seluruh staf pengajar dan staf admibnistrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan. Kepada Bapak Ali Akbar selaku Kepala Lingkungan yang turut membantu serta seluruh responden yang telah membantu peneliti.

Teristimewa buat Orangtua ku tersayang Bapak K. Sebayang dan Ibu M. Br Ginting yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat, buat kakakku, abang, dan adik-adikku (K’Nova Sebayang, B’Okta Tarigan, Prima Sebayang, Dian Sebayang) yang juga selalu memberi dukungan dan perhatian serta doa. Terjhusus juga buat Louise Suranta Sembiring ST yang telah memberi doa, dukungan, perhatian, semangat, dan nasehatnya kepada penulis.


(5)

Untuk sahabat-sahabatku tersayang (Tere, Sylvia, Lili, Apry, Septi, Icha, dan Desy) yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan doa. Buat teman-teman seperjuanganku Yuliar, Thitan, Ratih, Sondang, Polma, Renata, Dormian, Eva, Dina, Friska, Aan, Ida, Evi, Mindo, Siska, Oci dan semua stambuk 2005 (Kerang Rebus 05). Buat kakak kelompokku K’Fitri dan K’Mega, dan teman-teman kelompok kecilku Talentis yang selalu mendoakanku. Buat adikku Mona, dan semua adik-adik di PSIK. Terima kasih juga buat temanku Apriani, Lambik, Isma, dan seluruh teman-teman Permata Sion GBKP Cinta Damai.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan Kasih Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya Profesi Keperawatan.

Medan, Juli 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 5

2.1.1 Definisi persepsi ... 6

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7

2.2 Alat kontrasepsi ... 7

2.2.1 Definisi alat kontrasepsi... 7

2.2.2 Manfaat alat kontrasepsi ... 8

2.2.3 Faktor-faktor dalam memilih alat kontrasepsi ... 8

2.2.4 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki... 9

2.3 Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki .. 10

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 13

3.2 Defenisi Operasional ... 14

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 16

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.4 Pertimbangan Etik ... 17

4.5 Instrumen Penelitian ... 18

4.6 Validitas dan Reabilitas ... 19

4.7 Pengumpulan Data ... 20

4.8 Analisa Data ... 21

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 22

5.1.1 Karakteristik responden ... 22

5.1.2 Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki- laki... 24


(7)

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan ... 37 6.2 Rekomendasi... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Uji Reliabilitas 4. Hasil Analisa Data 5. Jadwal Penelitian 6. Taksasi Dana 7. Surat Survey Awal

8. Surat Permohonan Uji Validitas 9. Surat Izin Penelitian

10.Surat Bukti Penelitian 11.Lembar Konsul


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 :Kerangka Penelitian Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai…...………14


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai...23 Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap definisi dan manfaat alat

kontrasepsi pada laki-laki ... .... 24 Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap jenis metode dan alat

kontrasepsi pada laki-laki ... 26 Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentasi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki... 28 Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentasi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki berdasarkan kategori persepsi ... 30 Tabel6 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Lingkungan XIII

Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan-Denai... 30


(10)

Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai

Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang NIM : 051101003

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakattermasuk daerah pemukiman baru. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu suami dan isteri. Namun, pada kenyataannya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki masih sangat sedikit disebabkan kurangnya informasi, sasaran KB yang lebih mengutamakan perempuan dan persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa wanita saja yang perlu ikut KB. Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi isteri dan suami serta mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah 65 orang dan teknik pengambilan sampel adalah convenience purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner oleh peneliti dan hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63 orang (96,9%) responden telah memiliki persepsi positif dan 2 orang (13,1%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki latar belakng pendidikan SMU dan perguruan tinggi.

Penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar telah memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi, namun perlu pemberian informasi lebih luas tentang kontrasepsi pada laki-laki.

Kata kunci : persepsi, suami, penggunaan alat kontrasepsi pada laki- laki


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (Widiyanti, 1987). Berbagai program pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut, antara lain melalui program pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera (BKKBN, 1997).

Keluarga Berencana adalah usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat sejahtera dengan pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk (BKKBN, 1989). Hal tersebut diupayakan melalui gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga sejahtera dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera dengan sasaran pasangan usia subur (BKKBN, 1998).

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 219 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,48 persen atau sekitar 3,2 juta jiwa per tahun. Jumlah pasangan usia subur di Indonesia sekitar 43 juta orang, jumlah PUS di Sumatera Utara berjumlah 1.964.236 (BKKBN, 2007). Jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi di Indonesia hanya 2,7 % dari total jumlah penduduk Indonesia (BKKBN, 2005). Sedangkan jumlah pria yang aktif dalam menggunakan alat kontrasepsi di Sumatera


(12)

Utara hanya 3,10 % antara lain yang menggunakan kondom 2,78 % dan MOP 0,32 % (Bandar, 2002). Data ini menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi pria dalam menyukseskan program KB. Sedangkan di Kecamatan Medan Denai kebanyakan menggunakan metode KB IUD. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat rendah partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi karena penggunaan alat kontrasepsi di Medan Denai didominasi oleh perempuan (Kesumaningtyas, 2008).

Rendahnya tingkat partisipasi pria dalam program KB disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: sasaran pelaksanaan program KB lebih mengutamakan perempuan, lingkungan sosial budaya yang masih beranggapan bahwa urusan KB dan kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, terbatasnya kesadaran dan pengetahuan pria tentang KB dan kesehatan reproduksi, terbatasnya jenis metode kontrasepsi bagi kaum pria dan rendahnya dukungan terhadap pengembangan jenis metode kontrasepsi pria, serta terdapat kesenjangan dalam pemberian pelayanan KB dan kesehatan reproduksi antara laki-laki dan perempuan (BKKBN, 2004).

Rendahnya partisipasi suami dalam program KB dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan sikap/ perilaku. Rendahnya pengetahuan suami tersebut mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif tentang sesuatu akan membuat individu tersebut akan memiliki sikap dan perilaku yang positif juga terhadap hal tersebut (BKKBN, 2004). Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang (over behaviour). Penerimaan sikap dan


(13)

perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan dapat dipertahankan lebih lama.

Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan dukungan semua pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga laki-laki. Hanya saja dalam kenyataannya KB lebih banyak diikuti kaum perempuan. Bukan hanya dukungan, tetapi partisipasi secara langsung oleh pria dalam program KB juga dapat diwujudkan karena alat kontrasepsi yang tersedia juga bukan hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria, seperti metode barier (kondom), vasektomi, spermiside, dan senggama terputus. Hal ini menunjukkan bahwa memang pria dapat berpartisipasi dalam mewujudkan keluarga berencana (BKKBN, 2004).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahwa partisipasi suami masih rendah dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(14)

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada beberapa pihak terkait tentang persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. 1.4.1 Praktek Keperawatan

Untuk mendapatkan informasi tentang keluarga berencana yaitu persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki khususnya bagi keperawatan maternitas.

1.4.2 Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi tentang pentingnya untuk memberikan informasi mengenai pentingnya partisipasi suami dalam program keluarga berencana dan tentang alat kontrasepsi pada laki-laki.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Definisi

Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2000).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari Walgito 2004).

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang (Siagian, 1995) yaitu : Yang pertama, dari diri orang yang bersangkutan sendiri.


(16)

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapannya. Yang kedua, sasaran persepsi tersebut yang berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya, misalnya kehadiran orang yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat “mencolok” akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan orang-orang yang “biasa-biasa saja”. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Yang ketiga adalah faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, seorang anak akan menunjukkan suatu pola perilaku tertentu bila berhadapan dengan orangtua seperti sopan, tertib, dan sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada di tengah-tengah rekannya yang sebaya.

Menurut Walgito (2003) dalam persepsi, individu harus mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Faktor-faktor stimulus terdiri dari 3 yaitu : Pertama, objek yang dipersepsi adalah objek mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang datang dari luar individu langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Stimulus juga dapat datang dari dalam diri individu, langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu tersebut. Kedua, alat indera,


(17)

saraf dan susunan saraf pusat. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada ke susunan saraf pusat yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan saraf motorik. Ketiga, perhatian untuk menyadari sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

2.2 Alat kontrasepsi 2.2.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau "melawan" dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2005).

Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.

Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (BKKBN, 2004).


(18)

2.2.2 Manfaat Alat Kontrasepsi

Di bidang keluarga berencana, Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda kelahiran serta mencegah kehamilan (Hestiantoro, 2008).

2.2.3 Faktor-faktor dalam memilih alat kontrasepsi

Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektivitas, efek samping, komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya (Hartanto, 2003).

2.2.4 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki

Menurut Manuaba (1998), jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki ada 4 yaitu kondom, vasektomi, pantang berkala, dan senggama terputus.


(19)

Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis yang terbuat dari bahan lateks (karet), pelastik (vinil) atau bahan alami, yang dikenakan pada alat vital seorang pria. Cara kerja kondom adalah dengan menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak dapat masuk ke dalam saluran reproduksi wanita. Keuntungan penggunaan kondom yaitu dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini. Sedangkan kelemahan penggunaan kondom yaitu sedikit sulit dalam pemakaiannya, dapat menyebabkan alergi terhadap jeli spermisida pada beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi, serta dapat mengganggu kenikmatan pada saat berhubungan seksual.

Vasektomi merupakan suatu tindakan penutupan, pemotongan, pengikatan atau penyumbatan pada kedua saluran mani (testis) sebelah kiri dan kanan sehingga menghambat produksi sperma. Menurut WHO (1994) vasektomi merupakan cara sterilisasi pria dengan melakukan pemotongan vas deferens yang berguna untuk menghalangi transport spermatozoa. Keuntungan vasektomi yaitu: tidak mengubah kemampuan pria untuk orgasme dan angka kegagalan sangat sedikit yaitu 0,15%. Sedangkan kelemahan vasektomi adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi saat pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi ringan.

Senggama terputus (coitus ineruptus) merupakan metode KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam vagina sebelum pria mencapai orgasme. Keuntungan senggama terputus yaitu: tidak memerlukan biaya,


(20)

tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Sedangkan kelemahan metode senggama terputus yaitu tingkat kehamilan tinggi (17-25 %), dan kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan kejiwaan.

Pantang berkala yaitu metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan adalah tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur istri. Keuntungan pantang berkala adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual tidak terganggu. Sedangkan kelemahan pantang berkala adalah : kegagalan tinggi bila siklus menstruasi istri tidak teratur.

2.3 Persepi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang (over behaviour). Persepsi, sikap dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut juga akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut

Pria atau suami, memiliki peran lebih dominan dalam mengambil keputusan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama kurang tersedianya metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki.


(21)

Memasuki awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan kelahiran anak. Dari perencanan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya, merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil, suami bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur, memperoleh

makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia. Begitupun saat istri melahirkan, suami dapat memastikan persalinan yang aman oleh

tenaga kesehatan. Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir, suami pun sangat berperan penting mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya makanan bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan segera memilih metode kontrasepsi (BKKBN, 2004).

Namun, banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Rendahnya partisipasi pria dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi karena : 1) Kurangnya informasi dan sosialisasi tentang perspektif laki-laki yang dapat digunakan untuk membantu merancang program-program yang sesuai dan mengutamakan sasarannya adalah perempuan, 2) Persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya wanita yang menjadi sasaran untuk keberhasilan program KB, 3) Keterbatasan metode kontrasepsi yang ada untuk laki-laki, 4) Sikap negatif dari para pembuat kebijakan dan provider pelayanan terhadap laki-laki, 5) Kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung, seperti larangan terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan aksesibilitas alat KB dan kesehatan reproduksi bagi pria, 6) Sumber daya yang terbatas, seperti kurangnya staf laki-laki terlatih, klinik untuk laki-laki, jam-jam yang


(22)

sesuai atau pelayanan yang berbeda untuk laki-laki, 7) Biaya yang mahal untuk melakukan vasektomi (BKKBN, 2004).


(23)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan dukungan semua pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga laki-laki. Angka partisipasi kaum pria dalam menyukseskan program KB masih sangat rendah, jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sekitar 2,7% saja (BKKBN, 2005).

Rendahnya partisipasi suami dalam program KB dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan suami tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontasepsi pada laki-laki dipengaruhi oleh keterbatasan informasi seputar jenis metode KB pada laki-laki dan terbatasnya pelayanan kesehatan untuk pelayanan KB pria. Rendahnya pengetahuan suami tersebut mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut (BKKBN, 2004).


(24)

Faktor yang mempengaruhi persepsi suami:

 Informasi

 Metode yang tersedia

 Pelayanan kesehatan

Persepsi suami

 Persepsi positif

 Persepsi negatif Penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki:

 Kondom

 Vasektomi

Senggama terputus (coitus interuptus)

 Pantang berkala

Skema 1 : Kerangka Penelitian Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

Keterangan :

: Variabel yang diteliti - - - : Variabel yang tidak diteliti

3.2 Definisi Operasional

Persepsi adalah pemahaman, pemikiran, pendapat dan pandangan seseorang terhadap sesuatu setelah individu tersebut melihat atau mendengar suatu informasi tentang objek tersebut.

Suami adalah seseorang yang telah menikah secara sah, baik yang menggunakan ataupun yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki


(25)

Alat kontrasepsi pada laki-laki adalah suatu alat ataupun metode yang digunakan oleh laki-laki untuk mengatur jarak kelahiran ataupun mencegah kehamilan, yang terdiri dari beberapa alat atau metode yaitu kondom, vasektomi, senggama terputus serta pantang berkala.

Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu suatu pemahaman, pendapat dan pandangan suami yang tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(26)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang bertempat tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Data diperoleh dengan memisahkan suami atau keluarga yang berdomisili di Medan dan di luar Medan. Jumlah suami di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan yang bedomisili di Medan berjumlah 650 KK. (Kepling, 2009).

Pengambilan sampel dilakukan secara convinience purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang kebetulan ada (accidental) namun disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi (Arikunto, 1998). Maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 orang. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah semua suami baik yang menggunakan atau tidak menggunakan metode atau alat kontrasepsi pada laki-laki.


(27)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai. Alasan peneliti memilih tempat ini karena Kecamatan Medan Denai merupakan tempat yang memiliki PUS terbanyak dan belum terjangkau KB (Kesumaningtyas, 2008). Peneliti memilih Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 karena berdasarkan wawancara peneliti kepada Camat Medan Denai, di kelurahan ini terdapat PUS terbanyak dan Lingkungan XIII sebagai lingkungan yang memiliki KK terbanyak di kelurahan tersebut. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2009

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal dan mendapatkan surat persetujuan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, selanjutnya mengirim surat tersebut ke Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Peneliti akan mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.

Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 untuk meneliti, maka peneliti akan menjelaskan tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti akan memberikan surat persetujuan (Informed Consent) untuk ditandatangani. Di dalam informed consent dijelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.


(28)

Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah menandatangani surat persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama lengkap pada kuesioner yang diberikan tetapi hanya menuliskan kode kuesioner. Kerahasiaan informasi dan identitas responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang diperlukan saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Selama proses pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Data demografi responden meliputi kode (diisi oleh peneliti), metode KB yang digunakan, usia, lama menikah, jumlah anak, metode KB yang digunakan serta pendidikan terakhir. Sedangkan kuesioner persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki terdiri dari pemahaman tentang definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan nomor 1 dan 2), jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15), dan persepsi suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan nomor 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28). Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot


(29)

jawaban terhadap tiap-tiap item (Mardalis, 1995), yaitu skor untuk pernyataan positif adalah sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak tahu (TT) = 0, tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1, sedangkan skor untuk pernyataan negatif adalah sangat tidak setuju (STS) = 4, tidak setuju (TS) = 3, tidak tahu (TT) = 0, setuju (S) = 2, dan sangat setuju (SS) = 1. Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 19, dan 20, 23, 24, 26, 28. Sedangkan pernyataan negatif terdapat pada pernyataan nomor 2, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 25, 27.

4.6 Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 1998). Jenis validitas yang akan diukur adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Keputusan-keputusan biasanya didasarkan pada riset sebelumnya dalam bidang dan pendapat-pendapat ahli (Brockopp & Tolsma, 1999).

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji reliabilitas akan dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Setiadi, 2007). Untuk menganalisisnya, digunakan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Tes Cronbach Alpha yang menunjukkan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,60 (Ghozali, 2005 & Kuncoro, 2003 yang dikutip dari Ginting, 2008).


(30)

Uji reliabilitas akan dilakukan kepada suami yang telah mempunyai anak lebih dari 2 orang di sekitar lingkungan tempat tinggal peneliti. Uji reabilitas dilakukan kepada 15 orang (Arikunto, 1998)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.

b. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya menjadi responden penelitian ini.

c. Bila responden bersedia untuk menjadi responden penelitian, kemudian peneliti mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Bila responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat memberi persetujuan secara lisan.

d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan untuk mengisi semua pernyataan secara teliti dan cermat.

e. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpul, akan diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(31)

a. Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah terkumpul kembali apakah semua pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.

b. Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data.

c. Analyze, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan kriteria jawaban responden

Menurut rumus statistika Sudjana (1992), untuk menentukan panjang kelas, dapat digunakan rumus

rentang kelas tertinggi – rentang kelas terendah P =

Banyak kelas 112

Maka P = = 2 56

d. Selanjutnya dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif yaitu : Persepsi positif : 56-112

Persepsi negatif : 0-55

e. Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yang telah dilaksanakan pada tanggal 10-15 Juni 2009 di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah responden sebanyak 65 orang.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik

responden yaitu mayoritas berusia 46-51 tahun (26,2%) dan berusia 34-39 tahun (18,5%). Adapun usia responden yang paling muda adalah 22 tahun dan usia yang paling tua adalah 63 tahun serta rata-rata berusia 44 tahun. Sebagian besar responden telah menikah selama 11-20 tahun sebanyak 26 orang (40%) dengan lama menikah rata-rata selama 17 tahun. Jumlah anak responden yang terbanyak berjumlah antara 0-3 orang sebanyak 40 orang responden (61,5%) dan responden yang tidak memiliki anak sebanyak 2 orang jumlah anak terbanyak adalah 7 orang. Sebanyak 54 orang responden tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki (83,1%), menggunakan kondom sebanyak 9 orang (13,8%), senggama terputus sebanyak 2 orang (3,1) serta tidak ada responden yang melakukan vasektomi dan menggunakan metode pantang berkala. Responden yang berpendidikan Perguruan tinggi sebanyak 7 orang (10,8%), SMU berjumlah 33 orang (50,8%), SMP berjumlah 11 orang (16,9%), SD berjumlah 12 orang (18,5%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (3,1%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai (n = 65)


(33)

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1. Usia Responden

22-27 tahun 28-33 tahun 34-39 tahun 40-45 tahun 46-51 tahun 52-57 tahun 58-63 tahun

Mean = 44,5 SD = 9,15

5 3 12 12 17 12 4 7,6 4,6 18,5 18,5 26,2 18,5 6,1

2. Lama menikah 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun

Mean = 17,4 SD = 9,22

18 26 18 3 27,7 40 27,7 4,6

3. Jumlah anak 0-3 4-7

Mean = 3,09 SD = 1,64

40 25

61,5 38,5

4. Metode KB yang digunakan Tidak ada Kondom Senggama terputus 54 9 2 83,1 13,8 3,1

5 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU Perguruan Tinggi 2 12 11 33 7 3,1 18,5 16,9 50,8 10,8

5.1.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

Tabel 2 menunjukkan bahwa 46 orang (70,8%) responden setuju bahwa alat kontrasepsi pada laki-laki merupakan suatu metode atau alat yang dapat digunakan untuk mengatur jarak kelahiran, dan sebanyak 36 orang (55,4%) responden tidak setuju


(34)

bahwa alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dapat/tidak efektif digunakan untuk mencegah kehamilan.

Dari tabel 2, dapat juga disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak 56 orang (86,2%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 9 orang (13,8%).

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki (n = 65)

No Persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki

SS N (%) S N (%) TT N (%) TS N (%) STS N (%) 1. 2.

Alat kontrasepsi pada laki-laki dapat digunakan untuk mengatur jarak kelahiran

Alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dapat/tidak efektif mencegah kehamilan 9 (13,8) 4 (6,2) 46 (70,8) 17 (26,2) 8 (12,3) 4 (6,2) 2 (3,1) 36 (55,4) 0 (0) 4 (6,2)

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1. Persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki

 Persepsi positif  Persepsi negatif

56 9

86,2 13,8

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 59 orang (90,8%) mengetahui jenis metode atau alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu kondom, vasektomi, senggama terputus ataupun pantang berkala. Sekitar 40 orang (61,5%) responden setuju bahwa kondom dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit menular, dan 45 orang (69,2%) responden setuju bahwa kondom merupakan alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah masuknya sperma ke dalam vagina


(35)

(alat kelamin wanita) saat melakukan hubungan seksual, sebanyak 47 orang (72,3%) responden setuju bahwa kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling praktis, mudah diperoleh tanpa harus konsultasi ke dokter, serta 41 orang (63%) responden setuju bahwa kondom dapat mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan seksual dan rumit dalam pemakaiannya.

Sebanyak 46 orang responden (70,8%) tidak tahu bahwa vasektomi merupakan metode kontrasepsi yang dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan setelah operasi, dan 47 orang (72,3%) responden juga tidak tahu bahwa vasektomi tidak akan mengubah kemampuan untuk orgasme.

Sekitar24 orang (36,9%) responden tidak setuju bahwa senggama terputus tidak akan mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan seksual, namun 22 orang (33,8%) responden setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 33 orang (50,8%) responden setuju bahwa senggama terputus sangat praktis dilakukan karena dapat dilakukan kapan saja tanpa efek samping.

Sebanyak 32 orang (49,2%) responden tidak setuju bahwa pantang berkala merupakan suatu metode yang tidak membutuhkan kerjasama dengan isteri, dan 30 orang (46,1%) responden setuju bahwa dalam pantang berkala sama sekali tidak akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual tetapi 25 orang (38,5%) responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 47 orang (72,3%) responden setuju bahwa dengan metode pantang berkala maka kemungkinan terjadinya kehamilan sangat kecil, serta 35 orang (53,8%) responden tidak setuju bahwa dengan metode pantang berkala, maka hubungan seksual sebaiknya dilakukan saat istri dalam masa subur (±1 minggu setelah istri menstruasi).


(36)

Dari tabel 3, dapat juga disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak 55 orang (84,6%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 10 orang (15,4%).

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki

No Persepsi suami tentang jenis metode dan alat kontrasepsi

pada laki-laki SS N (%) S N (%) TT N (%) TS N (%) STS N (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki a.l: kondom, vasektomi, senggama terputus, atau pantang berkala.

Kondom dapatmencegah terjadinya penularan penyakit menular

Kondom dapat mencegah masuknya sperma ke dalam vagina saat melakukan hubungan seksual

Kondom yang paling praktis dan mudah didapatkan tanpa harus konsultasi ke dokter

Kondom dapat mengganggu kepuasan hubungan seksual dan repot pemakaiannya

Vasektomi menimbulkan rasa sakit dan perdarahan setelah operasi

Vasektomi tidak akan mengubah kemampuan untuk orgasme

Senggama terputus tidak mengganggu kepuasan hubungan seksual

Senggama terputus sangat praktis dan tidak memiliki

6 (9,2) 10 (15,4) 10 (15,4) 10 (15,4) 12 (18,5) 1 (1,5) 9 (13,9) 2 (3,1) 5 (7,7) 59 (90,8) 40 (61,5) 45 (69,2) 47 (72,3) 41 (63) 16 (24,6) 0 (0) 22 (33,8) 33 (50,8) 0 (0) 5 (7,7) 2 (3,1) 1 (1,5) 7 (10,8) 46 (70,8) 47 (72,3) 10 (15,4) 14 (21,5) 0 (0) 10 (15,4) 8 (12,3) 7 (10,8) 5 (7,7) 2 (3,1) 8 (12,3) 24 (36,9) 12 (18,5) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 1 (1,5) 7 (10,8) 1 (1,5)


(37)

10.

11.

12.

13.

efek samping

Pantang berkala tidak membutuhkan kerjasama dengan istri

Pantang berkala sama sekali tidak mengganggu kepuasan hubungan seksual

Dengan metode pantang berkala, kemungkinan terjadinya kehamilan sangat kecil

pantang berkala sebaiknya hubungan seksual dilakukan pada saat masa subur istri ( ± 1 minggu setelah isteri menstruasi) 1 (1,5) 2 (3,1) 7 (10,8) 1 (1,5) 15 (23,1) 30 (46,1) 47 (72,3) 20 (30,8) 5 (7,7) 8 (12,3) 5 (7,7) 5 (7,7) 32 (49,2) 25 (38,5) 6 (9,2) 35 (53,8) 12 (18,5) 0 (0) 0 (0) 4 (6,2)

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1. Persepsi terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki

Persepsi positif Persepsi negatif

55 10

84,6 15,4

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa 33 orang (50,8%) responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, dan 40 orang (61,5%) responden tidak merasa malu untuk menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, dan 48 orang (73,9%) responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa tidak ada manfaat partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi, serta 46 orang (70,7%) responden setuju bahwa jika menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual. Sekitar 48 orang (73,8%) responden setuju bahwa partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dapat menjaga kesehatan reproduksi


(38)

responden, sebanyak 33 orang (50,8%) responden setuju jika yang menggunakan alat kontrasepsi adalah istri namun sekitar 25 orang (38,5%) responden tidak setuju jika istri yang menggunakan alat kontrasepsi.

Menurut hasil penelitian, 30 orang (46,2%) responden tidak setuju bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan, namun sekitar 25 orang (38,5%) responden setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 31 orang (47,7%) responden mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki namun 29 orang (44,6%) responden tidak mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, 47 orang (72,3%) responden setuju jika suami menggunakan alat kontrasepsi dan 46 orang (70,8%) responden mengetahui pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi serta 40 orang (61,5%) responden setuju bahwasannya penting sekali jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Sekitar 39 orang (60%) responden tidak setuju bahwa karena terbatasnya alat dan metode kontrasepsi pada laki-laki yang membuat mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Sebanyak 56 orang (86,2%) responden setuju bahwa suami dapat membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak melalui penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak 64 orang (98,5%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 1 orang (1,5%).

Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

No Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

SS N (%)

S N (%)

TT N (%)

TS N (%)

STS N (%)


(39)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi

Saya merasa malu untuk menggunakan alat

kontrasepsi untuk laki-laki

Saya merasa tidak ada gunanya suami berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi

Jika saya menggunakan alat kontrasepsi, akan

mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual

Menurut saya, partisipasi suami menggunakan alat kontrasepsi dapat menjaga kesehatan reproduksi saya dan istri saya serta

mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

Menurut saya, yang perlu menggunakan alat kontrasepsi adalah perempuan/isteri.

Penggunaan alat

kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan

Saya mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

Saya setuju jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

Saya tidak tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-0 (0) 0 (0) 0 (0) 5 (7,7) 13 (20) 3 (4,6) 0 (0) 2 (3,1) 8 (12,3) 0 (0) 21 (32,3) 18 (27,8) 8 (12,3) 46 (70,7) 48 (73,8) 33 (50,8) 25 (38,5) 31 (47,7) 47 (72,3) 11 (16,9) 1 (1,5) 1 (1,5) 3 (4,6) 4 (6,2) 0 (0) 1 (1,5) 9 (13,8) 1 (1,5) 0 (0) 6 (9,2) 33 (50,8) 40 (61,5) 48 (73,9) 10 (15,4) 4 (6,2) 25 (38,5) 30 (46,2) 29 (44,6) 10 (15,4) 46 (70,8) 10 (15,4) 6 (9,2) 6 (9,2) 0 (0) 0 (0) 1 (4,6) 1 (1,5) 2 (3,1) 0 (0) 2 (3,1)


(40)

11.

12.

13.

Penting sekali jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

Terbatasnya metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki membuat saya tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

Suami dapat membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak melalui penggunaan alat

kontrasepsi pada laki-laki

7 (10,8) 1 (1,5) 5 (7,7) 40 (61,5) 14 (21,5) 56 (86,2) 0 (0) 7 (10,8) 1 (1,5) 17 (26,2) 39 (60) 3 (4,6) 1 (1,5) 4 (6,2) 0 (0)

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1. Persepsi suami tentang

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

 Persepsi positif

 Persepsi negatif

64 1

98,5 1,5

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai adalah 63 orang (96,9%) memilki persepsi positif dan 2 orang (3,1%) memilki persepsi negatif (Tabel 5).

Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai


(41)

No Kategori Frekuensi Persentasi 1.

2.

Persepsi positif Persepsi negatif

63 2

96,9 3,1

5.2 Pembahasan

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai, dengan jumlah sampel sebanyak 65 orang.

Dari hasil penelitian, mayoritas responden tidak menggunakan alat kontrasepsi dan sebagian lagi menggunakan kondom dan senggama terputus. Tidak ada responden yang menggunakan metode pantang berkala dan vasektomi. Peneliti mengansumsikan hal ini karena pemakaian kondom yang sangat praktis, mudah diperoleh tanpa harus konsultasi ke dokter, senggama terputus merupakan metode yang praktis juga karena dapat melakukan hubungan seksual kapan saja, hanya saja dapat mengganggu kepuasan hubungan seksual. Sementara responden tidak ada yang melakukan metode vasektomi dan pantang berkala karena vasektomi merupakan metode yang menakutkan bagi masyarakat akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai metode ini. Metode pantang berkala merupakan metode yang sulit dilakukan bagi suami dengan istri yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur dan resiko kegagalannya sangat tinggi

Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian tentang hal yang diamati. Persepsi positif suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki merupakan awal dari terwujudnya


(42)

dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan berpengaruh dalam membantu mewujudkan Program Keluarga Berencana yaitu untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (BKKBN, 2004).

Pada penelitian ini, persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dinilai dalam tiga aspek yaitu persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki, jenis metode dan alat kontrasepsi laki-laki, serta persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki adalah positif dengan nilai 86,2%, responden juga memiliki persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki (84,6%) serta persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki (98,5%).

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 56 orang (86,2%) responden memiliki persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki-laki. Peneliti mengansumsikan bahwa hal ini terkait dengan latar belakang dari responden yang mayoritas adalah lulusan SMU (50,8%) dan 10,8% responden adalah lulusan Perguruan Tinggi, yang telah mendapatkan materi tentang kontrasepsi secara umum dan pentingnya partisipasi suami dan istri dalam mewujudkan program KB dan dari data yang diperoleh, bahwa 48 orang (73,9%) responden menyatakan bahwa mereka tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain. Menurut (Rahmat, 1992 dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah, 2005) bahwa pengalaman dapat mempengaruhi peresepsi seseorang. Hal ini juga sesuai


(43)

dengan penelitian (Joomla, 2009), bahwa seseorang yang belum pernah memperoleh informasi tentang sesuatu objek, akan memiliki persepsi yang lebih buruk daripada individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya. Jadi, tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, dan pengetahuan akan mempengaruhi persepsi. Namun, terdapat 19 orang (13, 8%) responden yang memiliki persepsi negatif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki. Peneliti berasumsi bahwa dari 65 orang responden, terdapat 16,9% berpendidikan SMP, 18,5% SD, dan 3,1 % tidak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpendidikan SMU dan Perguruan Tinggi akan lebih mudah dalam menerima dan memahami informasi yang diterimanya.

Sebanyak 55 orang (84,6%) responden memiliki persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki. Peneliti mengansumsikan hal ini juga berhubungan dengan latar belakang pendidikan yang >50% berpendidikan SMU dan Perguruan Tinggi, karena mereka akan lebih mudah dalam menerima dan memahami informasi yang diterima. Namun 10 orang (15,4%) responden yang berpersespi negatif juga terkait dengan latar pendidikannya serta terbatasnya informasi yang diperoleh masyarakat mengenai pentingnya keterlibatan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi.

Dari hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa terdapat 33 orang (50,8%) responden yang tidak setuju dengan pernyataan yang terdapat dalam instrumen penelitian yang menyatakan bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dan 73,9% responden tahu tentang pentingnya partisipasi


(44)

suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena akan dapat juga membantu menjaga kesehatan reproduksi istri dan suami tersebut serta untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (93,8%) Peneliti mengansumsikan hal ini juga terkait dengan latar belakang pendidikan responden. Namun sebanyak 21 orang (32,3%) responden setuju bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Selain dengan latar belakang pendidikan yang tidak seluruhnya SMU dan perguruan tinggi, hal ini juga terkait dengan hasil 83,1% responden tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta latar belakang budaya yang beranggapan bahwa memiliki anak dalam jumlah yang banyak adalah sebuah rezeki yang harus disyukuri dan tidak ada leluhur mereka yang meyakini bahwa perlu membatasi jumlah anak, serta pandangan agama yang tidak melarang seseorang untuk memiliki anak dan tidak membatasi hal tersebut.

Sebanyak 18 orang (27,8%) responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa malu jika menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh, bahwa 54 orang (83,1%) responden tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, peneliti juga mengansumsikan hal ini terjadi karena masih kurangnya pemberian informasi kepada masyarakat tentang alat kontrasepsi pada laki-laki dan pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki untuk mewujudkan keberhasilan program KB, masyarakat juga masih merasa tabu jika suami menggunakan alat kontrasepsi terkait dengan tradisi dan persepsi masyarakat bahwa yang menggunakan alat kontrasepsi hanya wanita.. Hal ini sesuai dengan keterangan (BKKBN, 2004) yang menyatakan bahwa penyebab masih rendahnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena terbatasnya informasi dan sosialisasi kepada


(45)

masyarakat mengenai hal tersebut dan sasaran utama dari KB dan pelayanan kesehatan tentang kontrasepsi adalah perempuan, serta persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya wanita yang menjadi sasaran untuk keberhasilan program KB, serta perndapat dari (Siswono, 2005) yang menyatakan rendahnya partisipasi suami dalam KB karena terbatasnya alat kontrasepsi bagi laki-laki dan persepsi masyarakat bahwa yang menggunakan alat kontrasepsi hanyalah wanita. Namun, ada 40 orang (61,5%) responden tidak merasa malu jika menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini mungkin terjadi terkait dengan latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi baik melalui televisi, media cetak, radio, dll. Individu yang berpendidkan SMU dan Perguruan Tinggi, mungkin akan lebih baik dalam hal penerimaan dan penyerapan informasi yang diterimanya.

Sebanyak 48 orang (73,9%) responden tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ada gunanya suami berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini terkait dengan pernyataan penelitian sebelumnya mengenai pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Mayoritas responden setuju bahwa sangat diperlukan partisipasi suami dalam KB dan sebagian besar responden tidak merasa malu menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang diperoleh, bahwa 33 orang (50,1%) responden yang setuju untuk menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, namun diperoleh data 9 orang (13,8%) responden menggunakan kondom dan 2 orang (3,1%) responden menggunakan metode senggama terputus. Sedikitnya responden yang telah menggunakan metode atau alat kontrasepsi pada laki- laki dapat juga disebabkan oleh faktor istri yang telah menggunakan alat kontrasepsi, kurang tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan khususnya tentang kontrasepsi laki-laki, serta


(46)

penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki yang bertentangan dengan pandangan budaya dan agama. Selain itu, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa 36 orang (55,4%) responden setuju jika istri saja yang menggunakan alat kontrasepsi.

Sebanyak 31 orang (47,7%) responden tidak mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, hal ini sesuai dengan sedikitnya jumlah responden yang telah menggunakan metode ataupun alat kontrasepsi pada laki-laki, 25 orang (38,55) responden yang setuju bahwa alat kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan, 11 orang (16,9) responden tidak tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dan 51 orang (78,4%) responden yang menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual Peneliti mengansumsikan hal ini terkait dengan hubungan pengetahuan, persepsi dan sikap. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik, akan memiliki persepsi dan sikap yang baik pula. Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Hariastuti, 2008) yang menyatakan bahwa masalah dan tantangan program KB adalah rendahnya partisipasi suami dalam KB di Jawa Timur, dengan jumlah suami yang menggunakan kondom 1,3%, vasektomi 0,2%, senggama terputus 2,2%, dan pantang berkala 1,5%.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa 63 orang (96,9%) responden memiliki persepsi positif dan 2 orang (3,1%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini sesuai dengan (BKKBN, 2004) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki adalah informasi dan sosialisasi tentang alat kontrasepsi dan pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan


(47)

alat kontrasepsi pada laki-laki, persepsi di masyarakat bahwa wanita yang harus menggunakan alat kontrasepsi, keterbatasan pelayanan kesehatan untuk kontrasepsi pada laki-laki serta sikap negatif dari pembuat kebijakan. Jadi, persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dipengruhi oleh pengalaman suami yang pernah menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, dalam pemilihan sampel seharusnya harus lebih proporsional jumlah responden yang menggunakan masing-masing alat kontrasepsi pada laki-laki agar lebih mewakili dan dapat dilihat apakah ada juga hubungan pengalaman pemakaian alat kontrasepsi pada laki-laki dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB 5, menunjukkan bahwa 86,2% responden memiliki persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki, dan 84,6% responden memiliki persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta 98,5% responden memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai adalah positif (96,9%).

6.2 Rekomendasi

a. Untuk Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa 96,9% responden memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini merupakan awal yang baik untuk pembentukan sikap yang positif juga untuk mewujudkan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Sangat diperlukan pemberian informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami. Namun78,4% responden menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual, sehingga hal ini dapat memberikan kesempatan kepada praktik keperawatan agar memberikan penjelasan tentang konsep kepuasan seksual karena hal ini merupakan sesuatu yang bersifat subjektif.


(49)

b. Untuk penelitian selanjutnya

Penelitian ini hanya dilakukan pada 65 orang suami di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai, sehingga penelitian ini tidak dapat mewakili persepsi suami yang berada di kota Medan. Oleh karena itu, sebaiknya pada penelitian selanjutnya diteliti bagaimana persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dengan jumlah sampel yang lebih representatif untuk populasi di kota Medan.

Pada penelitian selanjutnya juga sebaiknya diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dan hubungan antara karakteristik responden dan faktor yang mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi oada laki-laki

c. Untuk Perawat Maternitas

Perawat maternitas perlu memberikan informasi kepada suami tentang alat kontrasepsi pada laki-laki dan pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki untuk meningkatkan pengetahuan dan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bandar, S. (2000). Peran Pria dalam KB Nasional. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. (1989). Pengayoman Medis Keluarga Berencana. Dibuka pada http://www.bkkbn.bkkbn.go.id/pengayoman+medis+KB&hl=id&ct=clnk& cd=4&gl=i

BKKBN. (1991). Materi Pelajaran Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih. Dibuka pada http://prov.bkkbn.go.id/banten/print.php?tid=2&rid=34

BKKBN. (1997). 25 tahun Gerakan KB. Dibuka pada

http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109 &Itemid=9

BKKBN. (1998). Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Dibuka pada http://prov.bkkbn.go.id/bali/print.php?tid=2&rid=1

BKKBN. (2004). Partisipasi Pria dalam Program KB masih rendah. Dibuka pada

http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.aspx?MyID=2282

BKKBN. (2005). Kontrasepsi Baru Pria. Dibuka pada

http://prov.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=70

BKKBN. (2007). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Dibuka pada

http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.aspx?MyID=2282

Brockopp, Dorothy Young & Marie T. Hasting – Tolsma. (1999). Dasar-dasar Riset Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Ginting, Paham & Syafrizal Helmi Situmorang. (2008). Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press

Hariastuti, Iswari. (2009). Peran Pria dalam Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Timur. Dibuka pada http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2008/08/11/brk,20080811-130344,id.html

Hartanto, Hanafi. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hestiantoro, Anton. (2008). Plus Minus Alat Kontrasepsi. Dibuka pada


(51)

Joomla. (2009). Determinan Persepsi. Dibuka pada

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/pengaruhi-persepsi.html Kesumaningtyas, A. (2008). PUS Medan Denai tak terjangkau KB. Dibuka pada

http://www.waspada.co.id/index2.php?option=comcontent&do pdf=I&id=32056

Komaruddin & Komaruddin. (2000). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mardalis. (1995). Metode penelitian : Suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri 2. Jakarta: EGC

Neufeldt, V & Guralnik, D. B. (1996). Webster’s new world college dictionary third edition. New York: Macmillan.

Notoadmojo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan . Ed.1. . Yogyakarta: Andi Offset

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Tridasa Printer Rahmat. (1992) dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Vol 1 (2005)

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Siagian, P. S. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Siswono. (2005). Pemakaian Alat Kontrasepsi Masih Belum Membudaya pada Pria. Dibuka pada

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1111384658,57725,

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. WHO. (1994). Contraceptive method mix. Jeneva: The World Health Organization Widiyanti. (1987). Masalah Penduduk Kini dan Mendatang.. Jakarta: Pradnya


(52)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

Pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai Oleh :

Desra Kasmarita Sebayang

Saya telah diminta dan bersedia untuk berperan dalam penelitian yang berjudul “Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai”. Oleh peneliti, saya diminta untuk mengisi dan menjawab kuesioner penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan. Adapun catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan semua berkas hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan akan dimusnahkan bila tidak dipergunakan lagi.

Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2009 Peneliti Responden

( ) ( )


(53)

INSTRUMEN PENELITIAN

Kode :

Petunjuk Pengisian :

1. Menjawab tiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist () pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan yang tersedia harus dijawab 3. Tiap satu pernyataan diisi dengan satu jawaban

4. Bila ada yang kurang mengerti, dapat bertanya kepada peneliti.

A. DATA DEMOGRAFI

Usia :

Lama menikah :

Jumlah anak :

Metode KB yang digunakan : ( ) tidak ada ( ) Kondom ( ) Vasektomi

( ) Senggama terputus ( ) Pantang berkala

Pendidikan : ( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMU


(54)

B. Kuesioner Penelitian tentang Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Keterangan :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TT = Tidak Tahu TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TT TS STS

1. Alat kontrasepsi pada laki-laki merupakan metode atau alat yang dapat digunakan untuk mengatur jarak kelahiran

2. Alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dapat/ tidak efektif digunakan untuk mencegah kehamilan

3 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki yang saya ketahui antara lain: kondom, vasektomi, senggama terputus, atau pantang berkala.

4. Penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki (kondom) dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit menular.

5. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam vagina (alat kelamin wanita) saat melakukan hubungan seksual


(55)

6. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling praktis dan mudah didapatkan tanpa harus konsultasi ke dokter

7. Kondom dapat mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan seksual dan repot dalam pemakaiannya

8. Vasektomi merupakan metode dalam kontrasepsi yang menimbulkan rasa sakit dan perdarahan setelah operasi 9. Vasektomi tidak akan mengubah

kemampuan untuk orgasme

10. Senggama terputus tidak akan mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan seksual

11. Senggama terputus sangat praktis digunakan karena dapat melakukan hubungan seksual kapan saja dan tidak memiliki efek samping

12. Pantang berkala merupakan metode KB pada laki-laki yang tidak membutuhkan kerjasama dengan istri

13. Pantang berkala sama sekali tidak mengganggu kepuasan hubungan seksual

14. Dengan metode pantang berkala, kemungkinan terjadinya kehamilan sangat kecil

15. Jika menggunakan metode pantang berkala, maka hubungan seksual sebaiknya dilakukan pada saat masa subur istri ( ± 1 minggu setelah isteri menstruasi)


(56)

16. Tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi 17. Saya merasa malu untuk menggunakan

alat kontrasepsi untuk laki-laki

18. Saya merasa tidak ada gunanya suami berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi

19. Jika saya menggunakan alat kontrasepsi, akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual

20. Menurut saya, partisipasi suami menggunakan alat kontrasepsi dapat menjaga kesehatan reproduksi saya dan istri saya serta mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

21. Menurut saya, yang perlu menggunakan

alat kontrasepsi adalah perempuan/isteri.

22. Penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan

23. Saya mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

24. Saya setuju jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

25. Saya tidak tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

26. Penting sekali jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki

27. Terbatasnya metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki membuat saya tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki


(57)

28. Suami dapat membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak melalui penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki


(1)

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Setuju 9 13.8 13.8 13.8

Tidak Tahu 47 72.3 72.3 86.2

Tidak Setuju 8 12.3 12.3 98.5

Sangat Tidak

Setuju 1 1.5 1.5 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 2 3.1 3.1 3.1

Setuju 22 33.8 33.8 36.9

Tidak Tahu 10 15.4 15.4 52.3

Tidak Setuju 24 36.9 36.9 89.2 Sangat Tidak

Setuju 7 10.8 10.8 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 5 7.7 7.7 7.7

Setuju 33 50.8 50.8 58.5

Tidak Tahu 14 21.5 21.5 80.0

Tidak Setuju 12 18.5 18.5 98.5 Sangat Tidak

Setuju 1 1.5 1.5 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 1 1.5 1.5 1.5

Setuju 15 23.1 23.1 24.6

Tidak Tahu 5 7.7 7.7 32.3

Tidak Setuju 32 49.2 49.2 81.5 Sangat Tidak

Setuju 12 18.5 18.5 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat


(2)

Setuju

Setuju 30 46.2 46.2 49.2

Tidak

Tahu 8 12.3 12.3 61.5

Tidak

Setuju 25 38.5 38.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 7 10.8 10.8 10.8

Setuju 47 72.3 72.3 83.1

Tidak

Tahu 5 7.7 7.7 90.8

Tidak

Setuju 6 9.2 9.2 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 1 1.5 1.5 1.5

Setuju 20 30.8 30.8 32.3

Tidak Tahu 5 7.7 7.7 40.0

Tidak Setuju 35 53.8 53.8 93.8 Sangat Tidak

Setuju 4 6.2 6.2 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Setuju 21 32.3 32.3 32.3

Tidak Tahu 1 1.5 1.5 33.8

Tidak Setuju 33 50.8 50.8 84.6 Sangat Tidak

Setuju 10 15.4 15.4 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Setuju 18 27.7 27.7 27.7

Tidak Tahu 1 1.5 1.5 29.2

Tidak Setuju 40 61.5 61.5 90.8 Valid

Sangat Tidak


(3)

Total 65 100.0 100.0

P18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Setuju 8 12.3 12.3 12.3

Tidak Tahu 3 4.6 4.6 16.9

Tidak Setuju 48 73.8 73.8 90.8 Sangat Tidak

Setuju 6 9.2 9.2 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 5 7.7 7.7 7.7

Setuju 46 70.8 70.8 78.5

Tidak

Tahu 4 6.2 6.2 84.6

Tidak

Setuju 10 15.4 15.4 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 13 20.0 20.0 20.0

Setuju 48 73.8 73.8 93.8

Tidak

Setuju 4 6.2 6.2 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 3 4.6 4.6 4.6

Setuju 33 50.8 50.8 55.4

Tidak Tahu 1 1.5 1.5 56.9

Tidak Setuju 25 38.5 38.5 95.4 Sangat Tidak

Setuju 3 4.6 4.6 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Tidak Tahu 9 13.8 13.8 52.3 Tidak Setuju 30 46.2 46.2 98.5 Sangat Tidak

Setuju 1 1.5 1.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

P23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 2 3.1 3.1 3.1

Setuju 31 47.7 47.7 50.8

Tidak Tahu 1 1.5 1.5 52.3

Tidak Setuju 29 44.6 44.6 96.9 Sangat Tidak

Setuju 2 3.1 3.1 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 8 12.3 12.3 12.3

Setuju 47 72.3 72.3 84.6

Tidak

Setuju 10 15.4 15.4 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Setuju 11 16.9 16.9 16.9

Tidak Tahu 6 9.2 9.2 26.2

Tidak Setuju 46 70.8 70.8 96.9 Sangat Tidak

Setuju 2 3.1 3.1 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 7 10.8 10.8 10.8

Setuju 40 61.5 61.5 72.3

Tidak Setuju 17 26.2 26.2 98.5 Sangat Tidak

Setuju 1 1.5 1.5 100.0

Valid


(5)

P27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 1 1.5 1.5 1.5

Setuju 14 21.5 21.5 23.1

Tidak Tahu 7 10.8 10.8 33.8

Tidak Setuju 39 60.0 60.0 93.8 Sangat Tidak

Setuju 4 6.2 6.2 100.0

Valid

Total 65 100.0 100.0

P28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Sangat

Setuju 5 7.7 7.7 7.7

Setuju 56 86.2 86.2 93.8

Tidak

Tahu 1 1.5 1.5 95.4

Tidak

Setuju 3 4.6 4.6 100.0

Valid


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

:

Desra

Kasmarita

Sebayang

Tempat/tanggal lahir

: Medan, 31 Desember 1986

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama :

Kristen

Protestan

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamat Rumah

: Jl. Puskesmas Gg. Sukma no.14 km 7,5 Medan

Riwayat Pendidikan

: 1. TK Free Methodist 2 Medan (1992-1993)

2. SD Free Methodist 2 Medan (1993-1999)

3. SLTP Free Methodist 2 Medan (1999-2002)

4. SMU Negeri 12 Medan (2002-2005)