BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi kompleksitas kebutuhan perusahaan dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggannya mengharuskan setiap komponen
dalam perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk mencapainya. Seiring dengan kebutuhan ini maka dibutuhkan suatu rencana kerja yang sangat baik dan
terstruktural untuk menyelaraskan tentang kepentingan perusahaan dalam meningkatkan kinerja seluruh anggotanya demi kelangsungan hidup perusahaan.
Asian Agri AA sebagai group perusahaan swasta nasional bergerak dalam bidang perkebunan hulu dan olahan kelapa sawit hilir yang tersebar di beberapa
propinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Adapun Visi Perusahaan “To be one of the Largest, Most Profitable, Best Managed and Sustainable Palm Oil Business Group in
the World, a Preferred Supplier to our Customers and the Preferred Employer to our People”
Menjadi salah satu perusahaan yang terbesar, Menguntungkan, Manajemen yang baik dan berkelanjutan dalam bisnis kelapa sawit di dunia, melakukan yang
terbaik untuk pelanggan dan karyawan. Misi Perusahaan dituangkan dalam
P.L.A.N.T.E.D. Professionalism with Integrity-Bersikap profesional, Leadership-
Pemimpin yang baik , Achievement oriented-Pencapaian target, Nurture care-
Perhatian terhadap lingkungan, Teamwork-Kerjasama antar karyawan yang baik,
Mathilda Tjandra : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Environment responsible-Lingkungan yang mendukung, Responsible to
shareholders-Bertanggungjawab kepada Pemegang sahampemilik .
Management perusahaan AA sering menemui hambatan antara lain dalam proses penyusunan anggaran budget yang awalnya managementdireksi yang
menetapkan targetanggaran yang harus dicapai oleh karyawan baik dalam produk maupun biaya sistem top down.
Hasil evaluasi dengan sistem seperti ini dirasakan kurang efektif dan efisien karena management yang menetapkan tidak mengetahui secara pasti kondisi lapangan
demikian juga dalam hal penilaian kinerja manajer dan karyawan yang menggunakan sistem tradisional dimana pemberian reward untuk manajer dan karyawan didasarkan
pada faktor keuangan yang dilihat dari EBITDA,ROI, dan rasio operasi tanpa perhitungan aspek lain yang seharusnya mempengaruhi penilaian kinerja. Sebetulnya
aspek diatas belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan karena
ROI, Profit Marjin dan Rasio Operasi hanya menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan selama periode tertentu.
Dengan mengevaluasi kekurangan secara perlahan AA mulai melakukan pembenahan dengan menerapkan sistem partisipasi dalam penyusunan anggaran
bottom up dimana semua manajer dan karyawan ikut berpartisipasi walaupun secara tidak langsung duduk dalam suatu forum. Masing-masing department menyusun dan
mereview dulu anggaran departmentnya kemudian tugas para manajer untuk
Mathilda Tjandra : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan..., 2008 USU e-Repository © 2008
membawa anggaran departmentnya ke dalam forum yang lebih tinggi untuk dibicarakan dengan management. Anggaran yang dikerjakan dengan sistem ini dilihat
lebih efisien dan efektif. Singkatnya, anggaran dapat menggambarkan rencana manajemen secara
komprehensif untuk masa yang akan datang dan bagaimana rencana tersebut dapat tercapai Garrison dan Norren,2003.
Perubahan besar lainnya AA mencoba menerapkan sistem Balance Scorecard BSC sejak tahun 2002 dalam menilai kinerja. Metode BSC dipilih untuk
pengukuran kinerja karena BSC mencakupi berbagai sudut pandangperspektif baik dari aspek keuangan dan aspek non keuangan.
BSC merupakan sistem manajemen strategik korporasi dalam menghadapi perubahan teknologi dan keunggulan bersaing serta ketidakpastian Kaplan dan
Norton,2001 dan membangun sustainabilitas efektivitas kinerja korporasi Bieker, 2002.
Dalam pendekatan BSC kinerja personal diukur dengan ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu. Disamping itu
ukuran keuangan dilengkapi dengan ukuran nonkeuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis dan komitmen personal yang
menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Menurut Mulyadi2001 penggunaan ukuran nonkeuangan dilandasi oleh
keyakinan dasar baru bahwa nilai pasar market value perusahaan lebih banyak
Mathilda Tjandra : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan..., 2008 USU e-Repository © 2008
ditentukan oleh aktiva tidak berwujud intangible assets daripada oleh aktiva berwujud tangible assets.
Ukuran keuangan semata tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial
misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan
perusahaan Kaplan dan Norton, 1996. Menurut Mia 2002 penilaian hanya dengan melalui sisi keuangan dapat menimbulkan masalah yaitu :
1. Vision Problem, kurangnya manajer korporasi memahami visi organisasi
karena strategi organisasi tidak jelas dan tidak tepat. 2.
Human Resources Problem, pengukuran kinerja tidak didasarkan pada target, sistem reward yang tidak terkait dengan target dan pengukuran kinerja.
3. Operational Problem, perencanaan strategi tidak terkait dengan budget dan
alokasi sumberdaya dan sistem operasi lebih terfokus pada kontrol operasional.
4. Learning Process Problem, pengukuran kinerja hanya didasarkan pada data
keuangan sedangkan pengukuran kinerja non keuangan hanya untuk tactical feedback.
Akibatnya koordinasi antar manajer dan karyawan lemah, tidak memiliki sense of belonging terhadap perusahaan.
Pengukuran kinerja manajerial dilakukan untuk dapat menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatanprogram sesuai dengan sasaran dan tugas yang
Mathilda Tjandra : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan..., 2008 USU e-Repository © 2008
telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan serta memudahkan management untuk menentukan reward bagi para manajer dan
karyawan. Reward yang diberikan tidak harus dalam bentuk materi misalnya fasilitas kredit kendaraan, perjalanan ke luar kotanegeri.
Dalam masa peralihan banyak problem yang dihadapi oleh AA terutama dalam memberikan pemahaman bagi karyawannya. Ada karyawan yang tidak puas
dengan penilaian sistem ini tetapi ada juga yang merasa diuntungkan dengan penerapan sistem baru.
Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan penelitian di bidang akuntansi manajemen
yang masih dalam perdebatan karena hubungan kedua variabel tersebut tidak konsisten. Misalnya Milani 1975 menemukan adanya pengaruh positif antara
partisipasi dalam anggaran dengan prestasi manajer, Brownell 1982 menemukan hasil bahwa partisipasi manajer dalam anggaran mempunyai pengaruh negatif
terhadap prestasi manajer. Ketidakkonsisten mengenai hasil penelitian tersebut memberikan minat
peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kedua variabel tersebut..
Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Raflia Aulia 2006 yang meneliti tentang partisipasi manajer dalam
penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan budgetary slack sebagai variabel
Mathilda Tjandra : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan..., 2008 USU e-Repository © 2008
moderating pada Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara Wilayah Sumatera Utara. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi manajer dalam
penganggaran dan budgetary slack berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial. Perbedaan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel moderating yaitu reward,
lokasi penelitian, metode penilaian kinerja dengan BSC, dan para manajer dan karyawan dalam penyusunan anggaran yang menjadi populasi dan sampel dalam
penelitian. Penelitian ini akan menguji kembali pengaruh partisipasi dalam penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial dengan reward sebagai variabel moderating yang diukur dengan Balance Scorecard pada Asian Agri di wilayah Sumatera Utara.
Asian Agri dipilih untuk memberikan kontribusi ilmiah yang beragam dari sisi lokasi objek penelitian dan karena adanya praktek partisipasi penganggaran dan telah
menerapkan sistem BSC dalam mengukur kinerja manajer.
1.2 Rumusan Masalah