Letak Geografis GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BILLA

43 dibutuhkan sebagai penunjuk daerah yang akan dituju serta batas-batas wilayah kekuasaan KUA Kecamatan Amanuban Timur ”. 47 Dari kutipan hasil pembicaraan di atas, dapat dimengerti bahwa keterbelakangan warga Tuble’o desa Billa diakibatkan oleh tidak adanya interaksi antara warga masyarakat perkotaan dengan warga di pedesaan atau RTRW setempat. Untuk mengetahui hasil pembangunan di wilayah desa Billa, maka dapat dilihat melalui tabel berikut yang menampilkan tentang penggunaan tanah pada wilayah desa Billa. Tabel I Desa Billa Menurut Penggunaan Tanah No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tasnah Ha 1 Pekarangan dan pegunungan 25. 440 ham2 2 Perkebunan 31. 800 ham2 3 Pemukiman 1. 272 ham2 4 Sawah 113 ham2 5 Perkantoran 1. 30 ham2 6 Kuburan 1 ham2 7 Luas prsarana umum Lainnya 2 ham2 Total Luas 174. 532 ham2 Sumber : Data Monografi desa Billa keadaan Februari 2014 Pembagian daerah secara administratif desa Billa terbagi 4 Dusun, 9 Rukun Warga dan 22 Rukun Tetangga yang rinciannya seperti yang tertera dalam tabel berikut 47 Wawancara penulis dengan M. Akhyar Liunokas sebagai staf KUA kecamatan Amanuban Timur pada tanggal 18 Februari 2014 44 Tabel II Wilayah Desa Billa menurut Pembagian Dusun No Nama Dusun Jumlah RW Jumlah RT 1 Dusun A 2 7 2 Dusun B 2 5 3 Dusun C 3 5 4 Dusun D 2 5 Sumber: Data Monografi desa Billa keadaan Februari 2014

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Apabila dilihat ke belakang, yakni dari peta pemanfaatan tanah di wilayah desa Billa maka dapat diambil kesimpulan, bahwa mayoritas masyarakatnya berpencaharian bertani dan beternak. Masyarakat desa Billa sepenuhnya bergantungkan kelangsungan hidupnya dari hasil bercocok tanam dan mengembala binatang ternak yang dilepas bebas berkeliaran di hutan kecil sedangkan masih ada juga sebagaian masyarakat yang melepaskan binatang ternaknya di lingkungan halaman rumahnya, ini disebabkan karena masih banyak halam rumahnya yang masih luas. 48 Nusa Tenggara Timur secara umum merupakan salah satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, yang curah hujannya per tahun tergolong kurang baik, sementara kelangsungan hidup masyarakat tergantung pada hasil pertanian, persawahan dan peternakan, bila tidak diantisipasi secara dini oleh 48 Wawancara penulis dengan Yusuf Nenohai, Masyarakat desa Billa pada tanggal 18 Februari 2014 45 pemerintah dan warga masyarakat setempat melalui usaha alih tekhnologi pangan maka tidak heran jika wilayah ini akan menjadi langganan rawan pangan tiap tahunnya. Untuk merintis usaha tersebut di atas, pemerintah sebagai penguasa wilayah harus bekerja sama dengan parah tokoh masyarakat untuk bersama-sama membina pola pikir masyarakat, artinya dalam hal ini pemerintah membangun wilayah kekuasaan bila tidak melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat, maka pemerintah jangan terlalu banyak berharap untuk diikuti oleh warga. Sebab sampai saat ini ketaatan warga masih kepada tokoh adat lebih besar ketimbang pemerintah. Persiapan warga desa Billa dalam menyongsong musim kemarau yang panjang dan sering terjadi kerawanan pangan di wilayah ini, warga dalam berkebun mempersiapkan 4-6 lahan kebun atau sawah. Semua lahan perkebunan tersebut, ditanaminya dengan jagung atau padi. Jika lahan tersebut merupakan lahan perkebunan maka di pinggir- pinggirnya selalu ditanami dengan tanaman berumur panjang, seperti pisang, tebu, ubi kayu, pepaya, mangga, jeruk, kelapa dll. Hasil-hasil dari kebun-kebun tersebut yang berupa jagung akan dikemas dan dikumpulkan pada satu tempat yang bernama umek bubu rumah bulat berpanggung, yang berfungsi sebagai lambang pertahanan pangan keluarga. Sedangkan padi atau beras yang hasil dari sawah tersebut biasanya di pisahkan dengan jagung-jagung hasil lahan kebun dan biasanya di simpan di ume noe 46 rumah besar atau rumah tempat tinggal sehari-hari. Jika hasil panen tersebut sudah dikumpulkan, maka akan diutus seorang keluarga untuk menjemput ana’smanaf pimpinan Agama agar mengadakan tasyakuran sebelum hasil panen tersebut dinaikan ke atas umek bubu rumah bulat berpanggung. Setelah dinaikan, maka tidak sembarangan orang naik ke panggung tersebut, yang boleh naik ke umek bubu rumah bulat berpanggung hanyalah ibu dari pengurus rumah tangga tersebut. Ia akan mengambil untuk kebutuhan keluarga sekaligus mengontrolnya agar persiapan mereka akan memenuhi kebutuhan hingga musim panen tahun berikutnya, bila menurut penglihatan sang ibu bahwa persiapan atau persediaan pangan sudah menipis, maka ia akan segera cepat meminta bantuan kepada suami untuk melihatnya. Dari hasil pengamatan suami inilah mereka akan memutuskan bersama tentang usaha penanggulangan kekurangan, sambil menghemat dalam menggunakan yang masih tersisa. 49 Wilayah desa Billa yang dikenal dengan daerah pertanian, apabila warga sudah memanen kebunnya maka jarang sekali warga yang menjual hasil panennya. Transaksi dengan uang jarang sekali terjadi di daerah ini. Oleh sebab itu, uang yang beredar dalam masyarakat juga sangat sedikit. Beranjak dari kenyataan di masyarakat, penulis melihat bahwa faktor pendapatan masyarakat desa Billa turut berpengaruh terhadap kelancaran 49 Wawancara penulis dengan Kahar Benu. Masyarakat desa Billa pada tanggal 18 Februari 2014 47 operasionalisasi lembaga pemerintah setempat. Apabila faktor sosial ekonomi masyarakat diabaikan dengan hanya melihat pada aspek formalitas dan legalitas, maka pembangunan yang akan terwujud adalah pembanguna yang statis bukan pembangunan yang dinamis yang melibatkan masyarakat. Untuk mengetahui komposisi penduduk desa Billa berdasarkan mata pencaharian, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel III Komposisi Penduduk Desa Billa Menurut Mata Pencaharian Pokok No Mata Pencaharia Jumlah 1 Petani 579 2 Buruh Tani - 3 Pegawai Negeri PNS 10 4 Pegawai Swasta - 5 Pedagang - 6 Peternak - 7 Pertukangan - Jumlah 589 Sumber: Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014. Desa Billa sebagai suatu wilayah yang sedang berkembang, seperti pada umumnya wilayah-wilayah lain di Indonesia yang sedang berkembang, namun adat istiadat seperti yang diketahui sebagai ”way ol life”, yaitu cara kehidupan masyarakat yang merupakan hasil dari kekuatan atau yang diletakan orang tanpa disadari dan cara hidup itu sebagai cara intensif yang berkembang dari pengalaman untuk mencapai suatu bentuk berakhir daripada penyesuaian