Bab III Gambaran umum kota Tuban
A. Letak geografis kota Tuban
Tuban adalah sebagai wilayah yang bervariatif hal ini dimulai dengan daerah dataran genangan air pantai, genaganan aliran sungai, bengawan Solo, dan perbukitan
gunung kapur, selain itu Tuban termasuk daerah yang beriklim tropis. Wilayah perbukitan di Tuban dengan curah hujan yang rendah inilah yang membuat daerah ini
sulit untuk mengembangkan sektor pertanian sehingga untuk wilayah perbukitan atau yang juga termasuk tanah berkapur dengan tingkat kesuburan yang rendah.
42
Tuban provinsi Jawa Timur adalah termasuk wilayah pada jalur pantura pantai utara Jawa antar Surabaya-Jakarta, wilayah Tuban sendiri berada pada posisi
koordinat batas wilayah antara : Sebelah utara
: Laut Jawa Sebelah Timur
: kabupaten Lamongan Sebelah Selatan
: Kabupaten Bojonegoro Sebelah Barat
: Kabupaten Rembang dan Blora Jawa Tengah Jarak antara Tuban dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur Sekitar 103 km atau
jarak tempuh satu hingga dua jam. Secara administratif Tuban di bagi menjadi 20
42
Edi Sedyawati dkk, Tuban: Kota Pelabuhan Di Jalan Sutra, Jakarta Depdikbud, h.16
kecamatan dengan 328 desa atau kelurahan, dengan luas wilayah sekitar 183.994.562 hektare untuk wilayah lautan seluas 22.608 km.
43
Jalur pantura yang terletak di kota Tuban, dan yang menghubungkan antara pulau Jawa dengan ibu kota Jakarta mempunyai sejarah tersendiri tentang
kedatangan orang-orang Tionghoa ke Indonesia, di mana kota Tuban dulunya adalah termasuk salah satu pelabuhan yang seringkali di singgahi oleh para pedagang
khususnya pedagang dari Tionghoa, di samping itu kota Tuban yang terletak di pantai utara Jawa Timur itu telah mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke
waktu. Tuban mulai dikenal dalam sumber-sumber tertulis yang dimulai pada masa Hindu Buddha pada masa kerajaan Majapahit dan Ranggalawe sebagai adipati Tuban
yang ke dua pada waktu itu, hingga sampai pada perkembangan Islam di Jawa
44
. Datangnya Islam di Tuban dapat diindikasikan dengan adanya salah satu makam wali
songo di kota tersebut, yaitu makam Sunan Bonang yang terletak di dekat alun-alun dan beberapa catatan sejarah lainya seperti penemuan-penemuan bukti tertulis berupa
prasasti yang dikenal dengan sebutan kambangputih yang di duga berasal dari tahun
1052 M, prasasti kedua berupa prasasti malenga
45
.
Kota Tuban sebagai salah satu daerah yang didatangi oleh pedagang dari berbagai negara termasuk bangsa Tionghoa sebelum kedatangan bangsa-bangsa
penjajah, dengan ditemukan prasasti-prasasti dan alun-alun yang menjadi identitas kota dibeberapa daerah di Jawa Timur. Sebagai salah satu bukti sejarah, bahwa kota
43
Selayang pandang kabupaten Tuban.
44
Edi Sedyawati dkk, h 2
45
Edi Sedyawati dkk, h.6
Tuban telah ada sejak zaman kerajaan majapahit dan Ranggalawe sebagai adipatinya sebelum akhirnya diserang dan dihancurkan oleh kerajaan Mataram. Peran alun-alun
sebagai identitas kota Tuban sangatlah penting dalam pembentukan tata ruang kota, karena hal ini dapat di gambarkan dengan adanya pengaruh kerajaan Hindu dengan
adanya alun-alun serta kantor bupatinya, pengaruh perdagangan Asia dilihat dengan adanya bangunan Klenteng, pasar, dan kampung pecinan.
46
Dulunya kampung ini terletak di dekat alun-alun, serta adanya pengaruh kedatangan Islam dapat dilihat
dengan keberadaanya makam Sunan Bonang, bangunan masjid agung Kota Tuban, serta kantor birokrasi yang semuanya berada di sekitar alun-alun Tuban.
1. Struktur Perkotaan Dalam kota Tuban.
Kota adalah dapat dipandang sebagai pusat terjadinya sebuah urbanisasai dan modernisasi, karena kota dianggap sebagai sebuah tempat yang sangat cepat untuk
menyerap sebuah perubahan-perubahan yang terjadi, di samping itu kota adalah sebagai pusat yang menstimulasai serta yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan
yang disyaratkan untuk tinggal landas ke tempat yang lebih luas, karena ciri umum kota adalah penduduknya mayoritas berpenghasilan non Agraris
47
. Sedangkan menurut Bintarto dalam buku Sosiologi Kota Untuk Arsitek 2007.
kota adalah suatu sistem jaringan antara kehidupan manusia dan tingkat kepadatan
46
Istilah pecianan saat ini sudah tidak ada lagi, karena sudah membaurnya warga pribumi dan non pribumi atau keturunan Cina.
47
Hans-Dieter Evers, Sosiologi perkotaan, Jakarta , LP3ES, 1986 hal.49
penduduk serta kehidupan yang heterogen dengan berbagai coraknya yang ditandai dengan kehidupan yang materialilstis,
48
atau dapat juga diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan sebagai unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala
pemusatan penduduk yang semakin besar dengan corak penduduk yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah yang berada di belakangnya
atau pinggiran. Hal inilah yang dapat membuat masyarakat di tuntut untuk berpikir secara kreatif guna untuk mendapatkan kesibukan yang dapat menghasilakan uang.
Kehidupan di perkotaan tentunya berbeda dengan kehidupan di pedesaan yang biasanya cukup hanya dengan mendengar radio, menonton televisi, dan jika
menginginkan untuk berbelanja kadang mereka harus berjalan jauh atau meski naik kendaraan umum pun tidak banyak terfasilitasi dengan adanya kendaraan tersebut.
Berbeda dengan di perkotaan, seseorang akan dengan sangat mudah mendapatkan suatu hiburan tempat perbelanjan, gedung bioskop dan akses kendaraan umum yang
begitu banyak dan mudah. Unsur-unsur perkotaan yang membentuk dalam pembangunan identitas
perkotaan dalam kota Tuban sejak abad 19 hingga sekarang di antaranya yaitu,
49
1. Alun-alun yang letaknya berada di tengah-tengah kota dan sebagai ruang
luar utama kota dan sekaligus sebagai ciri khas kota Tuban dan beberapa kota di Jawa Timur.
48
Drs. Paulus Hariano, M.T. , Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2007. h.14
49
http:puslit.petra.ac.id~puslitjournals , Samuel Hartono, Dimensi Teknik Arsitektur Vol
3.no.1.Desember 2005. hal. 136
2. Bangunan pusat administrasi pemerintahan atau kantor Bupati, biasanya
kantor-kantor Bupati pantai utara dihadapkan ke laut yang terletak di sebelah selatan alun-alun .
3. Bangunan pusat administrasi pemerintahan atau kantor bupati, biasanya
kantor-kantor bupati pantai utara dihadapkan ke laut yang terletak di sebelah selatan alun-alun .
4. Pusat perpolitikan.
5. Tempat pusat perdagangan atau pasar yang tidak jauh dari pusat kota tersebut.
6. Daerah pecinan yang letaknya berada di sebelah utara alun-alun dengan di
tandai sebuah tempat ibadah atau Klenteng Tjoe Liong Kiong. Yang berada di Jl,Panglima Sudirman 104 Tuban.
Beberapa hal tersebut dapat dikatakan sebagai pembentuk identitas di kota Tuban. Karena tempat-tempat tersebut mempunyai sejarah tersendiri terhadap awal
mula bagi terbentuknya kota Tuban. Sebuah kota tanpa adanya bukti sejarah, maka kita tidak akan tahu bagaimana asal usul terbentuknya kota tersebut, sehingga
menjadi sebuah perkotaan. Sebagaimana Boom
50
yang menjorok ke dalam arah pantai tempat ini letaknya tak jauh dari alun-alun dan berjarak kurang lebih hanya
50
Nama Boom adalah tempat yang menjorok ke arah lautan agar mempermudah kapal-kapal untuk membuang sauhnya dan menyandarkan kapal-kapal tersebut. letak boom yang dulunya adalah
sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal para saudagar dari Tionghoa dan bangsa-bangsa lain, namun seiring perjalanan waktu tempat tersebut mengalami pendangkalan hingga akhirnya tongkang atau
kapal-kapal besar tidak dapat berlabuh di tempat tersebut, dan sebagai antisipasi maka para saudagar yang datang dari luar negara asing pun mengambil langkah untuk memindahkan tempat pelabuhan ke
daerah lain, dan hal itu tinggal kenangan.
50-an meter saja. Tempat ini dulunya adalah sebagai tempat bersandarnya kapal- kapal para saudagar dari berbagai bangsa, namun sekarang kondisinya amat
mengenaskan karena terkikis oleh ombak laut.
2. Sejarah kota Tuban
Dalam catatan berita Cina yang ditulis oleh Chau Ju kua mengenai negeri- negeri yang mengirimkan duta serta dengan membawa barang-barang baik itu
sebagai upeti atau sebagai hadiah kepada raja Cina sudah terjadi sejak abad ke 5. Termasuk Indonesia sendiri yang seringkali mengirimkan utusan ke negeri Cina
dengan membawa rempah-rempah dan barang-barang lain, seperti gading gajah, binatang langka, dan hasil bumi. Sumber berita Cina yang ditulis oleh Chao Ju kua
tentang negera-negara yang mengirimkan dutanya bersamaan dengan barang bawaan masing-masing. Negeri Indonesia yang mulai menjalin hubungan dengan negeri Cina
terjadi pada masa dinasti Tang pada tahun 1004-1022. di situ dikatakan, bahwa kerajaan Sriwijaya mengirimkan utusan dengan sejumlah barang bawaan sebagai
hadiah untuk raja negeri Cina.
51
3. Pemberian nama Tuban
51
Yusmaini Eriawati, Distribusi Barang Melalui Asia Yang Berlatar Politis dalam Berkala Arkeologi
, Edisi Khusus Yogyakarta : Balai Arkeologi Yogyakarta. 1994 hal. 156
berdasarkan legenda-legenda.
52
1. Metu Banyu
Istilah potongan kata bahasa Jawa yaitu metu banyu me tu ban yu yang artinya keluar airnya. Pada waktu itu sesuai dengan petunjuk yang didapat Raden
Dandang Wacana untuk membuka hutan Papringan untuk dijadikan sebuah negara dan pada waktu pembukaan hutan itulah muncul sumber air yang amat sejuk sehingga
dengan spontanitas Raden Ariyo Dandang Wacana mengatakan Tuban metu banyu dan akhirnya beliau menamakannya Tuban
Raden Ariyo Dandang Wacana adalah putra dari Raden Ariyo Dandang Miring sekitar tahun 1052 yang suka melakukan semedi atau tapa brata. Dalam tapa
brata itu, beliau mendapat ilham wangsit bahwa tidak perbolehkan melanjutkan pemerintahan ayahandanya yang menjadi penguasa di daerah Gumenggeng
sekarang Gumeng kecamatan Rengel. Pesan dalam wasiatnya yaitu, jika ingin cita- citanya yang mulia dan luhur terlaksana maka, ia harus membuka hutan papringan.
Dan setelah ayahandanya wafat beliau melaksanakan wasiat tersebut dengan membuka hutan papringan yang membentang dari perbukitan hingga daerah pantai
utara pulau Jawa. Ahirnya daerah tersebut di beri nama Tuban, karena terdapat sumber mata airnya dan kemudian beliau adalah sebagai bupati yang pertama di kota
tersebut.
52
Hari Jadi kota Tuban, Dikbud 1985 hal.14-15
2. Watu Tiban.
Watu Tiban adalah sebuah batu milik kerajaan majapahit, yang pada waktu itu membawa semua harta kekayaanya ke Demak dan salah satunya adalah pusaka
kerajaan yang berbentuk batu lingga yoni yang mana batu tersebut terjatuh di suatu tempat dan kemudian nama tempat jatuhnya batu pusaka tersebut dinamakan Tuban,
dengan demikian nama Tuban berasal dari kata Wa tu Ti ban.
3. Tubo
Akan tetapi ada yang mengatakan bahwa Tuban berasal dari kata Tubo yaitu sebuah tanaman yang dapat digunakan untuk membuat racun, hal ini dapat ditemui di sebelah
barata kota Tuban yang barnama Jenu dimana antara Tubo dan Jenu mempunyai kesamaan arti, sedangklan Jenu sendiri adalah daerah pesisir yang mayoritas
penduduknya nelayan yang sering menggunakan racun untuk menagkap ikan. Dalam catatan sejarah Tuban adalah sebagai salah satu kota yang sering
disinggahi oleh para pedagang atau para saudagar kaya yang hanya sekedar ingin singgah untuk menukar atau jual beli barang dagangan mereka. Tuban adalah sebagai
daerah pesisir pantai yang sering di singgahi oleh para pendatang termasuk para pedagang dari Tionghoa. Kebanyakan mereka adalah pada waktu itu datang sebagai
pedagang dan sebagai perantara, antara penduduk dengan orang-orang asing pedagang Asia. Barang yang dicari oleh orang barat antara lain rempah-rempah
ataupun hasil bumi yang banyak dicari oleh orang-orang barat termasuk juga
Belanda, yang menjajah Indonesia, selama berabad-abad hanya demi memperkaya diri dan memperbudak rakyat Indonesia.
Tuban yang dulunya masih di bawah kerajaan majapahit, adalah kota pesisir yang sering dijadikan sebagai pelabuhan kapal saudagar kaya dan para pedagang serta
pelayaran ekspedisi Cina yang amat terkenal pada sekitar abad ke 15 dan16. Ekspedisi yang terkenal yaitu panglima Ceng Ho seorang tokoh legendaris dari negeri
Cina yang berlayar ke berbagai daerah sambil menyebarkan agama islam yang ia anut. Meski banyak di antara para pembantunya yang tidak beragama Islam, dalam
perkembangan selanjutnya kota Tuban mulai bertambah ramai dikunjungi oleh para pedagang. yang mana pada zaman kerajaan Sriwijaya, banyak menguasai
perdagangan rempah-rempah, dan meskipun orang-orang Tionghoa hanya sebagai perantara dari petani ke pedagang yang datang dari Eropa dan Negara-negara lain
seperti Belanda dan Arab, meski demikian peran warga Tionghoa tidak dapat dilupakan, sebab keberadaanya adalah sebagai bukti sejarah bahwa Tuban sebagai
daerah yang tidak pernah membeda-bedakan suku, ras, maupun agama.
B. Letak Klenteng Kwan Sing Bio