2. Dasar Hukum Perkawinan
Hukum nikah Perkawinan, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antar
jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.Perkawinan adalah sunatullah, hukum alam di dunia.Perkawinan dilakukan
oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan, karenanya menurut para Sarjana Ilmu Alam mengatakan bahwa segala sesuatu kebanyakan terdiri dari dua
pasangan.Misalnya, air yang kita minum terdiri dari oksigen dan Hidrogen, listrik, ada positif dan negativenya dan sebagainya.Apa yang telah dinyatakan oleh Sarjana
Ilmu Alam tersebut.
7
Dan sesuai dengan pernyataan Allah dalam Al- Qur‟an.
8
Firman Allah:
.
. مورلا ٣
: ١٢
7
H. M. A Tihami, Fiqih Munakahat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 8.
8
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 37.
C. Hikmah dan Tujuan Perkawinan
Allah mensyari‟atkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan
utama yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan Allah.Untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan, Allah
telah membekali syariat dan hukum-hukum Islam agar dilaksanakan manusia dengan baik.
9
Kita harus tahu bahwa dalam suatu rumah tangga, manusia memiliki dua sisi yang sama-sama tercela.Di antara mereka ada yang tidak mengenal rasa kasih dan
sayang di dalam hatinya.Dan di antara mereka ada orang yang suka meremehkan dan terlalu tenggang rasa.Sehingga semua urusan lepas dari tangan dan dia tidak kuasa
untuk mengaturnya.Yang benar adalah pertengahan diantara keduanya.
10
Hikmah pernikahan adalah sebuah kebijaksanaan Allah yang maha tinggi.Dia memerintahkan hambanya hanya untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan
logika dan akal pikiran manusia selaras tentang itu.“ dibalik larangan Allah untuk tidak melakukan suatu perbuatan bagi hambanya selalu saja ada hikmahnya yang
luhur dan mulia, juga selalu ada bukti nyata sebagai pencegahan”. Allah SWT telah menetapkan pernikahan dan menjadikannya sebagai suatu keharusan karena ada
9
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 39.
10
Nashir Bin Sulaiman Al- „Umr, Sendi-sendi Kebahagiaan Suami Isteri,Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1993, hal. 37.
banyak manfaat yang tidak bisa dihitung serta derajatnya yang mulia. Diantara hikmah menikah adalah:
11
1. Pernikahan adalah ajaran yang sesuai, selaras, dan sejalan dengan fitrah
manusia. 2.
Melahirkan anak. 3.
Memenuhi keinginan hati. 4.
Memantapkan jiwa dengan ajakan kasih sayang dan pelaksanaan hak serta kewajiban terhadap keluarga.
12
Rumah tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil, yang terdiri dari pasangan suami isteri, anak-anak, mertua dan sebagainya.Terwujudnya suatu
rumah tangga yang sah setelah didahului oleh Aqad Nikah atau Perkawinan sesuai dengan ajaran Agama dan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Perkawinan harus diawali dengan niat yang ikhlas karena Perkawinan itu adalah suruhan Allah dan Rasullnya terhadap Hambanya yang mampu.Sebelumnya
pihak-pihak yang bersangkutran calon suami isteri hendaklah berusaha mempelajari dasar-dasar dan tujuan berumah tangga serta seluk beluknya yang bersangkutan
dengan itu.
11
Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk mencapai Keluarga Sakinah, Bandung: Al- Bayan, 1995, hal. 17.
12
Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk mencapai Keluarga Sakinah, Bandung: Al- Bayan, 1995, hal. 18.
Hal itu dimaksudkan supaya landasan atau pondamen rumah tangga yang akan didirikan itu lebih baik dan lebih kuat, tidak mudah mengalami kegoncangan
dan krisis dalam melayarkan bahtera rumah tangga berikutnya. Selanjutnya perhatikanlah uraian-uraian ringkas tentang tujuan dan hakekat Perkawinan, baik
menurut ajaran Agama maupun menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974, serta pengaruhnya lingkungan dan masyarakat, bangsa dan Agama.
13
Manfaat Perkawinan itu telah dirasakan oleh setiap orang yang berumah tangga antara lain, terdapatnya kepuasan dan ketenangan jiwa hati, rasa kasih
sayang terhadap isteri dan anak-anak yang dilandasi dengan rasa tanggungjawab, baik di bidang kesejahteraan lahiriah dan batiniyahnya seperti, membentuk keperibadian
anak atau keluarga dengan ajaran Agama dan ilmu pengetahuan lainnya, dengan tujuan agar terwujud rumah tangga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin,
memperoleh keturunan yang sah, suci dimasa yang akan datang.
14
Tujuan pernikahan dalam islam tidak hanya sekadar pada batas pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting
yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama. Di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:
13
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, hal. 26.
14
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, hal. 27.
1. Memelihara gen manusia. Pernikahan sebagai sarana untuk memelihara
keberlangsungan gen manusia, alat reproduksi, dan regenerasi dari masa ke masa. Dengan pernikahan inilah manusia akan dapat memakmurkan
hidup dan melaksanakan tugas sebagai khalifah dari Allah. Mungkin dapat dikatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut dapat
melalui nafsu seksual yang tidak harus melalui syariat, namun cara tersebut dibenci agama. Demikian itu akan menyebabkan terjadinya
penganiayaan, saling menumpahkan darah, dan menyia-nyiakan keturunan sebagaimana yang terjadi pada binatang.
2. Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Di dalamnya
terdapat hak-hak dan kewajiban yang sacral dan religius. Seseorang akan merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya,
yaitu ikatan ruhani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusia dan menjadi mulia daripada tingkat kebinatangan yang hanya menjalin
cinta syahwat antara jantan dan betina. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenangan jiwa, kasih sayang, dan
memandang. 3.
Nikah sebagai perisai diri manusia. Nikah dapat menjaga diri kemanusiaan dan menjauhkan dari pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan dalam
agama. Karena nikah memperbolehkan masing-masing pasangan melakukan hajat biologisnya secara halal dan mubah.
Pernikahan tidak membahayakan bagi umat, tidak menimbulkan kerusakan,
tidak berpengaruh
dalam membentuk
sebab-sebab kebinatangan, tidak menyebabkan tersebarnya kefasikan, dan tidak
menjerumuskan para pemuda dalam kebebasan. 4.
Melawan hawa nafsu. Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara, melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan hak-hak
istri dan anak-anak dan mendidik mereka. Nikah juga melatih kesabaran terhadap akhlak istri dengan usaha yang
optimal memperbaiki dan memberikan petunjuk jalan agama.Semua manfaat pernikahan diatas tergolong perbuatan yang memiliki keutamaan
yang agung. Tanggung jawab laki-laki terhadap rumah tangganya adalah tanggung
jawab kepemimpinan dan kekuasaan.Istri dan anak-anak adalah keluarga yang dipimpin.Keutamaan memimpin sangatlah agung. Tidak rasional jika
disamakan seseorang yang sibuk mengurus diri sendiri dengan orang yang sibuk mengurus dirinya dan diri orang lain.
15
D. Tugas dan Fungsi Penghulu
Tugas Pokok Penghulu berdasarkan pasal 24 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER62M.PAN62005 Tentang jabatan
15
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 40-41.
Fungsional Penghulu dan angka kreditnya Bab II Passal 4, Tugas Pokok penghulu adalah melakukan perencanaan kegiatan Kepenghuluan, pengawasan pencatatan
nikahrujuk, pelaksanaan pelayanan nikahrujuk, penasihatan dan konsultasi nikahrujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nikahrujuk, pelayanan fatwa hukum
munakahat, dan bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan.
16
Propesi penghulu yang ternyata turut memberikan andil dalam pembangunan keluarga sejahtera.Bahkan, dalam struktur terbarunya, penghulu juga ditekankan
untuk menjalin hubungan lintas sektoral dengan aparat dan masyarakat dalam bidang- bidang yang menjadi tugas pokok dan fungsi kepenghuluan.
17
E. Pengertian dan Sebab Perceraian