Fungsional Penghulu dan angka kreditnya Bab II Passal 4, Tugas Pokok penghulu adalah melakukan perencanaan kegiatan Kepenghuluan, pengawasan pencatatan
nikahrujuk, pelaksanaan pelayanan nikahrujuk, penasihatan dan konsultasi nikahrujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nikahrujuk, pelayanan fatwa hukum
munakahat, dan bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan.
16
Propesi penghulu yang ternyata turut memberikan andil dalam pembangunan keluarga sejahtera.Bahkan, dalam struktur terbarunya, penghulu juga ditekankan
untuk menjalin hubungan lintas sektoral dengan aparat dan masyarakat dalam bidang- bidang yang menjadi tugas pokok dan fungsi kepenghuluan.
17
E. Pengertian dan Sebab Perceraian
1. Pengertian Perceraian
Perceraian itu bahasa Arabnya thalaq, yang mengandung arti melepas atau membuka simpul.Menurut istilah fiqh, thalaq disebut pula
hkulu‟, makna aslinya menanggalkan atau membuka sesuatu jika yang minta cerai itu pihak istri.Walaupun
perceraian itu diperbolehkan, tetapi menurut Qur‟an suci dan Hadits terang sekali bahwa hak itu baru boleh dilakukan dalam keadaaan luar biasa.
16
Iskandar Bunyamin, Panduan Praktis Penghulu, Banten: Kementerian Agama, 2012, hal. 1.
17
Nurul Huda Haem, Awas Illegal Wedding dari penghulu liar hingga perselingkuhan, Jakarta: Pt Mizan Publika, 2007, hal. 128.
Al- Qur‟an memberi bermacam-macam usaha guna menghindari
perceraian.Atas dasar ajaran Qur‟an semacam itulah Muhammad SAW menyebut perceraian sebagai barang halal yang paling tidak disukai oleh Allah.Itulah sebabnya,
bahwa walaupun orang diberi fasilitas perceraian, fasilitas itu jarang sekali digunakan oleh kaum Muslimin jika dibandingkan dengan perceraian yang dilakukan dinegara-
negara Kristen. Cara berfikir orang Islam ialah ia harus berani menghadapi kesulitan rumah
tangga di samping enaknya, dan sedapat mungkin harus menghindari segala macam gangguan yang dapat memecahkan hubungan keluarga, dan jika itu gagal, maka
sebagia tindakan terakhir, barulah ditempuh perceraian. Atas dasar uraian di atas, terang sekali bahwa bukan saja harus ada alasan
yang kuat dalam soal perceraian, melainkan sebelum itu terjadi, harus ditempuh segala macam usaha untuk mempertahankan kerukunan.
Kesan umum seakan-akan orang Islam boleh menceraikan istrinya dengan sewenang-wenang, ini hanyalah memutar balikkan undang-undang Islam yang
terang-benderang tentang perceraian. Walaupun Qur‟an menunjuk bermacam-macam sebab, mengapa perceraian itu
perlu dilakukan, namun Qur‟an tak memberi perincian tentang itu, dan tidak pula dengan keras membatasi itu sampai garis yang sekecil-kecilnya.
Jika Negara-negara seperti eropa dan amerika yang sama agamanya dan sama pula tingkat peradaban serta kemajuannya, dan memiliki persesuaian pendapat
mengenai masalah sosial dan tatasusila, namun mereka tak sama pendapatnya menegenai sebab-sebab perceraian.
Apalagi agama Islam sebagai agama universal yang diperuntukan bagi sekalian bangsa di dunia dan di segala zaman, diperuntukan bagi sekalian manusia,
baik yang masih rendah peradabannya maupun yang sudah tinggi, tak mugkin dapat membatasi sebab-sebab perceraian, yang pasti mengalami banyak perubahan sesuai
dengan perubahan umat dan masyarakat itu sendiri. Asas perceraian yang diuraikan di dalam Al-
Qur‟an, yang besar kecilnya mencakup segala macam sebab, adalah keputusan suami-isteri untuk memutus ikatan
perkawinan karena mereka tidak sanggup lagi hidup bersama sebagai suami-isteri. Sebenarnya, perkawinan itu tiada lain hanyalah suatu perjanjian untuk hidup
bersama sebagai suami-isteri, dan apabila masing-masing pihak tidak setuju dan tidak cocok lagi untuk hidup bersama, maka perceraian tidak dapat ditunda lagi.
Ini bukanlah berarti setiap percekcokkan diantara mereka akan mengakibatkan perceraian, hanya tidak adanya kesanggupan untuk hidup bersama
sebagai suami-isteri sajalah yang menyebabkan ditempuhnya perceraian.
18
Dalam surat Al-Baqarah Ayat 23 1 menyatakan:
19
ا ل
رق :
٢ ١٣
Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya
apabila telah terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan
hari kemudian.Itu lebih baik bagimu dan lebih suci.Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”Q.S.Al-Baqarah : 231.
18
Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, hal. 25-27.
19
Abdul Wahab Abd Muhaimin, Ayat-ayat Perkawinan Dan Perceraian Dalam Kajian Ibnu Katsir, Jakarta: Gaung Persada, 2010, hal. 27.
Jika sebuah rumah tangga yang didalamnya terjadi percekcokan yang berkepanjangan,
maka dalam
diri suamiisteri
terdapat dua
hal yang
bertentangan.Pertama, bahaya cekcok yang berkepanjangan dalam rumah tangga, ini jelas bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu dalam rangka mencapai sakinah
ketentraman, dan kedua, bahaya percerain yang juga bertentangan dengan tujuan perkawinan.Dalam kondisi yang demikian, jika bahaya percaraian lebih ringan di
bandingkan dengan cekcok yang berkepanjangan, maka seseorang dibolehkan bercerai demi menghindar dari bahaya yang lebih besar.Sebaliknya, jika menurut
pertimbangan bahwa bahaya perceraian lebih besar daripada cekcok rumah tangga karena masih dapat didamaikan, maka perceraian tidak boleh dilakukan.
Dengan demikian syariat sebenernya bertujuan untuk memperkecil jumlah perceraian jika hal ini dihubungkan dengan pelaksanaan perceraian yang terjadi di
Indonesia khususnya bagi umat Islam perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Maka hal itu tidak bertentangan dengan syariat islam, karena jika dilihat dari esensi aturan ini, bertujuan untuk memperkecil
jumlah perceraian, serta mencegah kesewenang-wenangan kaum laki-laki dalam hal Perceraian.
20
20
Sri Mulyati, Relasi Suami Iteri dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2004, hal. 15- 16.
2. Sebab Perceraian