Bulan-bulan Hijriah yang Memiliki Keutamaan

D. Bulan-bulan Hijriah yang Memiliki Keutamaan

Pada dasarnya semua bulan memiliki keutamaan, yang mana satu daripada bulan yang lainnya memiliki keunggulan masing-masing. Seperti keutamaan pada bulan ramadhan. Bulan ini adalah bulan yang suci yang mana bulan ini mempunyai banyak keutamaan dan keberkahan di dalamnya. Terutama dalam melaksanakan ibadah-ibadah. Di dalam bulan tersebut kita dianjurkan untuk berpuasa dan melaksanakan banyak amalan-amalan sunnah lainnya, dan akan mendapat ganjaran yang berlimpah. Kemudian keutamaan bulan lainnya terdapat pada keempat bulan, yang mana Allah dan Rasul-Nya telah menyebutnya sebagai bulan Haram asyhur al-hurum. Dimana bulan-bulan ini mempunyai beberapa keutamaan yang besar. Yang mana bulan-bulan haram ini terdiri atas bulan muharram, rajab, dzulqa’dah dan dzulhijjah. Bulan haram merupakan bulan yang mulia dan yang di agungkan oleh Allah Swt., yang mana telah dijelaskan dalam firman Allah: ⌧ …….. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan Haram…” QS. Al Maidah:2 32 Kemudian di dalam hadis Nabi Saw. bersabda : ﻦْا ْﻦ ﺪ ْﻦ بﻮ أ ْﻦ ﺪْز ﻦْ دﺎ ﺎﻨﺛﺪ بﺎهﻮْا ﺪْ ﻦْ ﻪ ا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ نإ لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ أ نﺎ ﺰ ا راﺪﺘْ ا ْﺪ ﺘﺌْﻬآ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪ 32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 156 “Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun itu terdapat dua belas bulan. Empat diantaranya adalah bulan haram disucikan. Tiga dari empat bulan itu, jatuh secara berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram. Sedangkan Rajab yang disebut juga sebagai syahru Mudhar, terletak diantara Jumâda al-Tsaniyah dan Sya’ban.” HR. al-Bukh â r î. Dan diantara keutamaan yang ada pada bulan-bulan haram ini adalah: 1. Bulan Dzulqa’dah Dia merupakan salah satu bulan Haji asyhur al-hajji yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: ⌦ ……. “Musim Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi…” QS.Al Baqarah:197 34 Asyhurun ma’l û m â t bulan-bulan yang dikenal merupakan bulan yang tidak sah ihram haji kecuali pada bulan-bulan ini asyhurun ma’l û m â t menurut pendapat yang sahih. 35 Dan yang dimaksud dengan bulan-bulan Haji asyhur al- hajji adalah bulan Syaww â l, Dzulqa’dah dan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Diantara keistimewaan bulan ini, bahwa empat kali ‘Umrah Rasulullah Saw. terjadi pada bulan ini, hal ini tidak termasuk ‘Umrah beliau yang dibarengi dengan Haji, walaupun ketika itu beliau Saw. berihram pada bulan Dzulqa’dah 33 Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, al-Jami’ al-Sâhih Sâhih Bukhâri, Beirut: Dar al-Fikr, 1994 Juz II, No. 3197, h. 987 34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 48. 35 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 1999, Jilid 1, h. 322. dan mengerjakan ‘Umrah tersebut di bulan Dzulhijjah bersamaan dengan hajinya. 36 Karena itu terdapat riwayat dari beberapa ulama Salaf bahwa disukai melakukan ‘Umrah pada bulan Dzulqa’dah. 37 Akan tetapi ini tidak menunjukkan bahwa ‘Umrah di bulan Dzulqa’dah lebih utama daripada ‘Umrah di bulan Ramadhan. Keistimewaan lain yang dimiliki bulan ini, bahwa masa tiga puluh malam yang Allah janjikan kepada Musa untuk berbicara pada-Nya jatuh pada malam-malam bulan Dzulqa’dah. Sedangkan al-‘asyr sepuluh malam tambahannya jatuh pada periode sepuluh malam dari bulan Dzulhijjah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: ☺ ☺ …….. “Dan telah Kami janjikan kepada Musa memberikan Taurat sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi…”QS. Al A’raaf:142 38 2. Bulan Dzulhijjah Diantara beberapa keutamaan dan keberkahan bulan ini, bahwa seluruh manasik haji dilakukan pada bulan ini. Kesemuanya itu merupakan syi’ar-syi’ar yang besar dari berbagai syi’ar Islam. Terdapat di dalamnya sepuluh hari pertama yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan, lalu tiga hari berikutnya merupakan hari-hari tasyriq yang agung. 39 36 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’if al-Ma’arif, Beirut: Darul Kutub ‘Alamiyah, Cet. ke1, 1989, h. 301. 37 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’if al-Ma’arif , h. 301. 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 243. 39 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’if al-Ma’arif , h. 302. 3. Bulan Muharram Di antara keutamaan dan keberkahan bulan ini, sebagaimana yang tercantum dalam Sah î h Muslim dari Ab û Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda:” ﻨﺛﺪ ﺔ ْﺘ ﻦْ ﺪ ﺎﻨﺛﺪ ﻮ أ ﺔ اﻮ ْﻦ أ ﺮْ ْﻦ ﺪْ ﻦْ ﺪْ ﻦ ْ ﺮ ا يﺮ ْ ْا ْﻦ أ ةﺮْﺮه ر ﻪ ا ﻪْﻨ لﺎ لﺎ لﻮ ر ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻪ ا ﻪْ و ﻀْأ مﺎ ا ﺪْ نﺎﻀ ر ﺮْﻬ ﻪ ا مﺮ ْا ﻀْأو ةﺎ ا ﺪْ ﺔﻀ ﺮ ْا ةﺎ ﺻ ْ ا . 40 “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa yang jatuh pada bulan Allah, yaitu Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam qiy â mul la î l” HR. Muslim Ibnu Rajab rahimahull â h mengatakan, “Nabi Saw. menamakan Muharram dengan bulan Allah syahru All â h . Penisbatan nama bulan ini dengan lafaz ‘Allah’ menunjukkan kemuliaan dan keutamaan bulan ini, karena sesungguhnya Allah tidak menyandarkan menisbatkan lafaz tersebut kepada-Nya kecuali karena keistimewaan dan kekhususan yang dimiliki oleh makhluk-Nya tersebut dan seterusnya. 41 Sebagian ulama memberikan alasan yang mengaitkan tentang keutamaan puasa pada bulan ini. Maksudnya, bahwa sebaik-baik bulan untuk melakukan puasa sunat secara penuh setelah bulan Ramadhan, adalah Muharram. Karena berpuasa sunnat pada sebagian hari, seperti hari ‘Arafah, sepuluh hari bulan 40 Abû Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, al-Jami’ al- Sah î h Sah î h Muslim . Darul Kutub ‘Alamiyah, Beirut . Juz I, h.474 41 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’if al-Ma’arif, h. 41. Zulhijjah atau enam hari di bulan Syaw â l lebih utama afdal daripada berpuasa pada sebagian hari-hari bulan Muharram. 42 Diantara keberkahan bulan Muharram berikutnya, jatuh pada hari kesepuluh, yaitu hari ‘Asy û r â’ . Hari ‘Asy û r â’ ini merupakan hari yang mulia dan penuh berkah. Hari ‘Asy û r â’ ini memiliki kesucian dan kemuliaan sejak dahulu. Dimana pada hari ‘Asy û r â’ ini Allah ta’ala menyelamatkan seorang hamba sekaligus Nabi-Nya, Musa ‘Alaihis Sal â m dan kaumnya serta menenggelamkan musuhnya, Fir’aun dan bala tentaranya. Sesungguhnya Nabi Musa ‘Alaihis Sal â m berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukurnya kepada Allah. Sedangkan orang- orang Quraisy di zaman Jahiliyah juga berpuasa pada hari ini, begitu juga Yahudi. Mereka dulu berpuasa pada hari ‘Asy û r â’ . Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, puasa ini pada mulanya wajib bagi kaum muslimin sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, kemudian berubah menjadi sunnah. Sebagaimana yang tedapat dalam Sah î h Bukh â ri dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ﻨﺛﺪ ﺪ ﻦْ ﻰﻨ ْا ﺎﻨﺛﺪ ﻰ ْ ﺎﻨﺛﺪ مﺎ ه لﺎ ﺮ ْﺧأ أ ْﻦ ﺔ ﺎ ر ﻪ ا ﺎﻬْﻨ ْ ﺎ نﺎآ مْﻮ ءارﻮ ﺎ ﻪ ﻮ ْﺮ ﺔ هﺎ ْا نﺎآو ﻨ ا ﻰ ﺻ ﻪ ا ﻪْ و ﻪ ﻮ ﺎ مﺪ ﺔﻨ ﺪ ْا ﻪ ﺎﺻ ﺮ أو ﻪ ﺎ ﺎ لﺰ نﺎﻀ ر نﺎآ نﺎﻀ ر ﺔﻀ ﺮ ْا كﺮ و ءارﻮ ﺎ نﺎﻜ ْﻦ ءﺎ ﻪ ﺎﺻ ْﻦ و ءﺎ ْ ﻪْ . 43 “Dahulu orang-orang Quraisy berpuasa ‘Asyura pada zaman Jahilliyah. Dan Rasulullah Salall â hu ‘Alahi Wassal a m sendiri juga berpuasa ‘Asyura. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau terus melaksanakan puasa ‘Asy û r â’ , dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Lalu ketika diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, beliau bersabda:’Barangsiapa yang mau berpuasa ‘Asy û r â’ , berpuasalah dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya, tinggalkanlah.” HR. al-Bukh â r î 42 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’if al-Ma’arif, h. 38. 43 al- Bukh â r î, al-Jami’ al- Sah î h Sah î h Bukh â r î , Juz II, hal: 284 Dan juga tertera dalam Sah î h Bukh â r î dari Ibnu ‘Abb â s ra, bahwa Rasulullah Saw. datang ke Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asy û r â’ . Maka Rasulullah Saw. bertanya pada mereka, “Hari apakah ini, yang kalian berpuasa di dalamnya?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari yang agung, pada hari inilah Allah menyelamatkan Musa ‘as. dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Maka Musa berpuasa pada hari ‘Asy û r â’ ini sebagai tanda syukurnya.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Maka, kami lebih berhak terhadap Musa ‘As. dan lebih diutamakan daripada kamu sekalian.” Lalu Rasulullah Saw. berpuasa ‘Asy û r â’ dan memerintahkan kaum muslimin agar berpuasa. 44 Berpuasa pada hari ini memiliki keutamaan yang besar, dimana puasa ini dapat meleburkan dosa-dosa setahun yang lalu, sebagaimana tertera dalam Sah î h Muslim, dari Ab û Qatadah al-Ansari ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw. ditanya tentang puasa pada hari ‘Asy û r â’ , maka beliau bersabda, “Dia akan menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu.” 45 Sebagian ulama berpendapat sunnah berpuasa pada hari kesembilan bersamaan dengan hari kesepuluh karena Nabi Saw. berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat akan berpuasa pada hari kesembilan. Imam Nawawi rahimahull â h 44 al-Bukhari, al-Jami’ al- Sah î h Sah î h Bukh â r î , hal: 284 45 Abû Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, al-Jami’ al- Sah î h Sah î h Muslim , Juz IV, hal: 305 menyatakan, “Barangkali sebab dari puasa dua hari ini agar tidak tasyabbuh serupa dengan Yahudi yang berpuasa hanya di hari kesepuluh.” 46 4. Bulan Rajab Adapun tentang keutamaan bulan Rajab, kebanyakan ulama mengatakan bahwa dasarnya sangat lemah, bahkan boleh dikatakan tidak ada keterangan yang kuat yang mendasarinya dari sabda Rasulullah Saw. Bahkan sebahagian kaum muslimin berpendapat bahwa bulan Rajab memiliki berbagai keutamaan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu agar mereka dapat meraih fadilah atau keutamaan tersebut. Di antara contoh-contoh amalan-amalan yang sering dipercaya umat Islam untuk dilakukan pada bulan Rajab adalah: 1. Mengadakan salat khusus pada malam pertama bulan Rajab. 2. Mengadakan salat khusus pada malam Jum’at minggu pertama bulan. 3. Salat khusus pada malam Nisfu Rajab pertengahan atau tanggal 15 Rajab. 4. Shalat khusus pada malam 27 Rajab malam Isra’ dan Mi’raj. 5. Puasa khusus pada tanggal 1 Rajab. 6. Puasa khusus hari Kamis minggu pertama bulan Rajab. 7. Puasa khusus pada hari Nisfu Rajab. 8. Puasa khusus pada tanggal 27 Rajab. 9. Puasa pada awal, pertengahan dan akhir bulan Rajab. 10. Berpuasa khusus sekurang-kurangnya sehari pada bulan Rajab. 11. Mengeluarkan zakat khusus pada bulan Rajab. 46 Abû Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, al-Jami’ al- Sah î h Sah î h Muslim , Juz IV, hal: 267 12. Umrah khusus di bulan Rajab. 13. Memperbanyakkan Istighfar khusus pada bulan Rajab. Akan tetapi, semua pendapat tersebut tidak dapat dipegang, karena kalau kita jujur terhadap sumber-sumber asli agama ini, nyaris tidak satu pun amalan- amalan di atas yang berdasarkan kepada hadis-hadis yang sahih . 47 Kemudian diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah Saw. memasuki bulan Rajab beliau berdo’a: ﺎﻨﺛﺪ ﺪْ ﻪ ا ﺎﻨﺛﺪ ﺪْ ﻪ ا ﻦْ ﺮ ْﻦ ةﺪ از ﻦْ أ دﺎ ﺮ ا ْﻦ دﺎ ز يﺮْ ﻨ ا ْﻦ أ ﻦْ ﻚ ﺎ لﺎ نﺎآ ﻨ ا ﻰ ﺻ ﻪ ا ﻪْ و اذإ ﺧد ر لﺎ ﻬ ا ْكرﺎ ﺎﻨ ر نﺎ ْ و ْكرﺎ و ﺎﻨ نﺎﻀ ر 48 “Apabila masuk bulan rajab dahulu Nabi Saw. berdo’a: Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab ini dan juga Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik. Adapun ‘Umrah di bulan Rajab telah disebutkan oleh Ibnu Rajab bahwa “umrah dibulan Rajab itu adalah hukumnya sunnah menurut pendapat mayoritas generasi Salaf. Diantaranya ‘umar bin Khatt â b ra. dan ‘Aisyah ra. 49 Dari berbagai penjelasan dan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa bulan rajab adalah bulan yang memiliki keistimewaan sendiri. Didalamnya juga banyak terdapat anjuran-anjuran untuk beribadah di bulan rajab. 47 Subki Albughury, “Hikmah Bulan Rajab” artikel diakses tanggal 18 Juni 2010 dari http:www.subkialbughury.com 48 Abû ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz V, Bairut : al- Maktabah Islami, 1978, h. 260 49 Ibnu Rajab al-Hanbali, Latâ’iful Ma’arif, h. 142.

BAB III ASYHUR AL-HURUM DALAM HADIS