Dari definisi mengenai syarat-syarat hadis sahîh di atas, nampak jelas
bahwa hadis sahîh harus memenuhi lima syarat: pertama, bersambung sanad-nya; kedua, diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil; ketiga, diriwayatkan oleh
periwayat yang dâbit; keempat, terhindar dari syadz; dan kelima, terhindar dari ‘illat.
Untuk itu dalam penelitian sanad, penulis akan mengambil langkah- langkah kegiatan penelitian sanad hadis dengan melalui tiga cara, yaitu:
1 Melakukan i’tibar
2 Meneliti pribadi periwayat
3 Mengabil natîjah kesimpulan
2. Kritik Sanad Hadis Asyhur al-Hurum
Hadis yang akan diteliti adalah hadis yang berisi tentang “Asyhur al- Hurum
”. Hadis tersebut yang diterima dari sahabat Abû Bakrah :
ةﺮْﻜ أ ْﻦ ﻦ ﺮ ﻦْ ﺪ ْﻦ بﻮ أ ﺎ ﺮ ْﺧأ
ﺎ ْ إ ﺎﻨﺛﺪ ﻰ ﺻ ﻨ ا نأ
ا نإ ﺎ أ لﺎ ﻪﺘ ﻄﺧ و ﻪْ ﻪ
نﺎ ﺰ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ
25
‘Adil menurut bahasa adalah pertengahan, lurus, condong kepada kebenaran, tidak memihak. Menurut istilah ulama hadis ‘adil itu adalah 1 beragama Islam; 2 mukallaf; 3
melaksanakan ketentuan agama; 4 memelihara muru’ah. Lihat Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi
, h. 67-68.
26
Dâbit ialah orang yang kuat ingatannya, artinya ingatannya lebih banyak daripada lupanya, dan kebenarannya lebih banyak daripada kesalahannya. Lihat Fathurrahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadis , h. 121.
27
Menurut bahasa, kata syâdz berarti: kejanggalan, yang jarang, yang menyendiri, yang asing, yang menyalahi aturan dan menyalahi orang banyak.
28
Kata ‘Illat, jamaknya ‘illal yang menurut bahasa, kata illat’ berarti: cacat, kesalahan baca, penyakit dan keburukan.
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun itu terdapat dua belas bulan.
Empat diantaranya adalah bulan haram disucikan. Tiga dari empat bulan itu, jatuh secara berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram.
Sedangkan Rajab yang disebut juga sebagai syahru Mudhar, terletak diantara Jumada ats-Tsaniyah dan Sya’ban.” HR. Ahmad.
Takhrij Hadis
Karena objek penelitian adalah hadis-hadis yang tercantum dalam kitab- kitab hadis, maka dalam proses pengumpulan data dilakukan kegiatan Takhrij al-
Hadîts , yaitu pencarian teks hadis pada berbagai kitab hadis yang merupakan
sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang didalamnya disebutkan secara lengkap sanad dan matan hadisnya.
Dalam pelacakan hadis, metode takhrij yang digunakan dalam kegiatan penelitian hadis ini yaitu metode takhrij dengan melalui penelusuran kata yang
terdapat dalam hadis yang akan di bahas, dengan menggunakan kitab al-Mu’jâm al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi
dari penelusuran lafaz
ﺮﻬ
30
adalah sebagai berikut :
اﺮْﻬ ﺮ ﺎ ْا ﺔ ﱠﺴﻟا خ
اءﺪ 2
, ةرﻮ ﺮ
8,9 ,
ﻰ ﺎ ا 5
, ﺪ ﻮ
24
م ﺔ ﺎ
29
د ﻚ ﺎﻨ
67
29
Abû ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz VII, Bairut : al- Maktabah Islami, 1978, , h. 307
30
A. J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi, Jilid 3., Leiden : Breeil, 1943, h. 204.
ﻢﺣ
5 ,
37
ه
5 :
165
Berikut ini penulis menyajikan riwayat-riwayat hadis tersebut dari setiap mukharrij
berdasarkan naskah aslinya. Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya al-Bukhâri:
• أ ْﻦ ﺪْز ﻦْ دﺎ ﺎﻨﺛﺪ بﺎهﻮْا ﺪْ ﻦْ ﻪ ا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ
ْﻦ ﺪ ْﻦ بﻮ
نإ لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ أ ﻦْا نﺎ ﺰ ا
ْﺪ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا
يﺬ ا ﺮﻀ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ
.
31
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun itu terdapat dua belas bulan.
Empat diantaranya adalah bulan haram disucikan. Tiga dari empat bulan itu, jatuh secara berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram.
Sedangkan Rajab yang disebut juga sebagai syahru Mudhar, terletak diantara Jumada al-Tsaniyah dan Sya’ban.” HR.
al-Bukh â
r î.
Adapun redaksi lain berbunyi:
• بﺎهﻮْا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ ﻰﻨ ْا ﻦْ ﺪ
ﻨﺛﺪ أ ﻦْا ْﻦ ﺪ
ْﻦ بﻮ أ ﺎﻨﺛﺪ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ
أ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﺧ مْﻮ ﺔﺌْﻬآ ﺔﺛﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْر
ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ
نﺎ ْ و .
32
• ﺎﻨﺛﺪ مﺎ ﻦْ ﺪ
ﺎﻨﺛﺪ أ ﻦْا ْﻦ ﺪ
ْﻦ بﻮ أ ﺎﻨﺛﺪ بﺎهﻮْا ﺪْ نإ لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ﻪْﻨ ﻪ ا
ر ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا
ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ
نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ .
33
31
al-Bukhari, al-Jamî’al-Sahîh Sahîh Bukhârî, Juz II, h. 987
32
Al-Bukhari, al-Jamî’ al-Sahîh Sahîh Bukhârî, Juz V, h. 243
33
Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahîh Sahîh Bukharî, Juz VI, h. 293
• أ ﻦْا ْﻦ ﺪ
ْﻦ بﻮ أ ﺎﻨﺛﺪ بﺎهﻮْا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ ﻰﻨ ْا ﻦْ ﺪ ﺎﻨﺛﺪ
راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ ﻪﺘﺌْﻬآ
مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ثﺎ ﺛ
نﺎ ْ و .
34
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Muslim:
• ﺎ ﺎ ﻆْ ا ﺎ رﺎ و ﺛرﺎ ْا
ﻦْ ﻰ ْ و ﺔ ْ أ ﻦْ ﺮْﻜ ﻮ أ ﺎﻨﺛﺪ ْﻦ
ا بﺎهﻮْا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ أ ْﻦ ةﺮْﻜ أ ﻦْا ْﻦ ﻦ ﺮ ﻦْا ْﻦ بﻮ أ
مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا نإ لﺎ ﻪ أ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاوﺎ ا ﻪ ا ﺧ
ﺔﺛﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ ﺮْﻬ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ
نﺎ ْ و .
35
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Abû Daud:
• ﻰ ﺻ ﻨ ا نأ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ﺪ ْﻦ بﻮ أ ﺎﻨﺛﺪ
ْ إ ﺎﻨﺛﺪ دﺪ ﺎﻨﺛﺪ ﻄﺧ و ﻪْ ﻪ ا
نإ لﺎ ﻪﺘ نﺎ ﺰ ا
ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ وذ تﺎ اﻮﺘ ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا
ﺮﻀ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا
.
36
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin Hanbal:
• بﻮ أ ﺎ ﺮ ْﺧأ
ﺎ ْ إ ﺎﻨﺛﺪ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ﻦ ﺮ ﻦْ ﺪ
ْﻦ ﻨ ا نأ
نإ ﺎ أ لﺎ ﻪﺘ ﻄﺧ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ نﺎ ﺰ ا
مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ ْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ
ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮ
34
Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahîh Sahîh Bukhari, Juz VIII, h. 234
35
Abû Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî, al-Jami’ al-Sahîh Sahîh Muslim, Juz VI, Maktabat Dahlan, Indonesia, h.183
36
Abû Daud Sulaimân bin al-‘Asy’as al-Sijistâni, Sunan Abi Daud, Juz II Bairut : Dar al-Fikr, tth, h. 146
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya al-Baihaqî:
• ﺄ أ ﺮ ﻰ أ ﻦ وﺮ ﻮ أ ﺮ ﺧا ﻪ ﻆ او ﻆ ﺎ ا ﷲا ﺪ ﻮ أ ﺎ ﺮ ﺧأو
ﺄ أ نﺎ ﻦ ﻦ ا ﺔ ْ أ ﻦْ ﺮْﻜ ﻮ أ
ﺎﻨﺛ بﺎهﻮْا ﺪْ
ا بﻮ أ ْﻦ
ﻦْا ْﻦ ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ أ ﻦْا ْﻦ ﻦ ﺮ
لﺎ و ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاوﺎ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا نإ
ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ﺔﺛﺎ ﺛ مﺮ
نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ ﺮْﻬ رو .
38
Dari riwayat-riwayat hadis yang dikutip di atas, terlihat adanya perbedaan susunan redaksi tekstual dari hadis yang bersangkutan. Misalnya, matan-matan
hadis yang diriwayatkan oleh semua mukharrij di atas seperti al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad bin Hanbal dan al-Baihaqi. Hal itu memberi petunjuk bahwa
hadis yang menjadi objek penelitian telah diriwayatkan secara makna. Kemudian kegiatan i’tibar dilakukan untuk memperlihatkan seluruh jalur
sanad yang diteliti dengan jelas begitu juga dengan periwayatnya, dan metode periwayatannya. Karena itu untuk mempermudah proses kegiatan i’tibar, penulis
akan membuatkan skema untuk seluruh sanad bagi hadis yang menjadi objek penelitian.
Namun sebelum disusun dan dikemukakan skema sanadnya, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, agar skema mudah disusun dan
dipahami.
37
Abû ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz VII, Bairut : al- Maktabah Islami, 1978, , h. 307
38
Imâm al-Muhadditsîn al-Hâfiz al-Jalîl Abû Bakar Ahmad bin al-Husain bin ‘Ali al- Baihaqî, al-Sunan al-Kubra, Juz V, Beirut : Dar al-Fikr, tth, h. 165
1. Pada kedelapan sanad tertulis nama Ayyûb, namun maksudnya sama yaitu:
Ayyûb al-Sakhtiyanî. 2.
Di dalam semua riwayat tersebut nama Ibnu Sirrîn ditulis secara berbeda dengan nama Muhammad namun maksudnya sama, yaitu Muhammad bin
Sirrîn. Oleh karena itu nama Ibnu sirrîn akan ditulis lengkap di dalam skema. Selanjutnya perhatikan skema berikut:
3. Di dalam mukharrij bukhari terdapat empat riwayat hadis, tetapi dikarenakan
terdapat dua riwayat sanad hadis yang sama, oleh karena itu di dalam skema ditulis menjadi tiga riwayat dari sanad hadis yang diteliti.
ا ةﺮﻜ
Gambar ﱠنإ
نﺎ ﱠﺰﻟا ﺪﺘْ ا ْﺪ
ﺔ ْرأ ﺎﻬْ اﺮْﻬ ﺮ ﺎ ْا ﺔ ﱠﺴﻟا ضْرﺄْﻟاو تاﻮ ﱠﺴﻟا ﻪﱠﻟا مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ را
ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬﱠﻟا ﺮﻀ رو مﱠﺮ ْﻟاو ﺔﱠ ْﻟا وذو ةﺪْ ْﻟا وذ تﺎ ﻟاﻮﺘ ثﺎ مﺮﺣ نﺎ
ﻦ
ﻦ
ﻦ ةﺮﻜ ا ﻦ ا
ا ﺎ ﺮ ﺧ
ﻦ ﺎﻨﺛﺪ
ﻦ ﺎﻨﺛﺪ
ﺎﻨﺛﺪ ﺎﻨﺛﺪ
ﺎﻨﺛﺪ ﺎﻨﺛﺪ
ﺎﻨﺛ ﺎﻨﺛﺪ
ﺄ ا ﺎﻨﺛﺪ
ﺎﻨﺛﺪ ﺎﻨﺛﺪ ﺎﻨﺛﺪ
ﺄ ا
ﺄ ا
ﺮ ﺧا ا
ﺎ ﺘ ﺴﻟا بﻮ
بﺎهﻮﻟاﺪ ﺎ ا
دﺎ ﺣ
دﺪﺴ ﻮ ا
ا ﻦ ﺮﻜ ﺔ
ﻦ ﺪ ﻼ
ﺪ ﻦ ﷲاﺪ بﺎهﻮﻟا
ﻦ ﺪ ﻟ
ﻟا ﺎ ﻦ ﻦﺴ
ﺎ
ﻦ وﺮ ﻮ ا
ﷲاﺪ ﻮ ا ﻆ ﺎ ﻟا
ﻬ ﻟا دواد ﻮ ا
ﻦ ﺪ ﺣا
ﻢ ﺴ يرﺎ ﻟا
ﻦ ﺮ ﻦ ﺪ
Penelitian sanad
Memperhatikan skema seluruh sanad, terdapat lima mukharrij yang mencantumkan hadis yang dimaksud dalam kitab mereka melalui delapan jalur
sanad. Walaupun sanad milik semua mukharrij yakni, al-Bukhâri, Muslim, Abû Daud, Ahmad bin Hanbal dan al-Baihaqi memiliki kesamaan, yakni berakhir pada
Abû Bakrah namun berbeda pada tingkatan guru mereka berlima. Dari kedelapan jalur sanad yang ada, sanad yang dipilih untuk diteliti
dalam kegiatan ini adalah satu sanad, yaitu sanad Imam Ahmad bin Hanbal yang melalui Ismail. Pilihan tersebut dikarenakan atas alasan-alasan:
1. Musnad Ahmad bin Hanbal dipandang oleh jumhur ulama hadis sebagai kitab
yang berada dibawah standar kitab-kitab hadis lainnya, terutama Lima Kitab Hadis yang berstatus standar al-Kutub al-Khamsah.
2. Penulis sengaja melakukan penelitian terhadap sanad-sanad yang ada di dalam
sanad Ahmad bin Hanbal agar dapat terhindar dari anggapan-anggapan bahwa seluruh sanad Ahmad bin Hanbal untuk hadis yang menjadi objek penelitian
ini berkualitas da’if. 3.
Sanad yang ada pada Ahmad bin Hanbal jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sanad yang ada pada mukharrij yang lainnya.
Urutan nama periwayat hadis riwayat Ahmad bin Hanbal di atas adalah sebagai berikut :
1. Periwayat I : Abû Bakrah
2. Periwayat II : Ibnu Sirrîn
3. Periwayat III : Ayyûb al-Sakhtiyanî
4. Periwayat IV : Ismâ’il
5. Periwayat V : Ahmad bin Hanbal
Dalam kegiatan ini, kritik sanad naqd al-Sanad dimulai pada periwayat kelima yakni Ahmad bin Hanbal diikuti pada periwayat sebelum Ahmad dan
seterusnya sampai periwayat pertama. 1.
Ahmad bin Hanbal a.
Nama lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibanî Abû ‘Abdullah al-Marwazî al-Baghdadî.
39
b. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
Guru dari Ahmad bin Hanbal cukup banyak, antara lain Ismâ’il, Sufyan bin ‘Uyainah, Waki’, Yahya bin Sa’id al-Qattan, Yazid bin Harun,
‘Abdurrahman bin Mahdi, ‘Abdurrazzaq, Yahya bin Sa’id al-Amawî. Murid Ahmad bin Hanbal juga banyak, diantaranya adalah al-Bukhari,
Muslim, Abû Daud, asy-Syafi’i, dan dua putranya, ‘Abdullah dan Salih.
40
c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:
1 Ibnu Ma’in: Saya tidak melihat orang yang lebih baik
pengetahuannya di bidang hadis melebihi Ahmad.
39
Lihat Syihab ad-Din Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqalânî selanjutnya disebut sebagai al-Asqalani, Tahzîb at-Tahzîb, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, juz I, h. 62-63. Jamal ad-Din Abî Hajar
Yusuf al-Mizzi, Tahzib al-Kamal fi Asma’i ar-Rijâl, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, Juz I, h. 226 dan 249; Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Usman al-Zahabi, Beirut: Dar al-Fikr, tth. Juz
XI, h. 177; Abu al-Hasa ‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad al-Daruqutni, Zikr Asma al-Tabiin wa man Ba’dahum mimman Shahhat Riwayatuh ‘an al-Siqat ‘Ind al-Bukhari wa Muslim
, Mu’assasat al- Kutub al-Saqafiyat, Bairut, 1406 H = 1986 M, Juz I, h. 66
40
Jamal ad-Din Abî Hajar Yusuf al-Mizzi, Tahzib al-Kamal fi Asma’i ar-Rijâl, juz I, h. 226-235; al-Asqalani, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 62-63: Abû Muhammad ‘Abdurrahman bin Abî
Hâtim Muhammad bin Idrîs bin Munzir at-Tamimî ar-Razi selanjutnya disebut ar-Razi, Kitab al- Jarh wa at-Ta’dil
, Beirut: Dar al-Fikr, 1952, juz II, h. 68-69.
2 Al-Qattan: Tak ada orang yang datang kepada saya yang kebaikannya
melebihi Ahmad. Dia itu hiasan ummat di bidang pengetahuan Islam, khususnya hadis Nabi.
3 Asy-Syafi’i: Saya keluar dari Baghdad dan di belakang saya tidak ada
orang yang lebih paham tentang Islam, lebih zuhud, lebih wara’, dan lebih berilmu yang melebihi Ahmad bin Hanbal.
4 Ibnu Madini: Tidak seorang pun di antara sahabatku yang lebih hafiz
dari Ahmad. Sesungguhnya Allah telah menguatkan Islam dengan Abû Bakar as-Siddîq pada peristiwa ar-Riddah dan dengan Ahmad
bin Hanbal pada peristiwa al-Mihnah. 5
An-Nasa’i: Ahmad itu salah seorang ulama yang tsiqât ma’mûn. 6
Ibnu Hibban: Ahmad itu hafiz, mutqin, faqîh. 7
Ibnu Sa’ad: Ahmad itu tsiqât, sabt, sadûq.
41
Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Ahmad bin Hanbal. Pujian yang diberikan orang kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi dan
tertinggi. Dengan demikian, pernyataan Ahmad yang mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari Ismâ’il dengan metode al-sama’ dengan
lambang sana, dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Ahmad bin Hanbal dan Ismâ’il dalam keadaan muttasil bersambung.
41
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, hal. 65
2. Ismâ’il
a. Nama lengkapnya: Ismâ’il bin Ibrahim bin Miqsam al-Asadi Abu Bisr al-
Basri, yang dikenal dengan nama Ibnu ‘Ulayyah.
42
b. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
Guru dari Ismâ’il cukup banyak, antara lain Ayyûb, Ibnu ‘Aun, Abdul ‘Aziz bin Suhaib, ‘Asim al-Ahwal, Sulaiman at-Taimi, Humaid, Ma’mar,
Auf al-‘Arabi, Yunus bin ‘Ubaid. Murid Ismâ’il juga banyak, diantaranya adalah Ahmad bin Hanbal, Syu’bah, Ibnu Juraij, Himad bin zaid, Ibnu
Wahab, Syafi’i, Yahya, ‘Ali, Ishaq, dan Ibnu Abî syaibah.
43
c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:
1 ‘Ali bin al-Ju’di : Ismâ’il bin ‘Ulayyah rihânatul fuqahâ.
2 Yunus bin Bakîr : Ibnu ‘Ulayyah sayyidul Muhadditsîn.
3 Ibnu Mahdi : Ibnu ‘Ulayyah lebih terpercaya dibandingkan dengan
Hasyim. 4
Al-Qattân : Ibnu ‘Ulayyah lebih terpercaya dibandingkan dengan Wuhaib.
5 Ibnu Mahrûz : Ismâ’il itu tsiqah ma’ mûn, shadûq, wara’.
6 Qutaibah : Huffaz itu ada empat orang yakni Ismâ’il bin ‘Ulayyah,
‘Abdul Waras, Yazid bin Zurai’ dan Wuhaib. 7
Abû Daud : Tidak ada dari seorang muhadditsin kecuali sungguh dia telah salah kecuali Ismâ’il bin ‘Ulayyah.
42
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, hal. 290
43
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 290-291
8 An-Nasa’i : Ismâ’il itu tsiqah, tsabt.
44
Melihat pernyataan-pernyataan para kritikus hadis di atas dapat disimpulkan bahwasanya Ismâ’il bin ‘Ulayyah itu Tabi’in yang tsiqât dan dapat
dipercaya. Tidak ada dari seorang kritik hadispun yang mencelanya. Banyak puji- pujian yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataannya yang
mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari Ayyûb, dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti sanad antara Ismâ’il bin ‘Ulayyah dan Ayyûb
dalam keadaan bersambung. 3.
Ayyûb as-Sakhtiyanî a.
Nama lengkapnya : Ayyûb bin Abî Tamîmah Kisan as-Syakhtiyanî Abû Bakar al-Bisrî.
45
b. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis:
Guru dari Ayyûb cukup banyak, diantaranya adalah Muhammad bin Sirrîn, A’raj, ‘Ukrimah, ‘Amr bin Salmah, Humaid bin Hilal, Abî
Qilabah, Qasim bin Muhammad, Nafi’ bin ‘Asim, Hafsah binti Sirrîn. Murid Ayyûb juga banyak, diantaranya adalah Ibnu ‘Ulayyah, al-‘Amasy,
Qatadah, Sufyan, Syu’bah, Abdul Waras, Malik, Ibnu Ishaq dan Sa’id bin Abû ‘Urubah.
46
c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:
1 ‘Ali bin al-Madinî : Ayyûb mempunyai 800 hadis.
2 Ibnu ‘Ulayyah : Padanya terdapat 1000 hadis.
44
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 291
45
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 413
46
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 413
3 Abû al-Walid : Ayyûb adalah sayyidul fuqahâ.
4 Ibnu Khaisamah : Ayyûb tsiqah, dan dia lebih terpercaya dibanding
dengan Ibnu ‘Aun. 5
Ibnu Sa’ad : Ayyûb itu tsiqah, tsabit di dalam hadis, mempunyai banyak ilmu, banyak dijadikan tempat berhujjah dan adil.
6 Abu Hâtim : Dia lebih aku sukai dalam segala sesuatu hal dibanding
dengan Khalid. Dan dia itu tsiqah. 7
An-Nasa’i : Ayyûb tsiqah, tsabt.
47
Dari penelitian kritikus hadis ini, penulis berkesimpulan bahwa Ayyûb as- Sakhtiyanî itu seorang yang tsiqah, tsabt. Karena tidak ada dari seorang kritikus
hadispun yang mencelanya, justru menyanjungnya dan memberikan pujian kepadanya. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa dia telah
menerima hadis dari Muhammad bin Sirrîn itu dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti sanad antara Ayyûb dan Muhammad bin Sirrîn dalam keadaan
bersambung. 4.
Ibnu Sirrîn a.
Nama lengkapnya : Muhammad bin Sirrîn al-ansharî Abû Bakar bin Abî ‘Amrah al-Basrî .
48
b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis:
Guru dari Muhammad bin Sirrîn cukup banyak, diantaranya adalah Abû Bakrah, ‘Abdurrahman bin Abî Bakrah, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit,
Hasan bin ‘Ali, Jundub bin ‘Abdullah, Huzaifah bin al-Yamanî, Ibnu
47
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz I, h. 414
48
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VII, h. 200.
Umar, Abû Qatadah, Abû Hurairah, ‘Aisyah, Mu’awiyah. Murid Muhammad bin Sirrîn juga banyak diantaranya adalah Ayyûb, as-Sya’bi,
Tsabit, Khalid al-Haza’, Ibnu ‘Aun, Yunus bin ‘Ubaid, Qatadah, Malik bin Dinar dan Hisyam bin Hasan.
49
c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:
1 Ibnu Ma’in : Ibnu Sirrîn itu tsiqah.
2 Al-‘Ajli : Bisri, Tabi’in, tsiqah.
3 Ibnu Sa’ad : Ibnu Sirrin itu tsiqah, ma’mûn, mempunyai banyak ilmu,
seorang ahli fikih dan wara’. 4
Himad bin Zaid dari ‘Asim al-Ahwal : Saya tidak melihat seorangpun yang lebih faqih didalam kewara’annya dan yang lebih wara’ didalam
kefaqihannya dari Muhammad bin Sirrîn. 5
Ibnu Hibban : Muhammad bin Sirrîn adalah seorang penduduk Basrah yang wara’, seorang yang faqîh dan hâfiz.
50
Melihat pernyataan-pernyataan kritikus hadis di atas dapat disimpulkan bahwasnya Muhammad bin Sirrîn itu adalah seorang yang tsiqah dan juga wara’.
Tidak ada satupun para kritikus hadis yang mencelanya, dan mereka semua memujinya. Dengan demikian, pernyataan yang menyatakan bahwa Muhammad
bin Sirrîn menerima hadis dari Abî Bakrah itu dapat dipercaya kebenarannya. Dan itu berarti sanad antara Muhammad bin Sirrîn dan Abî Bakrah dalam keadaan
bersambung.
49
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VII, h. 200-201.
50
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VII, h. 201.
5. Abû Bakrah
a. Nama lengkapnya: Nufa’i bin Masruh, ia juga disebut dengan Nufa’i bin
al-Haris bin Kaladah bin ‘Amr bin ‘Alaj bin Abî Salmah bin Abdul ‘Uzza bin ‘Abdah bin Qais dari Bani Saqif.
51
b. Guru dan muridnya dalam periwayatan hadis:
Abî Bakrah banyak meriwayatkan hadis yang secara langsung didengarnya dari Rasulullah Saw., sedangkan murid-muridnya antara lain: anaknya
Ibnu Abî Bakrah, Ibnu Sirrîn, Hasan al-Basrî, ‘Abdurrahmân bin Jausyan dan lain-lain.
52
c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:
• Hasan al-Basrî berkata: Tidak ada seorang sahabat dari penduduk Basrah yang lebih utama daripada Imran bin Husain bin Abî Bakrah.
53
Dalam meriwayatkan hadis ini Abî Bakrah menyandarkan pada pendengarannya langsung as-sama’ dari Nabi Muhammad saw. Sedangkan
lambang periwayatan yang mengindikasikan sima’ adalah kata anna. Setelah sanad hadis yang disebut kedua ini diteliti dengan mukharrijnya
Ahmad bin Hanbal yang melalui Ismâ’il, ternyata seluruh periwayatnya bersifat tsiqah
adil dan dabt, dan sanadnya bersambung. Dengan demikian sanad hadis tersebut berkualitas sahih.
51
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VIII, h. 537
52
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VII, h. 537
53
Lihat, al-Asqalânî, Tahzîb at-Tahzîb, juz VII, h. 538
C. Kualitas Matan Tentang Asyhur al-Hurum