Nisbah Bagi Hasil APLIKASI SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

mereka. Bagian keuntungan masing-masing pihak harus dinyatakan sebagai suatu proporsi atau persentase. Namun, apabila terdapat kerugian pada musyarakah haruslah dibagi antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Kerugian juga harus dibagi sesuai dengan kontribusi modal masing-masing mitra. 3

C. Nisbah Bagi Hasil

Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di BPRS Wakalumi. Nisbah adalah bagian dari hasil pendapatan atau keuntungan yang menjadi hak pihak yang berkongsi, yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dan bisa juga ketetapan oleh satu pihak yang berkewajiban untuk menentukan nisbah bagi hasil tersebut. Adapun pengertian dari nisbah bagi hasil adalah perbandingan antara aspek- aspek kegiatan yang dapat dinyatakan dengan angka, misalkan perbandingan antara nisbah nasabah dengan nisbah bank pada akad musyarakah. Kalau dilihat dari artinya bagi hasil terdiri dari dua kata, yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya sepenggal, atau pecahan dari sesuatu yang masih utuh. Sedangkan hasil adalah akibat dari suatu tindakan, baik yang disengaja maupun yang tidak, baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. 4 Dalam praktek perbankan syariah, nisbah bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolah dana baik investasi maupun 3 Mervyn Lewis dan Latifah Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip Praktik dan Prospek ,Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001, Cet. I, h. 69-70 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1990 h. 64 transaksi atau nilai presentasi tingkat bagi hasil antara pemilik dana dengan pengelola, nisbah bagi hasil ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan: 1. Referensi tingkat keuntungan 2. Perkiraan tingkat keuntungan dari proyek yang dibiayai. Pembagian keuntungan bagi hasil oleh bank ada dua sistem, menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, yakni perhitungan Profit Loss Sharing PLS dan Revenue Sharing RS. Profit Loss Sharing perhitungan bagi hasil berdasarkan kepada netto bersih dari total pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pembiayaan tersebut. Sedangkan Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil berdasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dalam menentukan nisbah bagi hasil, BPRS Wakalumi melakukan pertemuan dengan dewan pengawas dan para direksi BPRS Wakalumi. Hal ini bertujuan untuk memperhatikan pendapat-pendapat dari para dewan pengawas dan direksi. Sehingga, resiko-resiko yang akan dihadapi oleh BPRS Wakalumi dapat diminimalisir. Alokasi pembagian nisbah bagi hasil BPRS Wakalumi dalam perhitungan nisbah bagi hasil pembiayaan musyarakah menggunakan sistem Revenue Sharing. Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan nisbah bagi hasil pembiayaan musyarakah, perhitungan nisbah bagi hasil pada pembiayaan musyarakah pada BPRS Wakalumi bisa kita lihat pada contoh kasus pembiayaan pada perusahaan: untuk memenuhi modal kerja pemenuhan proyek departemen perindustrian berupa proyek X1 dan X2. NO Jenis Pekerjaan Nilai Proyek Nilai Proyek dikurangi PPN 10 Fee Sewa Bendera 5 HPP60 Nilai Proyek dikurangi PPN 1 X1 437.192.008 397.447.280 19.872.364 238.468.368 2 X2 445.806.900 405.279.000 20.263.950 243.167.400 Total 882.998.908 802.726.280 40.136.314. 481.635.768 Dari proyek tersebut, HPP yang digunakan untuk pemenuhan proyek sebesar Rp. 481.635.768,-. Dari total Project Cost tersebut maksimal pembiayaan bank adalah sebesar 75 atau kurang lebih sebesar Rp. 361.226.826,-. BPRS Wakalumi membiayaai proyek tersebut yang dikeluarkan maksimal Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah. Jadi perhitungan bagi hasil yang dilakukan antara perusahan dengan BPRS Wakalumi. Sumber pengembalian dari pembiayaan ini berasal dari hasil pembayaran pekerjaan Proyek X1 dan X2 dalam hal ini tertuang dalam kontrak kerjasama Proyek X1 dan X2 dengan departemen perindustrian berdasarkan nisbah bagi hasi sebagai berikut: No Jenis Pekerjaan Nilai Proyek Nilai Proyek dikurangiPPN10 Fee Sewa Bendera 5 HPP 60 Nilai Proyek dikurang PPN Total 882.998.908 802.726.280 40.136.314 481.635.768 Nilai Proyek 882.998.908 PPN 80.272.628 Nilai Proyek stl PPN 802.726.280 Fee Sewa Bendera 40.136.314 HPP 481.635.768 Laba Proyek 280.954. 198 1 Porsi Dana Jumlah Persentase BSW 300.000.000 62.29 Nasabah 181.635.768 37.71 2 Nisbah Bagi hasil Jumlah Persentase BSW 27.000.000 3.36 Nasabah 775.726.280 96.64 Total 802.726.280 100.00 27.000.000 Pola channeling antara BPRS Wakalumi dengan BMT WU pembagiannya 80 BSW dan 20 BMT WU persentasenya 21.600.000 dan 5.400.00. D. Pembagian Keuntungan Serta Resiko yang dihadapi BPRS Wakalumi dalam Pemberian Pembiayaan Musyarakah Pembagian keuntungan didasarkan pada nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya pada awal terjadinya akad kontrak pembiayaan musyarakah antara kedua belah pihak. Pihak BPRS Wakalumi memberlakukan sistem pembagian keuntungan berdasarkan Revenue Sharing, yaitu perhitungan bagi hasi lyang didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dipotong atau dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Penetapan pembiayaan nisbah bagi hasil pada pembiayaan musyarakah tidak baku bisa fleksibel tergantung dari kesepakatan antara mitra nasabah dengan pihak BPRS Wakalumi ditentukan setelah pihak BPRS Wakalumi melihat margin proyek, jadi pembiayaan yang diberikan BPRS Wakalumi. dibagi total nilai proyek dikali perkiraan nisbah bagi hasil, maka hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut merupakan pembagian keuntungan dari BPRS Wakalumi. Seperti contoh perhitungan nisbah bagi hasil pada pembiayaan musyarakah di atas. Dalam menjalankan suatu bisnis tidak selamanya selalu mendapatkan keuntungan, tetapi adakalanya bisnis mengalami kerugian. Apabila seorang nasabah atau mitra mengalami kerugian dalam bisnisnya, BPRS Wakalumi meninjau usaha nasabah, apa penyebabnya atas kerugian yang terjadi. Maka pihak BPRS Wakalumi meninjau apakah kerugian yang terjadi pada nasabah disebabkan karena musibah, seperti bencana alam, atau karena kelalaian manajemen usaha nasabah. Adapun resiko yang dihadapi BPRS Wakalumi dalam memberikan pembiayaan musyarkah ini antara lain. ク Kredit macet non performing loan, terjadi karena pihak yang bersangkutan dalam pembiayaan musyarakah ini atau nasabah melarikan diri setelah memperoleh dana yang dikeluarkan oleh pihak BPRS Wakalumi. ク Nasabah mengalami musibah yang diakibatkan oleh faktor alam atau bisa juga meninggalnya nasabah yang mengakibatkan terjadinya penundaan pembayaran pinjaman. ク Side streaming, di mana dana yang diperoleh nasabah dari BPRS Wakalumi tidak dipergunakan sesuai dengan yang dijanjikan. Dana digunakan bukan untuk usaha yang ditetapkan.

E. Analisa Bagi Hasil