BAB VI PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pembahasan meliputi karakteristik
responden, persepsi, perilaku, dan hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama
Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Sebelum dilakukan pembahasan hasil penelitian akan mengemukakan beberapa keterbatasan
dalam penelitian ini, selanjutnya akan diuraikan pembahasan hasil penelitian.
A. Karakteristik responden
Persepsi dan perilaku yang dialami oleh responden dipengaruhi oleh banyak faktor
– faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor internal dan faktor eksternal shaleh, 2004. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yaitu faktor yang mempermudah predisposing faktor seperti : pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, persepsi,
karakteristik demografi seperti : umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan ukuran keluarga, lalu faktor pemungkin enabling faktor dan faktor
penguat reinforcing faktor.Nursalam, 2008.
61
Dalam penelitian ini beberapa predisposisi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dijadikan sebagai data demografi responden. Namun faktor dari
data demografi responden tidak dihubungkan dengan persepsi dan perilaku terhadap merokok. Karena peneliti hanya menghubungkan antara persepsi
tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok. 1.
Jenis Kelamin Menurut Hungu 2007 jenis kelamin seks adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan. Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena jenis kelamin
berkaitan dengan cara pandang seseorang. Berdasarkan hasil penelitian responden terbanyak pada
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 96,7 dari 61 responden. Dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 59 orang
sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah orang yang merokok di dominasi oleh
laki-laki Pitaloka, 2006 dan adanya ketidak seimbangan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini karena jenis kelamin
berkaitan dengan prevalensi merokok pada karyawan, khususnya pada karyawan laki-laki. dan hampir semua perokok menyatakan bahwa
merokok dapat menimbulkan ketenangan dan hidup terasa tanpa beban.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh jamal 2006. Menyebutkan bahwa hasil survei yang telah dilakukan
menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menjadi perokok daripada wanita. Laki-laki berpeluang lebih besar untuk merokok karena
beberapa faktor, salah satunya karena anggapan bahwa dengan rokok membuat tenang dan merasa lebih jantan. Kemungkinan penyebab hal
ini terjadi adalah kebanyakan laki-laki berpersepsi negatif tetang bahaya merokok sedangkan perempuan berpersepsi positif. Hal ini
menunjukan bahwa laki-laki memiliki anggapan yang salah terhadap merokok.
Laki-laki dan perempuan mempunyai anggapan yang berbeda terhadap bahaya merokok. Laki-laki menganggap bahwa rokok
sebagai simbol kejantan laki-laki. Berhenti merokok bagi laki-laki ternyata lebih sulit daripada perempuan, perempuan lebih menjaga diri
dari rokok. Perempuan kebanyakan menganggap bahwa rokok itu berbahaya karena rokok bisa menimbulkan kematian janin, infertilitas,
dan gangguan kehamilan. Hal inilah yang menyebabkan perokok dikalangan perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Walaupun di
dalam kehidupan sehari-hari masih ada perokok wanita yang merokok di tempat umum Zakaria, 2009.
Adapun penelitian yang terkait menurut Sitepoe 2000 terdapat jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok mulai dari bagian
kepala sampai dengan kaki. Merokok juga akan mengurangi terjadinya konsepsimemiliki anak, fertilitas wanita perokok akan