Bentuk Kenakalan Remaja Kenakalan Remaja

22 lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial tersebut dan semakin besar kemungkinan anak-anak remaja tadi benar-benar menjadi kriminal. 17 Jadi, teori Sutherland menekankan kepribadian anak, dengan mental yang lemah dan tidak terdidik dengan baik, dan menjalani proses pembentukan tadi. Khususnya proses pembentukan tersebut sangat mudah berlangsung pada anak-anak remaja yang memiliki kejiwaan yang sangat labil dalam mencari jati diri mereka.

b. Teori subkultur delinkuensi

Menurut Kartini Kartono Kultur atau kebudayaan dalam hal ini menyangkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah-laku responsif sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompok geng tadi. Sedang istilah sub mengindikasikan bahwa bentuk budaya tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya. 18 Teori Subkultur mengaitkan kepercayaan atau keyakinan, ambisi-ambisi tertentu misal-nya ambisi materiil, hidup santai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dan lain-lain yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja brandalan dan kriminal, dikarenakan mereka ingin mencapai suatu status sosial yang tinggi dan prestise di kelompoknya. 19 Menurut teori subkultur ini, sumber kenakalan remaja ialah; sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya subkultur yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja nakal tersebut. 17 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar , Jakarta: LSA, 2008. h. 213. 18 Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 “Kenakalan Remaja”, h. 31. 19 Ibid., h. 31. 23 Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain ialah: 1 punya populasi yang padat, 2 status sosial-ekonomis penghuninya rendah, 3 kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk, 4 banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi. 20 Salah satu hal yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting bagi munculnya sub kultur kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang menyimpang dari norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi menyimpang dan kriminal. 21 Sebaiknya, remaja dengan hidup berkecukupan tidak selalu terhindar dari tindakan menyimpang, hidup dengan segala fasilitas yang sudah tersedia menyebabkan remaja merasa jenuh dan mencari sesuatu yang mereka tidak dapatkan dirumah. Proses pencarian diluar tidak selalu bernilai positif akan tetapi tak jarang remaja dihadapkan dengan nilai-nilai yang bersifat negatif. Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh faktor kejenuhan jenuh hidup di tengah kemewahan. Kemewahan membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama menganggur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu hidup santai, sehingga dari faktor diatas anak-anak dapat melakukan kenakalan sebagai tempat pelarian dirinya. 22 Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kenakalan yang terjadi dikalangan remaja, baik dari sub kultur kalangan kelas ekonomi atas, sub kultural menengah, 20 Ibid., h.32. 21 Ibid., h.32. 22 Ibid., h. 33.