yang memanjatkan doa dihadapan dewa utama atau Kongco Kwan Sing Tee koen, dengan mengocok lidi pue
67
yang telah diberi angka-angka, sambil mengucapkan keinginannya dalam hati. Ritual ini telah menjadi keyakinan warga Tionghoa yang
terbentuk sejak lama. Umat Tri Dharma berpendapat bahwa aura patung dari kongco Kwan Sing Tee Koen
68
dapat memberi berkah kehidupan bagi mereka yang meyakininya.
Nuansa mistis begitu terasa di ruangan Khusus dalam klenteng, dimana patung dewa utama atau kongconya ditempatkan. Dalam ruangan tersebut suasananya
begitu hening seoalah tanpa suara. Pengunjung yang meminta sesuatu kepada sang dewa utama, dengan tujuan terkabul permintaannya, seperti perlindungan dari mara
bahaya, jodoh, pekerjaan dan lain-lain. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Johan, Sarjono dan Wijayanto, mereka datang bersembahyang ke klenteng Kwan
Sing Bio untuk meminta berdoa agar dalam pekerjaanya jabatanya segera dinaikkan.
69
Sepintas patung-patung yang terletak dalam klenteng Kwan Sing Bio hanyalah sebuah benda mati yang tidak berarti, namun hal itu tidaklah demikian bagi
warga Tionghoa. Patung-patung yang berada tersebut adalah sebagai manifestasi dari para dewa dan Shen roh suci yang menempati klenteng Kwan Sing Bio. Karena,
dengan demikian warga Tionghoa yang melakukan ibadah di klenteng Kwan Sing
67
Lidi Pue yaitu terbuat dari bamboo yang di belah, bentuknya hampir mirip dengan tusuk sate yang di taruh dalam tempat semacam botol terbuka yang terbuat dari bambu.
68
Kongco Kwan Sing Tee Koen adalah nama dari dewa yang dianggap sebagai penunggu klenteng tersebut.
69
Mereka adalah pengunjung yang datang dari kota Bojonegoro, kota yang terletak di sebelah barat dari wilayah Tuban.Wawancara dilakukan pada tanggal 25 mei 2008.
Bio seolah-olah dapat merasakan secara langsung kehadiran dari dewa yang mereka sembah. Sehingga dengan demikian, mereka merasa yakin bahwa doa yang
dipanjatkan akan langsung didengarkan oleh dewa yang dimaksud, dengan harapan doa yang dipanjatkan tadi akan terkabulkan.
1. Tata Cara Upacara Sembahyang Dalam Klenteng Kwan Sing Bio
Karena dalam klenteng Kwan Sing Bio mengandung tiga unsur kepercayaan Taois, Konfusianisme, maupun Budhis. maka, untuk menghormati ketiganya
ditaruhlah ketiga patung nabi dari ketiga umat kepercayaan tersebut. Adapun tata cara upacara persembahyangan yang dilakukan dalam klenteng Kwan Sing Bio tersebut,
bagi umat Tri Dharma yang akan melaksakan sembahyang di Klenteng Kwan Sing Bio, maka langkah-langkah yang harus di lakukan yaitu :
1. Pengunjung mengambil Hio berbentuk seperti lidi, namun terdapat serbuk
yang melekat dan menimbulkan bau harum ketika dibakar kemudian dibakar sambil menghadap ke altar utama atau kearah langit.
2. Pengunjung melakukan persembahyangan kepada Sien Bing.
3. Lalu pengunjung menyembahsembahyang kepada dua 2 patung malaikat
penjaga pintu. 4.
Pengunjung atau umat Tri Dharma menyembah Kong Co Kwan Sing Tee Koen sebagai dewa utama dalam klenteng Kwan Sing Bio.
5. Setelah umat melakukan persembahyangan kepada Kong Co Kwan Sing Tee
Koen, lalu sembahyang ke patung dewa pengapit Tjiu Djong dan Kong Co Kwan Ping yang berada di sebelah kanan Kwan Sing Tee Koen.
6. Sembahyangan di patung Ma Sin.
7. Sembahyang kepada Hauw Sin.
8. Setelah semuanya berahir, pengunjung atau umat melakukan sembahyang di
tempat altar suci Tri Nabi yang berada di sebelah kiri bangunan, yaitu Nabi Lau Tze di bagian kiri, Budha sakyamuni di bagian tengah , nabi Khong
Cu dibagian paling kanan .
Setelah selesai melakukan sembahyang, mereka menancapkan Hio pada tempatnya masing-masing, yang dimulai dari urutan yang pertama hingga terahir
yang ke delapan yaitu altar suci Tri Nabi yang letaknya berada di luar gedung bangunan Klenteng di sebelah kiri.
Menghormat dengan KWI
70
, yaitu penghormatan atau persembahyangan dengan cara berlutut dan sebagainya, adapun cara-cara melakukan KWI yaitu
71
a. Mula-mula berdiri tegak lurus dan melakukan TING LEE
72
, lalu kaki kiri dimajukan selangkah kaki kanan ditekuk sampai lututnya menyentuh lantai,
dengan sendirinya lutut kiri akan ikut menekuk. Tapak tangan diletakkan di atas lutut kiri.
b. Tapak tangan kembali ke sikap PAU THAI KIK PAT TIK tapak tangan kanan
digenggam dan ditutup dengan tangan kiri, kaki kiri ditarik ke belakang disejajarkan dengan kaki kanan, paha dan punggung tegak lurus, ini disebut
sikap KWI PING SIEN.
70
Ini adalah cara memberi hormat dengan pernyataan kerendahan hati, hal ini dianggap lebih sopan daripada merangkapkan tangan atau membongkok.
71
Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu , penrbit Matakin. 1975.
Hal.24.
72
Tinglee adalah menjunjung tangan, jika di hadapan altar Tuhan, Nabi atau para suci dilakukan 3x Tinglee
c. Selanjutnya setelah melakukan Ting Le Iep, tangan diletakkan di lantai atau
PAI TIAM membentuk segi tiga, badan membongkok,kepala ditundukkan
sampai menyentuh tanganlantai PAI TIAM. Hal ini disebut KHAU SIU.
II. Urutan Persembahyangan Dalam Klenteng Kwan Sing Bio
Bagi umat Tri Dharma yang akan melaksakan sembahyang di Klenteng Kwan Sing Bio, maka langkah-langkah yang harus di lakukan yaitu :
9. Pengunjung mengambil Hio kemudian dibakar sambil menghadap ke altar
utama atau kearah langit. 10.
Pengunjung melakukan persembahyangan kepada Sien Bing. 11.
Lalu pengunjung menyembahsembahyang kepada dua 2 patung malaikat penjaga pintu.
12. Pengunjung atau umat Tri Dharma menyembah Kong Co Kwan Sing Tee
Koen sebagai dewa utama dalam klenteng Kwan Sing Bio. 13.
Setelah umat melakukan persembahyangan kepada Kong Co Kwan Sing Tee Koen, lalu sembahyang ke patung dewa pengapit Tjiu Djong dan Kong Co
Kwan Ping yang berada di sebelah kanan Kwan Sing Tee Koen. 14.
Persembahyangan kepada Ma Sin. 15.
Sembahyang kepada Hauw Sin. 16.
Setelah semuanya berahir, pengunjung atau umat melakukan sembahyang di tempat altar suci Tri Nabi yang berada di sebelah kiri bangunan, yaitu Nabi
Lau Tze di bagian kiri, Budha sakyamuni di bagian tengah , nabi Khong Cu dibagian paling kanan .
Setelah sembahyang
di altar
Tri Nabi,
maka dianggap
selesai persembahyangannya, karena altar ini dianggap sebagai altar terahir yang harus
disembahyangi.
III. Faktor Yang Mempengaruhi Keberagamaan
Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui keberagamaan yaitu, Intern dan ekstern, sedangkan yang dimaksud dengan faktor intern yaitu
tingkatan usia, kepribadian dan kondisi jiwa. Faktor ekstern secara garis besar dapat dinilai dengan lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal. Maka, dengan
mengacu pada pendapat Blok dan Stark, bahwa untuk melihat tingkat religiusitas seseorang atau kelompok, kita dapat melihat dengan menggunakan beberapa dimensi
yaitu: Ritual, keyakinan, intelektual pengetahuan, pengalaman penghayatan dan konsekuensi
73
. Di samping beberapa dimensi tersebut ada beberapa faktor eksternal yang dinilai dapat mempengaruhi keberagamaan seseorang, faktor tersebut antara lain
:
a. Ekonomi
Peningakatan perekonomian dari masa ke masa bisa dibilang mengalami peningkatan meski tidak menjadi hal yang utama, seperti dengan adanya klenteng
yang mengadakan perbaikan dan pembuatan gedung bangunan dan lain-lain. Hal ini tentu akan memberi pemasukan tersendiri terhadap warga yang mempunyai keahlian
dalam bidang bangunan, baik itu hanya berupa perbaikan-perbaikan maupun yang lain.
Nilai ekonomi yang lain dapat terlihat dengan adanya kios-kios kecil yang terdapat di lingkungan klenteng yang diperuntukkan bagi anggota klenteng yang tidak
mampu, yang dipergunakan untuk berdagang berbagai macam makanan maupun
73
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada. 2004, cet, ke 8, hal 213.
minuman. Menurut Jali salah seorang pedagang yang mangkal di sekitar klenteng, di samping bisa berjualan ia juga dapat melaksanakan sembahyang setiap di klenteng.
b. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, klenteng Kwan Sing Bio belum begitu terlihat, namun bukan berarti bahwa mereka tidak perduli terhadap dunia pendidikan. Sebagai
bukti yaitu, telah diadakannya les bahasa mandarin yang telah berjalan tiga periode dalam kepengurusan
74
. Bagi mereka meski orang tua hanya mengenyam dunia pendidikan sampai tingkat SMA, hal ini jangan sampai terjadi terhadap anak-anaknya
seperti misal bapak Yudi, yang berprofesi sebagai penjual alat-alat elektronik dan ibu Wendy yang membuka usaha rumah makan, bagi dia pendidikan anak harus sampai
jenjang S1 bahkan S2 jika memungkinkan, ujar beliau yang saat ini anak pertamanya telah menyelesaikan S1 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
c. Sosial
Baik pihak klenteng sendiri maupun anggotanya, ibadah tidak hanya dalam segi ritual saja, akan tetapi bagi mereka ibadah juga berupa hal-hal yang bersifat
kemanusiaan. Sehingga untuk melakukan peribadatan semacam ini tidaklah harus terhadap anggota jamaah klenteng saja, bahkan di luar itu baik muslim atau
nonmuslim seperti contoh kegiatan sosial baik berupa pembagian sembako ataupun yang lainnya ujar Nurdin Iskandar.
74
Maksudnya bahwa, dalam setiap masa jabatan pengurus adalah tiga tahun.
Kepedulian mereka tidak hanya terhadap sesama jamaah Tri Dharma, menurut Iskandar dalam hal tolong menolong bukan semata-semata karena yang
harus ditolong adalah karena mereka satu anggota atau seiman Tri Dharma, karena dalam setiap ajaran Tri Dharma di kenal dengan adanya rasa solidaritas yang tinggi
75
. Ajaran Budha dikenal dengan ajaran Sila, sila adalah ajaran mengenai kesusilaan
yang didasarkan pada cinta kasih dan belas kasih kepada semua makhluk tanpa pandang bulu.
76
Demikian juga dalam agama Konfusius selalu menekankan bagaimana perasaan perkawanan atau timbal balik, artinya jika kita berbuat baik
maka kita akan mendapatkan kebaikan dan jika kita berbuat jahat maka akan mendapatkan buah dari kejahatan itu sendiri serta penanaman rasa simpati dan
kerjasama.
77
Bagi umat Tri Dharma di Klenteng Kwan Sing Bio yang kurang mampu dalam segi perekonomian, maka pihak klenteng memfasilitasi sebuah tempat usaha
atau kios kecil yang terletak di lingkungan Klenteng. Fasilitas ini tidak hanya dinikmati oleh warga Tionghoa saja, tetapi warga pribumipun yang menganut ajaran
Tri Dharma juga dapat menikamati fasilitas tersebut sebagaimana bapak Priyono yang berjualan aneka minuman dan makanan ringan. Tempat yang dimaksud letaknya
berada di jalur menuju area tempat parkir pengunjung klenteng yang berjajar rapi, warung-warung tersebut diisi oleh mereka dengan berbagai macam barang dagangan,
75
Wawancara dengan Nurdin Iskandar 20 mei 2008.
76
Lihat dalam kata pengantar H.A. Mukti Ali, pengantar, Agama-agama di Dunia, Yogyakarata IAIN Sunan Kali Jaga Press. 1988 hal. 127.
77
Agama-agama Di dunia. Hal 221
mulai dari buah-buahan, minuman ringan, serta makanan ringan, dengan demikian kesejahteraan umat klenteng akan terjamin. Paling tidak mereka mau melakukan
sebuah usaha yang akan membuahkan hasil dan mereka tidak lagi menjadi orang yang hanya menerima bantuan saja.
Kegiatan sosial tidak hanya dilakukan terhadap anggota-anggota mereka saja, karena hal itu juga dilaksanakan oleh mereka ketika sedang terjadi musibah banjir di
beberapa wilayah Tuban beberapa waktu yang lalu. Dengan memberikan bantuan berupa pembagian sembako dan lain sebagainya, ini sebagai bukti bahwa mereka
adalah orang yang mengamalkan ajaran agamanya untuk saling membantu dan berbelaskasih terhadap sesama. Umat Tri Dharma berpendapat bahwa ibadah tidak
hanya melakukan persembahyangan-persembahyangan saja. Sedangkan untuk agenda kegiatan sosial pihak klenteng tidak pernah mengagendakan secara husus, mereka
berpendapat bahwa kegiatan sosial akan dilakukan jika masyarakat dirasa benar- benar memang membutuhkan bantuan, bantuan yang sifatnya kemanusiaan ini
tentunya untuk semua orang yang membutuhkan baik itu warga Tinghoa Anggota Tri Dharma maupun tidak, sebagaimana contoh pemberian sembako pada
masyarakat korban banjir beberapa waktu yang lalu di wilayah kabupaten Tuban.
C. Keberagamaan
Agama adalah sebagai sebuah sistem yang mengatur kehidupan manusia. Hal ini senada dengan pendapat Geertz bahwa agama adalah alat yang dapat digunakan
untuk memahami aspek kehidupan manusia.
78
Agama juga dapat memberi arti kehidupan bagi individu maupun kelompok, harapan mengenai keabadian hidup
setelah mati, sebagai sarana manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan yang penuh penderitaan mencapai kehidupan yang penuh spiritual. Selain itu agama dapat
juga untuk memperkuat dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan masyarakat.
Yang dimaksud dengan keberagamaan warga Tionghoa adalah bagaimana kehidupan yang menggambarkan pelaksanaan ajaran agama yang terlihat dalam sikap
dan perilaku. Selain itu, bagaimana agama dapat menjadi kontrol sosial terhadap kehidupan, serta sebagai pengawas sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran
agama itu sendiri. Karena, walau bagaimanapun agama dapat memberi aspek kehidupan bagi para pemeluknya.
Menurut bapak Yudi, agama itu adalah kontrol terhadap diri kita, mengatur bagaimana kita berperilaku terhadap sesama. karena dengan agama kita merasa
mendapatkan sebuah ketentraman spiritual.
79
Karena agama selalu mengajarkan terhadap kita mengenai hal kebaikan bukan mengajarkan kepada hal keburukan,
karena itu jika kita dapat mengamalkannya sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah diberikan oleh agama melalui doktrin-doktrin keagamaan yang berada dalam kitab
suci, maka kita akan menjadi orang yang selamat.
78
Lihat dalam Daniel L.Pas,. Seven Theories of Religion. Dari Animisme E.B.Taylor, Materialisme Karl Mark hingga Antrolopogi Budaya C.Geertz
. Yogyakarta: Qalam, 2002, h.397.
79
Wawancara dengan bapak Yudi. Pada tanggal 15 mei 2008.