1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Skabies adalah suatu penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei S.scabiei. Manifestasi penyakit predominan
diperantarai melalui reaksi peradangan dan menyerupai alergi terhadap produk – produk tungau, menyebabkan lesi yang sangat gatal. Skabies ditularkan melalui
kontak tubuh langsung dari seorang penderita ke individu lainnya
1
dan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk.
2
Prevalensi dan komplikasi yang dapat terjadi, membuat skabies menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan di negara berkembang, dengan jumlah
yang lebih tinggi pada anak – anak yang tinggal di daerah miskin, tropis dan padat penduduk. Jumlah yang pasti dari kasus skabies di seluruh dunia tidak diketahui,
namun diperkirakan hingga 300 juta kasus per tahun.
3
Skabies didiagnosis secara klinis dengan gejala utama berupa pruritus pada malam hari karena aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lebih hangat.
4
Selain itu, tungau sensitif terhadap sinar matahari pada siang hari sehingga lebih
aktif pada malam hari.
4
Lesi khas skabies adalah papul yang gatal sepanjang terowongan yang berisi tungau dengan tempat predileksi pada daerah sela jari
tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, areola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah dan bokong. Lesi yang patognomonik untuk
skabies adalah terowongan yang hampir tidak terlihat oleh mata, berupa lesi yang
Universitas Sumatera Utara
2
agak meninggi, lurus atau berkelok – kelok dan berwarna keabu – abuan.
5
Terowongan sering berbentuk seperti huruf “s” atau “z” yang khas ditemukan pada daerah sela – sela jari tangan, aksila, bokong, skrotum dan inframammae.
6,7
Skabies dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskopis dari kerokan pada kulit yang terdapat terowongan dengan penambahan minyak mineral atau salin.
Penemuan tungau, telur atau feses menegaskan diagnosis.
6
Akan tetapi, metode ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan takut, terutama pada pasien yang
berusia lebih muda.
8
Pemeriksaan dermoskopi adalah suatu teknik alternatif dalam mendiagnosis skabies.
6
Dermoskopi merupakan suatu teknik yang akurat, tidak invasiv, dan mudah untuk digunakan dalam mendiagnosis skabies baik sebagai tes
diagnostik atau untuk memandu tes diagnostik tradisional.
7
Diperlukan sebuah kaca pembesar yang disinari cahaya lampu, juga dikenal sebagai epiluminescent
stereomicroscope dengan pembesaran 20 sampai 60 x. Perangkat ini dirancang pada tahun 1996 oleh seorang ahli dermatologi bernama JF Kreusch, cara
pemakaiannya dengan digenggam dan dipegang tegak lurus terhadap kulit. Pada pembesaran 20 sampai 40 x, tampak tampilan yang khas dari kepala tungau dan 2
pasang kaki depan yang menyerupai bentuk segitiga pesawat layang delta wing signjet with contrail.
6
Penelitian yang dilakukan Walter B dkk pada tahun 2008 di Brazil mengenai perbandingan dermoskopi, kerokan kulit dan plester perekat dalam
mendiagnosis skabies pada suatu daerah yang miskin didapatkan bahwa sensitivitas dermoskopi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan tes
plester perekat dan kerokan kulit yaitu sebesar 83, namun spesifisitasnya lebih
Universitas Sumatera Utara
3
rendah dibandingkan dengan tes plester perekat dan kerokan kulit yaitu sebesar 46.
9
Neynaber dan Wolff pada tulisannya mengenai diagnosis skabies dengan dermoskopi menyatakan bahwa sensitivitas dermoskopi untuk skabies adalah 91
dan spesifisitasnya adalah 86.
6
Pada penelitian yang dilakukan Lacarrubba dkk di Illinois terhadap 100 orang anak yang berusia 1 bulan sampai 16 tahun yang diduga menderita skabies,
didapatkan hasil bahwa dengan pemeriksaan menggunakan videodermatoskopi pembesaran tinggi, pengidentifikasian yang cepat dan jelas terhadap tungau,
terowongan, telur dan feses dijumpai pada 62 pasien. Tidak ada seorang pun dari 38 pasien dengan penemuan negatif yang menunjukkan adanya tanda – tanda
infestasi 2 minggu setelah pemeriksaan.
10
Dari penelitian yang dilakukan Dupuy dkk sejak bulan Januari 2004 sampai April 2005 di Paris terhadap 238 pasien yang diduga menderita skabies,
didapatkan bahwa pada pemeriksaan dengan menggunakan dermoskopi dengan pembesaran 10 x setelah pengaplikasian minyak parafin pada piring kaca
dermoskopi dan kerokan kulit, diperoleh hasil sensitivitas dermoskopi mencapai 91 dan kerokan kulit sebesar 90. Namun spesifisitas dermoskopi sebesar 86
sedangkan kerokan kulit mencapai 100.
11
Pemeriksaan dermoskopi adalah suatu metode yang mudah dan sangat bermanfaat dan sangat sensitif dalam mendiagnosis skabies. Dermoskopi
memungkinkan untuk menegakkan diagnosis berdasarkan bukti ditemukannya tungau dan terowongan tungau, dan juga bermanfaat dalam memonitor efikasi
Universitas Sumatera Utara
4
terapi.
12
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai pemeriksaan dermoskopi dalam mendiagnosis skabies.
1.2. Rumusan Masalah