ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi Yang berjudul UPAYA PENGHULU DALAM MENGURANGI PERCERAIAN STUDI KASUS DI KUA KECAMATAN PARUNGPANJANG
KABUPATEN BOGOR telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 12 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah S.Sy. pada Program Studi Hukum Keluarga
SAS. Jakarta, 12 Mei 2014
Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum
Dr. Phil. JM. Muslimin, MA. NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. …………….
NIP. 195003061976031001
2. Sekretaris : Hj. Rosdiana, M.A.
……………. NIP. 196906102003122001
3. Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A.
……………. NIP. 195003061976031001
4. Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A, M.H.
……………. NIP. 195510151979031002
5. Penguji II : Dr. K. H. A. Juaini Syukri, Lc., M.Ag.
……………. NIP. 195507061992031001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3.
Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 Februari 2014
SUKRON NA’IM
iv
ABSTRAK SUKRON NA’IM. NIM : 1110044200026 “UPAYA PENGHULU
DALAM MENGURANGI PERCERAIAN Studi Kasus di KUA Kecamatan Parungpanjang Bogor
”. Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Program
Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H2014 M, viii + 62 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya penghulu dalam mengurangi perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat kecamatan
parungpanjang kabupaten bogor dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat
kecamatan parungpanjang kabupaten bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data melalui riset pustaka dan riset lapangan, metode interview, metode observasi
dan metode penulisan yang disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik sebuah kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Upaya yang akan dilakukan oleh Penghulu adalah memberikan penyuluhan, meningkatkan kualitas P3N,
mengadakan pembinaan keluarga sakinah, dan membuat program berbentuk soaialisasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Perceraian ialah faktor
pendidikan, ekonomi, lingkungan, dan usiaumur.
Kata Kunci : Upaya Pengulu, Faktor-faktor Perceraian.
Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Daftar Pustaka : Tahun 1985 s.d. Tahun 2012.
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap, kata Hamdallah karena tidak ada kata yang patut penulis ucapkan atas rasa syukur yang mendalam kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih lagi maha penyayang sehingga dengan perkenan-Nya jualah diberikan kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi pemimpin dan penyampai hidayah umat manusia dimuka bumi.
Penulis menyadari bahwa mungkin skripsi ini tidak dapat terwujud sebagaimana yang diharapakan, tanpa bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat penulis kepada Bapak :
1. Dr. Phil. JM. Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H dan Ibu Hj. Rosdiana Nasrun M.A. Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga.
3. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H Pembimbing yang telah banyak membantu
memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Dr. K. H. A. Juaini Syukri, Lc, M.Ag. Dan Dr. Djawahir Hajazziey, S.H,
M.A, M.H. Selaku Dosen Penguji Skripsi.
vi
5. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membekali saya dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berguna.
6. Drs. Ahmad Baedowi, M.M. Penghulu KUA Kecamatan Parungpanjang
yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 7.
Kedua orang tua tercinta Ayahanda Khaerudin, S.HI dan Ibunda Enok Sumiyati serta kakak tercinta Haeriyah, S.Sy dan adik tercinta Aan
Nurhasan yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan serta do’a restu untuk keberhasilan selama kuliah.
8. Sahabat-sahabat Anita Zhuriyah Agustin, Mirza Vahlepi Putra, Rian
Wahyu Utomo, Adi Guna Sakti, Ahmad Buhori Muslim, Azhar Nasution, Sopriyanto, Raja Usman Hasibuan dan Natasha Nicola Anjani Dekok
yang selalu ada disaat suka dan duka penulis. 9.
Teman-teman KKN dan Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2010. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang membacanya, dan penulis juga mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari siapapun yang membaca skripsi ini demi sebuah
tambahan keilmuan dan wawasan, sehingga dikemudian hari penulis dapat mengevaluasi diri.
Jakarta, 25 Februari 2014 Penulis
S ukron Na’im
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….
i LEMBAR PENGESAHAN
………………………………………... ii
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………...
iii ABSTRAK
………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………
v DAFTAR ISI
………………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN
………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………
1 B.
Pembatasan Perumusan Masalah ……………... 8
C. Tujuan Manfaat Penelitian …………………….
9 D.
Metode Penelitian ……………………………….. 10
E. Kerangka Teori …………………………………..
12 F.
Riview Studi Terdahulu …………………………. 13
G. Sistematika Penulisan ……………………………
15
BAB II PERKAWINAN, PENGHULU DAN PERCERAIAN
……………………………………………………… 17
A. Pengertian Perkawinan dan Penghulu ……………
17 B.
Syarat dan Dasar Hukum Perkawinan …………... 20
C. Hikmah dan Tujuan Perkawinan …………………
24
viii
D. Tugas dan Fungsi Penghulu ……………………...
28 E.
Pengertian dan Sebab Perceraian ……………….. 29
BAB III PROFIL KUA PARUNGPANJANG
……………... 36
A. Gambaran Umum KUA ………………………….
36 B.
Letak Geografis dan Demografi KUA …………... 39
C. Kondisi Perekonomian dan Pendidikan Masyarakat
……………………………………………………. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
……….... 43
A. Perceraian di KUA Parungpanjang ……………..
43 B.
Keterlibatan Penghulu dalam Perceraian ………. 45
C. Kifrah Penghulu dalam Masyarakat ……………. 48
BAB V PENUTUP ………………………………………….. 51
A. Kesimpulan ……………………………………… 51
B. Saran-saran ………………………………………. 54
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….
56
LAMPIRAN - LAMPIRAN…………………………………………
58
1. Lampiran Surat Permohonan Pembimbing ………………….. 58
2. Lampiran Surat Izin Penelitian ………………………………
59 3.
Lampiran Surat Keterangan Penelitian ……………………… 60
4. Lampiran Hasil Wawancara ………………………………….
61
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak bisa berdiri sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
saling berinteraksi. Oleh karena itu manusia membutuhkan teman untuk saling berbagi mengasihi dan menyayangi, salah satu bentuk kebesaran Allah SWT bagi
manusia ciptaannya adalah diciptakannya manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan saling berpasang-pasangan. Manusia diberikan sebuah wadah
untuk membentuk keturunan sekaligus beribadah kepada Allah dengan cara melakukan perkawinan sesuai dengan ajaran agama. Wadah yang dimaksud disini
adalah sebuah lembaga yaitu perkawinan. Lembaga perkawinan merupakan suatu lembaga yang mempunyai kedudukan
terhormat dalam hukum islam dan hukum nasional Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan-peraturan khusus yang berkaitan dengan perkawinan yaitu
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974.
1
Disamping definisi yang diberikan oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang telah dipaparkan diatas, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia memberikan
definisi lain yang tidak mengurangi arti-arti definisi undang-undang tersebut, namun memberi penjelasan dengan rumusan sebagai berikut:
Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mittsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
2
Didalam ayat Al- Qur’an menerangkan bahwa manusia itu diciptakan berasal
dari satu jenis, satu jiwa dan dari dirinya itu lahir pula seorang pasangannya dari jenis wanita untuk teman hidupnya untuk melahirkan keturunannya yang akan berkembang
biak kelak.
3
Dalam kehidupan dunia fana ini, semua makhluk hidup baik manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan tidak bisa lepas dari pernikahan atau
perkawinan. Ini merupakan sunnatullah hukum alam untuk kelangsungan hidup
1
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2009, h. 537.
2
Budi Durachman, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007, hal. 7.
3
Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994, hal. 2.
umat manusia, berkembangbiaknya binatang-binatang dan untuk melestarikan lingkungan alam semesta. Hukum alam semacam ini dijelaskan dalam firman Allah
SWT:
4
Pada dasarnya semua orang yang telah terikat dalam perkawinan menginginkan bahtera rumah tangganya berjalan dengan sempurna hingga maut
yang memisahkan. Perkawinan merupakan sebuah perikatan antara suami isteri yang didalamnya dimungkinkan terdapat adanya perjanjian diluar substansi utama
perkawinan. Perjanjian ini adalah muncul dari kehendak para pihak yang terikat dalam perkawinan sebagai sebuah ikatan persyaratan tambahan untuk kepentingan
suami atau isteri.
5
Kemudian dari perkawinan muncul pula hubungan orang tua dengan anak- anaknya. Serta timbul hubungan kekeluargaan sedarah dan semenda. Oleh karena itu,
perkawinan mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik dalam hubungan kekeluargaan pada khususnya, maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta
bernegara pada umumnya. Karena bila dilihat dari segi sosial suatu perkawinan, dalam masyarakat setiap bangsa ditemui suatu penilaian yang umum, bahwa orang
yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai
4
Mohammad Asmawi, Nikah, Yogyakarta: Darussalam, 2004, hal. 18.
5
Mohammad Asmawi, Nikah, Yogyakarta: Darussalam, 2004, hal. 21.
dari mereka yang tidak kawin.
6
Maka hendaklah segenap bangsa Indonesia mengetahui seluk-beluk berbagai peraturan hukum perkawinan, agar mereka dapat
memahami dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7
Maksud Perkawinan ialah abadi, bukan buat sementara waktu, kemudian diputuskan. Karena dengan demikianlah dapat mendirikan rumah tangga yang damai
dan teratur, serta memperoleh turunan yang sah dalam masyarakat. Dengan perkawinan yang sah, anak-anak akan mengenal ibu, bapak, dan nenek moyangnya,
mereka merasa tenang dan damai dalam masyarakat, sebab keturunan mereka jelas, dan masyarakatpun menemukan kedamaian, karena tidak ada dari anggota mereka
mencurigakan nasabnya.
8
Tetapi kadang-kadang kedua suami istri gagal dalam usahanya mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur, lantaran keduanya berlainan tabi’at dan
kemauan, berlain tujuan hidup dan cita-cita, sehingga hampir selalu terjadi pertengkaran dan perselisihan antara keduanya. Meskipun keduanya telah berusaha
dengan segala daya-upaya, supaya keduanya dapat hidup dengan damai dan tenteram, tetapi tidak berhasil juga. Sebab itu tidak ada obat yang terakhir selain daripada
6
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia , Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986, hal. 48.
7
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azaz-Azaz Hukum Perkawinan di Indonesia, hal. 6.
8
Muhammad Fu’ad Syakir, Perkawinan Terlarang, Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002, hal, 11.
perceraian, supaya keduanya jangan hidup dalam satu rumah yang penuh api pertengkaran, permusuhan dan penderitaaan.
9
Keutuhan dan kelanggengan kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan yang digariskan Islam. Akad nikah merupakan suatu perjanjian untuk selamanya dan
langgeng hingga meninggal dunia, agar suami isteri bisa hidup bersama-sama dalam mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung, tempat bersemai kasih sayang,
dan untuk memelihara dan mendidik anak yang saleh.
10
Dalam kehidupan rumah tangga, meskipun pada mulanya dua suami-isteri penuh kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar, namun pada kenyataannya
rasa kasih sayang itu bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan bisa hilang berganti dengan kebencian.
Kalau kebencian sudah datang, dan suami-isteri tidak dengan sungguh hati mencari jalan keluar dan memulihkan kembali kasih sayangnya, akan berakibat
negatif bagi anak keturunannya. Oleh karena itu, upaya memulihkan kembali kasih sayang merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Memang benar kasih sayang itu
bisa beralih menjadi kebencian. Akan tetapi perlu pula diingat bahwa kebencian itu kemudian bisa pula kembali menjadi kasih sayang.
9
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1996, hal, 110.
10
Abdul Qodir Djaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu. 1995, hal, 316.
Suami-isteri dalam ajaran islam tidak boleh terlalu cepat mengambil keputusan bercerai, karena benang kusut itu sangat mungkin disusun kembali.
Walaupun dalam ajaran islam ada jalan penyelesaian terakhir yaitu perceraian, namun perceraian adalah suatu hal yangh meskipun boleh dilakukan tetapi dibenci oleh Nabi.
Setiap ada sahabat datang kepadanya yang ingin bercerai dengan isterinya, Rasulullah selalu menunjukan rasa tidak senangnya seraya berkata: Abgadul halali’indallahi at-
talaq hal yang halal tapi dibenci oleh Allah adalah perceraian.
11
Perceraian juga diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam pasal 39 disebutkan:
1. Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2. Untuk melakukan Perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri
itu tidak akan dapat rukun sebagai suami istri. 3.
Tata cara Perceraian di depan sidang Pengadilan di atur dalam peraturan Perundangan tersebut.
12
Dengan demikian,berbeda halnya dengan sebagian masyarakat Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, masyarakatnya masih banyak yang melakukan
11
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta: Prenada Media, 2004, hal. 96-97.
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, , Bandung: Citra Umbara, 2007.
perceraian tanpa melihat dampak yang akan terjadi serta akan ditimbulkan oleh sebuah perceraian tersebut. Hal ini merupakan masalah dalam masyarakat yang perlu
dipecahkan. Untuk mengurangi lebih banyak lagi terjadinya perceraian, maka dalam hal ini
penghulu atau pejabat KUA yang mempunyai fungsi sebagai orang yang ditunjuk oleh Negara untuk melangsungkan perkawinan, harus cermat dan tanggap serta teliti
terlebih dahulu terhadap mereka yang akan melangsungkan perkawinan, terutama sekali dengan tujuan-tujuan mereka menikah, dengan demikian besar harapan
kemungkinan terjadinya perceraian dapat dihindari. Upaya yang dilakukan oleh penghulu haruslah benar-benar memberikan dampak positif dan dapat memberikan
kesadaran pada masyarakat bahwa perceraian membawa resiko yang sangat besar. Di lihat dari latar belakang yang ada, penulis akan mencoba mengungkap
masalah tersebut dan mudah-mudahan dapat mengatasi permasalahan perceraian. Dengan terjadinya perceraian tersebut dapat menimbulkan banyak dampak terhadap
lingkungan yang ada di sekitar. Sehingga penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mencoba membandingkannya dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi
dengan judul:
“UPAYA PENGHULU DALAM MENGURANGI PERCERAIAN”
Studi Kasus di KUA Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Setelah mengungkapkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwasanya tugas dan fungsi Penghulu tidak hanya
mencatatkan pernikahan, tetapi dalam pasal 24 Peraturan Menteri Nomor PER62M.PAN62005 tentang jabatan fungsional penghulu adalah
sebagai Pembina keluarga sakinah, maka penulis membatasi permasalahan pembahasan pada penelitian skripsi ini dengan upaya penghulu dalam
mengurangi perceraian, khususnya pada masyarakat Parungpanjang.
2. Perumusan Masalah
Dalam peraturan Menteri Nomor PER62M.PAN62005 pasal 24 disebutkan bahwa jabatan fungsional penghulu adalah sebagai Pembina
keluarga sakinah, tetapi pada kenyataannya tugas itu tidak dilaksanakan sehingga berpengaruh pada perceraian, khusunya pada masyarakat
Parungpanjang. maka penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Upaya Penghulu dalam Meminimalisir Perceraian?
2. Apa yang menjadi Faktor terjadinya Penghulu tidak melaksanakan
tugasnya sebagai Pembina keluarga sakinah? 3.
Bagaimana pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan oleh penghulu dalam mengurangi perceraian?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya penghulu dan pelaksanaan pembinaan
keluarga sakinah dalam mengurangi perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat Parungpanjang.
2. Untuk mengetahui faktor terjadinya Penghulu tidak melaksanakan
tugasnya sebagai Pembina keluarga sakinah? 3.
Untuk mengetahui Upaya Penghulu dalam meminimalisir Perceraian?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.
Untuk meminimalisir Perceraian di Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor.
2. Untuk membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi, yang
merupakan salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Syariah
S.Sy yang telah ditentukan oleh Universitas Islam Negeri UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, bagi mahasiswa dan mahasiswi yang akan menyelesaikan studinya di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya
Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam. 3.
Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu agama terutama yang berkaitan dengan masalah yang sedang di bahas ini, karena
dengan membahas masalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin
untuk membaca dan memahami buku-buku yang terkait dengan masalah perkawinan dan Perceraian.
4. Untuk memberikan sumbangsinya terhadap Kecamatan Parungpanjang
dalam upaya meminimalisir angka perceraian dengan cara mensosialisasikan ke masyarakat tersebut dalam bentuk seminar-
seminar tentang pengaruh Perceraian.
D. Metode Penelitian
Untuk memudahkan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menggunakan berbagai metode diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data