Kategori Perokok Perilaku Merokok

c. Perokok Berat Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang dalam selang waktu setelah bangun pagi sekitar 6-30 menit Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang satu bungkus per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif ditimbun, suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan Sitepoe, 1997. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Lawrence dalam Notoatmodjo 2003 faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor predisposisi predisposing faktor Merupakan faktor utama dalam mempermudah terwujudnya perilaku. Faktor predisposisi dari perilaku merokok diantaranya adalah usia dan pendidikan. a. Usia Terbentuknya perilaku merokok pada usia dewasa dikarenakan stres kerja dan gaya hidup. Menurut Stephen Wearing dan Betsy Wearing tahun 1990-an, merokok adalah kebiasaan yang seing dikaitkan dengan gaya hidup dan konsumsi yang menarik perhatian maupun identitas diri. Penampilan dan citra identitas dinilai berdasarkan pada simbol yang digunakan, barang yang dipakai dan aktifitas yang sedang dilakukan, terutama aktifitas-aktifitas yang sedang populer pada masa tertentu Muzdalifah 2003. Stres merupakan suatu keadaan yang mebuat seseorang tertekan dalam hal pekerjaan dan berusaha untuk menangani dan menguasai situasi yang menekannya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Mu’tadin,2002. Salah satu bentuk perilaku tersebut adalah merokok. b. Pendidikan Tingkat pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi, bahkan ada yang tidak bersekolah. Karena perilaku merokok akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya Jamal, 2006. Jamal menambahkan survey secara nasional menunjukan bahw pria yang tidak bersekolah tidak tamat SD merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok. 2. Faktor Pendukung enabling faktor Faktor pendukung terwijud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasiltas atau sarana-sarana. Misalnya iklan tentang rokok baik melalui media elektronik maupun media masa, dan banyaknya sarana yang menjual rokok warung.