Kondisi Pendidikan GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BILLA

51 tersebut, tetapi apabila anak kami tidak sekolah atau tidak sebgai pejabat pemerintah namun ia mengerti tentang adat maka ia akan dipilih sebagai pemimpin jubir adat karna adat itu sangat penting sebab jika salah maka akan dikenakan hukuman atau denda”. 52 Dari kutipan pembicaraan tokoh adat masyarakat desa Billa di atas, dapat dipahami bahwa kemajuan ilmu pendidikan dan tekhnologi yang telah dicapai oleh pakar-pakar ilmuwan dunia, ternyata tidak mampu untuk memalingkan masyarakat suku Atoni dari kebiasaan yang telah lama mereka warisi dari leluhurnya. Dan ini juga merupakan penyebab tersendiri keterbelakangan pembangunan pendidikan di wilayah desa Billa. Untuk mengetahui komposisi pendududk desa Billa berdasarkan tingkat pendidikan maka lihat pada tabel berikut ini: Tabel IV Komposisi Penduduk Desa Billa Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Belum sekolah 145 2 Tidak tamat SDButa aksara 704 3 Tamat SDsederajat 827 4 Tamat SMPsederajat 82 5 Tamat SMAsederajat 59 6 Tamat Perguruan Tinggi 8 Jumlah 1.825 Sumber : Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014 52 Wawancara penulis dengan Tokoh Masyarakat, Karim Nitiono pada tanggal 29 Februari 2014 52

D. Kondisi Keagamaan

Bidang sosial keagamaan masyarakat desa Billa mayoritas memeluk ajaran agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Sebagian lagi memeluk agama Islam, umumnya masyrakat desa Billa belum dapat menjalankan peribadatan syari’at agama masing-masing. Mayarakat mengenal agama-agama tersebut dengan istilah-istilah tertentu yakni agama Kristen Katolik dengan istilah Kle Mnasi, agama Kristen Protestan dengan istilah Kle Makuke, dan agama Islam dikenal dengan istilah Kle Soeb Metan, sejak lama tiga agama tersebut hidup secara rukun dan berdampingan. Hal ini melihat masyarakat yang memeluk agama-agama tersebut di atas, rata-rata masih satu keturunan. Oleh sebab itu, toleransi antar umat beragama di wilayah desa Billa ini tergolong baik sekali, ini dapat dilihat melalui kerja sama mereka dalam membangun sarana peribadatan. Warga beragapan, bahwa sarana-sarana tersebut akan digunakan oleh keluarganya sendiri untuk beribadat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang satu bagi manusia. Oleh karena itu, di dalam pembangunan sarana peribadatan tersebut semua keluarga dari berbagai agama yang dianut oleh masyarakat setempat, terlibat dalam pembangunannya. Untuk kedepannya wilayah ini membutuhkan peningkatan pembinaan dalam bidang keagamaan. Untuk mengetahui penganut agama di desa Billa maka dapat dilihat pada tabel berikut ini : 53 Tabel V Penduduk Desa Billa Berdasarkan Agama No Kategori Agama Jumlah 1 Kristen Protestan 1.565 2 Kristen Katolik 298 3 Islam 332 Jumlah 2.195 Sumber: Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014 54

BAB IV PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PROSESI PERNIKAHAN

SUKU ADAT ATONI NTT

A. Prosesi Pelaksanaan Pra Nikah Menurut Suku Adat Atoni

Dalam adat istiadat suku adat Atoni proses pelaksanaan pra nikah biasanya didahului dengan perundingan yang dilakukan oleh kedua calon pengantin dan keluarga kedua belah pihak. Dalam pelaksanaannya terdapat utusan sebagai orang yang mewakili pembicaraan yang disebut natoni adat. Natoni adat adalah orang yang pandai dan faham tentang seluk beluk adat suku adat Atoni. Kebiasaan ini lazim dilakukan sejak dahulu kala, dan dapat pula diartikan sebagai kebiasaan. 53 Prosesi pra nikah dalam suku adat Atoni disebut tamam nasoko atau tamam man toet bi fe. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tamam nasoko atau tamam man toet bi fe khitbah adalah sebagai berikut: 1. Fesula Tolo Atone tamaman fena sula tolo neo bife, naomnan ton mese na atone onan tamam man tetan poetan sula tolo, sula tolo batim nua on, sula tolo la otone inimfenmes nok, sula tolo la atone in fomilnemsat noknahinan neo sula tolo, kaul atone in fomilna noknahinan neo han fe sula tolo mas esan fenublua nako klene ai falo 53 Tamrin Kadir Isu, Natoni Adat Suku Atoni, wawancara pribadi pada tanggal 2 Maret 2014 54 55 Artinya: Proses ketika seorang laki-laki dalam memberikan sula tolo tersebut harus sampai satu tahun terlebih dahulu, kemudian baru diadakan penarikan sula tolo tersebut, sula tolo terbagi menjadi dua, yaitu: a. Sula tolo langsung diberikan oleh laki-laki yang merupakan calon tunangan si perempuan dan sula tolo ini hanya berupa surat biasa yang memberitahukan tentang perasaan hatinya. b. Sula tolo diberikan melalui orang tua dan kerabat terdekat si laki-laki. Jika sula tolo ini diberikan oleh orang tua si laki-laki, maka harus adanya emas berupa anting atau cincin. 54 2. Helan Poetan Sula Tolo Helan Poetan Sula Tolo la’na kaul bife sium atone in sulat okatan tuinan noesaman balas eot neo on inimsat lo em atone la’na, na mashan tekatnak han taman han helan poetan. Kaul bife balas nalail la sulat tolo la’na, na mas atone nok in fomili han atol bife blua nok pake nako, noso, lipa, falo, heke, klene, tua, none. Proses tamam man helan poetan sula tolo la’na harus tianpai bife in ume blua nok pake nateksin neo bife in matnini, kaul none solo nok tua boetmese nateksin neo bife in enaf amaf matkini, na onan eot neo ok amteksin la‘na han helan poetan sula tolo ai la biasantekam bi suku adat Atoni nak on Sae Toe Sanu Seet. Artinya: Dalam helan poetan sula tolo tersebut, harus ada balasan surat dari wanita tersebut yang menyatakan bahwa iapun menyukai laki-laki tersebut, dan apabila surat tersebut telah dibalas, maka keluarga dari pihak laki-laki mempersiapkan pakaian dan perhiasan yang berupa, baju, sarung, sandal, emas anting, kalung, cincin, tua arak berupa minuman mabuk, uang adat. Dan apabila persiapan tersebut telah disiapkan, maka calon laki-laki tersebut bersama keluarganya mendatangai rumah si calon perempuan, kemudian pakaian dan perhiasan tersebut di simpan dalam kotak sirih dan disimpan di depan mata si perempuan, sedangkan tua arak berupa minuman mabuk, dan uang adat tersebutpun disimpan dalam kotak sirih dah disimpan di depan kedua orang tua wanita tersebut, baru si natoni adat mulai menyampaikan maksud dan tujuan okomama yang ada di depan mata mereka. Jika sula tolo 54 Marten, Anak dari Tokoh masyarakat Suku Atoni, wawancara pada tanggal 11 Maret 2014