maudû ,
61
karena Nabi Saw., tidak mungkin menetapkan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, demikian pula terhadap ketentuan pokok agama,
seperti menyangkut aqidah dan ibadah. Kemudian Salah al-Dîn al-Adlabî di dalam kitabnya Manhaj Naqd al-
Matan , beliau mengambil jalan tengah dari dua pendapat di atas, ia mengatakan
bahwa kriteria kesahihan matan ada empat : 1 Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Quran. 2 Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat. 3 Tidak
bertentangan dengan akal sehat, indera, sejarah. 4 Susunan pernyataannya menunjukan ciri-ciri sabda kenabian.
62
Dalam melakukan penelitian terhadap matan ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan, seperti pendekatan dengan membandingkan hadis lain yang
masyhur dan juga dengan pendekatan al-Qur’an.
2. Kritik Matan Hadis Tentang Asyhur al-Hurum
Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama penting, meskipun dalam prakteknya penelitian
sanad didahulukan atas penelitian matan. Karena menurut ulama hadis, sebuah
hadis barulah dinyatakan berkualitas sahih sahîh li zatih apabila sanad dan matan
nya sama-sama berkualitas sahih.
63
Sedangkan yang menjadi unsur utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas sahih adalah terhindar dari
61
Abû Fajr Abd al-Rahmân bin Alî bin al-Jauzî, al-Maudûat, Beirut: Dâr al-Fikr, 1403 H1983 M, h. 106.
62
Salah al-Dîn bin Ahmad al-Adlabî, Manhaj Naqd al-Matan, h. 126.
63
Lebih lanjut lihat M. Syhuhudi Ismail, kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1995, h. 122-123.
syuzûz kejanggalan dan terhindar dari ‘illat cacat. Untuk itu penulis akan
melakukan penelitian ini dengan mengunakan metode penelitian matan hadis dari metode-metode matan hadis yang ada.
64
Adapun langkah-langkah kegiatan penelitian matan hadis yang penulis gunakan yakni: 1 meneliti matan dengan
melihat kualitas sanadnya, 2 meneliti susunan lafal matan yang semakna, dan 3 meneliti kandungan matan hadis.
1. Meneliti Matan Hadis dengan Melihat Kualitas Sanad
Suatu matan hadis tidaklah berarti apabila sanadnya diragukan dan bahkan tidak dipercaya. Dan dari hasil penelitian sanad hadis yang telah dilakukan,
jalur yang difokuskan dan diutamakan penulis yakni Ahmad bin Hanbal melalui Ismâ’il bin Ibrahim dan seluruh periwayatnya dalam keadaan
bersambung antara guru dan murid dan mereka semua bersifat tsiqah. Keshahihan sanad Ahmad bin Hanbal tersebut dapat mewakili sanad-sanad
dari para mukharrij lainnya. Dan dari kualitas sanad Ahmad bin Hanbal, telah memenuhi langkah pertama kritik matan untuk hadis yang bersangkutan yang
telah diteliti. 2.
Meneliti Susunan Lafal Matan yang Semakna Pada dasarnya perbedaan yang ada dalam redaksi matan dengan hadis
yang sejalur dengannya karena periwayatan secara makna yang menurut ulama hadis masih dapat ditoleransi kesahihannya, sepanjang tidak
bertentangan dan menyalahi kandungan makna hadis dari Rasulullah saw. Apakah karena pergantian lafal, perbedaan struktur, baik pengungkapannya
64
M. Syuhudi Ismail, kaedah Kesahihan Sanad Hadis, h. 121-122.
sempurna atau tidak, semuanya itu masih dapat diterima sebagai hadis atau sabda yang berasal dari Rasulullah.
Untuk memperjelas adanya perbedaan lafal yang dimaksud, berikut akan dikemukakan contoh perbedaan dari lafal hadis tersebut.
1 .
نإ ﺎ أ نﺎ ﺰ ا
ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ
مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ رو
65
2 .
ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا نإ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاوﺎ ا ﻪ ا
رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ﺔﺛﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا ﺮﻀ ﺮْﻬ
66
3 .
اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﺧ مْﻮ ﺔﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا ْﺪ نﺎ ﺰ ا رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ اﻮﺘ ﺔﺛﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ ﺎﻬْﻨ
ﺮﻀ نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ يﺬ ا
67
Pada ketiga matan di atas tampak adanya perbedaan lafal, tetapi perbedaan lafal itu tidak begitu menonjol, misalnya pada awal matan ada yang di awali
dengan kata ﻻا dan
نا bahkan langsung dengan kata نﺎ ﺰ ا . Kemudian di tengah- tengah kalimat seperti pengunaan kata
تﺎ اﻮﺘ ث ﺛ dan تﺎ اﻮﺘ ﺔﺛ ﺛ . Dan di akhir
kalimat ada yang memakai kata ﺮﻬ dan tidak, yakni نﺎ و دﺎ ﻦ ىﺬ اﺮﻀ رو
dan نﺎ و دﺎ ﻦ ىﺬ اﺮﻀ ﺮﻬ رو . Dengan demikian, apabila ditempuh metode
muqaranat terhadap perbedaan lafal pada berbagai matan yang semakna, maka
dapat dinyatakan bahwa perbedaaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi. Pernyataan dapat ditoleransi didasarkan atas alasan bahwa di antara sanad-sanad
dari hadis di atas sama-sama sahih.
65
Matan hadis seperti ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal
66
Matan hadis seperti ini diriwayatkan oleh Muslim dan al-Baihaqî
67
Matan hadis seperti ini diriwayatkan oleh al-Bukhârî dan Abû Daud
3. Meneliti Kandungan Matan Hadis
Adapun yang dianggap penting diperhatikan terhadap kandungan matan hadis adalah matan hadis yang sejalan atau tidak bertentangan dan yang
bertentangan. Namun dalam hadis di atas, setelah diteliti, kandungan matan
nya dapat dipertanggung jawabkan, karena hadis-hadis yang serupa juga banyak terdapat didalam kitab hadis. Seperti hadis yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari:
1 .
ﻦْا ْﻦ ﺪ ْﻦ بﻮ أ ْﻦ ﺪْز ﻦْ دﺎ ﺎﻨﺛﺪ بﺎهﻮْا ﺪْ ﻦْ ﻪ ا ﺪْ ﺎﻨﺛﺪ
أ نإ لﺎ و ﻪْ ﻪ ا ﻰ ﺻ ﻨ ا ْﻦ ةﺮْﻜ أ ْﻦ ةﺮْﻜ
نﺎ ﺰ ا ْﺪ
ﺎﻬْﻨ اﺮْﻬ ﺮ ﺎﻨْﺛا ﺔﻨ ا ضْرﺄْاو تاﻮ ا ﻪ ا ﺧ مْﻮ ﻪﺘﺌْﻬآ راﺪﺘْ ا اﻮﺘ ثﺎ ﺛ مﺮ ﺔ ْرأ
يﺬ ا ﺮﻀ رو مﺮ ْاو ﺔ ْا وذو ةﺪْ ْا وذ تﺎ نﺎ ْ و ىدﺎ ﻦْ
.
68
Hadis dari al-Bukhari ini tidak diragukan lagi kesahihannya dan telah memenuhi syarat untuk dilakukukan kegiatan muqaranat perbandingan dengan
kandungan matan hadis riwayat Ahmad bin Hanbal yang diteliti. Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal mengandung petunjuk tentang
keharaman empat bulan yang mana telah dijelaskan di dalam hadis. Dengan demikian, kandungan pernyataan kedua matan hadis tersebut sejalan, karena tidak
ada perbedaan yang mencolok pada kedua matan hadis tersebut. Jadi, dengan menggunakan metode muqaranat perbandingan, telah dapat
diketahui dan dipertanggung jawabkan kesahihan matan hadis yang diteliti. Adapun muqaranat hadis tersebut dengan al-Qur’an, pada dasarnya tidak
ada yang bertentangan dengan al-Qur’an, hanya saja di dalam al-Qur’an tidak
68
al-Bukhârî, al-Jami’ as- Sahîh Sahîh Bukhârî, Beirut: Dar al-Fikr, 1994 Juz II, h. 987
disebutkan nama bulan dari keempat bulan tersebut yakni berdasarkan surat at- Taubah: 36 yang berbunyi
:
نا ةﺪ
رﻮﻬ ا ﷲاﺪﻨ
ﺎﻨﺛا ﺮ
اﺮﻬ بﺎﺘآ
ﷲا مﻮ
ﺧ تاﻮ ا
ضرﻷاو ﺎﻬﻨ
ﺔ را مﺮ
ﻚ اذ ﻦ ﺪ ا
ا .....
.
69
dalam hal ini, menurut al-Bukhari, sebab dari turunnya ayat ini adalah karena orang-orang
jahiliyah dimasa dahulu banyak yang memutar balikan bulan haram tersebut yang mana telah ditetapkan pada masa itu, untuk itu turunlah ayat ini. Ayat di atas
menerangkan bahwa Allah menegaskan kembali kepada mereka yang telah menghalalkan bulan haram ini untuk berperang, supaya tidak berperang pada
bulan haram ini. Dan itu sudah merupakan ketetapan Allah yang kekal. Dan hal itu merupakan dosa yang amat besar di sisi Allah
.
Kemudian ayat tersebut dipertegas dengan Firman Allah surat al-Baqarah: 217 yang berbunyi :
⌧ …….
“Mereka bertanya tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:’ Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar…’” QS. Al Baqarah:217.
70
Ayat di atas menerangkan bahwa kita tidak boleh berperang di dalam bulan haram tersebut muharram, rajab, zulqa’dah dan zulhijjah. Karena hal itu
merupakan perbuatan dosa besar dan dilarang oleh Allah. Dengan alasan-alasan di atas, maka telah memenuhi syarat apabila matan
hadis riwayat Ahmad bin Hanbal dinyatakan terhindar dari syuzûz kejanggalan
69
Artinya: ” Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus……”
70
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, h. 52.
dan ‘illat cacat. Itu berarti pula bahwa kaidah kesahîhan matan telah terpenuhi. Jadi kesimpulannya, matan hadis riwayat Ahmad bin Hanbal yang diteliti
berkualitas sahih. Mengingat sanad hadis yang bersangkutan juga berkualitas sahih, maka dengan demikian, hadis tersebut berkualitas sahih.
D. Analisa