PENUTUP Prosesi Pernikahan Suku Adat Atoni Dalam Perspektif Hukum Islam “(Studi Kasus Pada Masyarakat Atoni, Kec. Amanuban Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur)”
3
merupakan salah satu budaya yang mengikuti perkembangan manusia, dalam kehiduapan bermasyarakat.
Pokok perkawinan baik secara tradisional maupun secara modern yaitu perkawinan sakral sehingga hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya
sangat terasa kehadirannya dalam upacara perkawinan. Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada masyarakat atau
pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat itu berada, serta pergaulan masyarakat yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan keagamaan yang dianutnya serta kebiasaan setempat. Seperti halnya kebiasaan yang dianut dalam masyarakat
Atoni khususnya di desa Billa Kecamatan Amanuban Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, upacara pesta perkawinan tidak hanya dipengaruhi oleh ajaran
agama Islam, yang minoritas dipeluk oleh masyarakat. Bila di tinjau secara kulturalistik, masyarakat pribumi Atoni mempunyai
berbagai macam bentuk kebudayaan daerah. Budaya lokal ini dicerminkan dari kebiasaan yang berkembang di lingkungan warganya. Satu tuntutan pola hidup
turun temurun yang kuat. Keanekaragaman itu nampak jelas terlihat pada saat penyelenggaraan perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Atoni ini.
Sebuah khasanah daerah berkelanjutan dari akar budaya setempat. Sehubungan dengan walimah, adat kebiasaan masing-masing daerah dapat
dipertahankan bahkan dilestarikan sepanjang tidak menyalahi prinsip ajaran
4
agama Islam. Dan apabila adat kebiasaan yang berhubungan walimah tersebut bertentangan dengan syariat Islam, setuju atau tidak, harus ditinggalkan.
4
Berbagai macam tata cara upacara pesta perkawinan walimah ‘urs yang
berlaku diberbagai daerah adalah tatanan nilai luhur yang telah dibentuk oleh para orang tua dan diturunkan kepada generasi ke generasi seterusnya, karena itu
upacara pesta perkawinan dalam adat merupakan kegiatan tradisional turun- temurunyang mencirikan keanekaragaman budaya bangsa dan juga dimaksudkan
agar dapat diketahui oleh masyarakat sekitar untuk menghindari fitnah, yang bertujuan agar perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan
bagi keduannya di kemudian hari. Tahapan pertama dalam perkawinan adalah pinangan atau khitbah, yang
mana hal ini merupakan pola yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat, artinya dapat ditemui pada tiap hukum adat yang ada di Indonesia, dan pada
dasarnya melakukan peminangan itu terdapat kesamaan, namun perbedaan- perbedaannya hanyalah terdapat pada alat atau sarana pendukung prosesi
pinangan itu.
5
Di suku adat Atoni proses pelamaran itu dilakukan dengan cara kedua orang tua dan laki-laki yang akan jadi calon suami si perempuan tersebut
mendatangi rumah si perempuan dengan membawa bermacam-macam perhiasan, pakaian, sopi minuman dari pohon lontar atau tuak, uang lima ribu rupiahRp.
4
http:bekal pernikahan.blogdrive.com
5
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1986, Cet. Ke-III, h. 246