Gangguan Pendengaran di Indonesia

Di Indonesia Kementerian Kesehatan mengeluarkan 2 kebijakan pada skrinning gangguan pendengaran antara lain : • Universal Newborn Hearing Screening UNHS • Targeted Newborn Hearin Screening Universal Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada semua bayi yang baru lahir saat usia bayi 2 hari dengan pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan OAE tetapi bagi rumah sakit yang tidak memiliki saran yang memadai pemeriksaan OAE tetap harus dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan di rumah sakit lain. Hasil pemeriksaan baik lulus maupun tidak lulus harus menjalani evaluasi pendengaran dengan pemeriksaan BERA dalam kurun waktu 1-3 bulan. Diagnosis dapat ditegakkan dalam usia 3 bulan dengan keadaan bayi yang ternyata mengalami gangguan pendengaran, sebaiknya dilakukan pemeriksaa ASSR atau dengan BERA dengan stimulus tone burst. Pemeriksaan ini akan membantu penentuan alat bantu dengar bagi pasien. 16 Targeted Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang mempunyai faktor risiko gangguan pendengaran. Metode ini dilakukan di NICU atau ruangan Perinatologi. 16 Gambar 4. Alur universal newborn hearing screening di RSCM RI ;2006 16

2.6 Metode Skrinning

Dimulai muncul pada akhir 1980 tanpa perkembangan yang signifikan, mulai berkembang dengan 2 metode awal yaitu Otoacoustic emissions OAE dan Auditory Brainstem Response ABR. 15 OAE merupakan tes yang berfungsi menilai kesehatan koklea, terutama fungsi sel rambutnya. Uji ini sering digunakan untuk keperluan menilai pendengaran neonatus, balita, maupun bayi. Selain itu, tes ini juga bisa digunakan pada orang dengan kelainan pendengaran. Uji ini juga berguna untuk menilai sensitivitas pendengaran. Selain itu, OAE bisa membedakan antara kelainan pendengaran sensoris dari neural serta bisa menentukan kelainan fungsional atau kelainan sementara. Koklea yang sehat tidak hanya menerima suara dari luar, tetapi juga mengeluarkan suara dengan intensitas rendah. Suara ini dinamakan otoacoustic emissions dan suara ini yang ingin dideteksi pada pemeriksaan OAE. Koklea memproduksi suara ini karena berekspansi dan berkontraksi ketika menerima suara. 15 Prosedur dalam OAE dengan cara sebuah probe dimasukan kedalam liang telinga. Probe ini fleksibel dan lunak sehingga pasien tidak terasa sakit. Ukuran probe ini bervariasi antara neonatus dan dewasa. Perlu diingat bahwa semakin kecil liang telinga, semakin besar efektivitas tekanan suara. Sebuah OAE diukur tetapi harus tetapi mengingat suara ambien suara sekitar. Pada pemeriksaan pasien diharapkan tidak bergerak sehingga tidak memproduksi suara-suara tambahan yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Hal tersebut berlaku untuk semua OAE terutama SOAE. Untuk tiga lainnya, diperlukan adanya stimulus tertentu. 15 ABR merupakan kemampuan pendengaran yang dapat membangkitkan rangsangan listrik yang sedang berlangsung di otak dan disimpan melalui elektroda yang di tempelkan pada kulit kepala. Hasil yang didapat merupakan serangkaian gelombang positif yang terjadi setiap 10 milidetik pertama setelah onset rangsangan pendengaran. Metode ABR merupakan respon yang diangap eksogen karena banyak dipengarui oleh faktor-faktor eksternal. Pemeriksan ABR memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90 dengan intensitas stimulus akustik anatara 30-40 dB NHL pada rentang 1000-4000 Hz. 15,17