29
6. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan perusahaan kepada para pengguna informasi laporan keuangan.
Pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK 2009 adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, seperti informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga, sedangkan menurut Harahap 1995 dalam Wahyudin 2007,
mengartikan laporan keuangan sebagai gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha sesuatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Dalam PSAK 2009 tujuan laporan keuangan secara umum adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan khusus laporan keuangan dalam APB Statement No 4 adalah untuk menyajikan
30 secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi
keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Menurut IAI dalam PSAK 1 Seksi kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan menyatakan ada empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat
diperbandingkan, yang penjelasannya sebagai berikut: 1.
Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
31 3.
Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal reliable. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat diperbandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi
dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi
dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk
perusahaan yang berbeda. Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
laporan keuangan merupakan suatu laporan yang digunakan oleh para pengguna laporan tersebut untuk mengetahui berbagai informasi yang
bermanfaat untuk kepentingan para pengguna laporan keuangan. Jika laporan keuangan tersebut disalahsajikan, yang disebabkan adanya
kecurangan maka laporan keuangan tersebut menyediakan informasi
32 yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Serta dapat merugikan
para pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu.
No. Penelitian,
Tahun Judul
Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Jeffrey
Doyle, Weili Ge,
Sarah McVay
2006 Determinants of
weaknesses in internal control
over financial reporting
Penggunaan variabel
laporan keuangan dan
internal control Variabel
informasi dan
komunikasi, serta dalam
penelitian ini mengguna-
kan metode penelitian
kuantitatif Kelemahan
material dalam internal control
dikarenakan perusahaan masih
berskala kecil, kurang
menguntungkan, lebih komplex,
berkembang terlalu cepat, atau
sedang dalam masa
restrukturisasi. Penemuan ini
konsiten dengan perusahaan yang
sedang berusaha dengan
pengendalian atas laporan keuangan
mereka dengan kurangnya
sumber daya, persoalan
akuntansi yang rumit, dan
perubahan lingkungan bisnis
yang cepat.
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Berlanjut ke halaman berikutnya
33
No. Penelitian,
Tahun Judul
Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Morris,
2011 The Impact of
Enterprise Resource
Planning ERP Systems
on the Effectiveness of
Internal Controls over
Financial Reporting
Pengendalian internal atas
pelaporan keuangan
Studi empiris pada
perusahaan yang telah
mengimpleme- ntasikan sistem
ERP antara1994 dan
2003 dibandingkan
dengan perusahaan
berdasarkan industri dan
ukuran yang sama,
menggunakan model regresi
probit Perusahaan yang
mengimplementa sikan ERP kecil
kemungkinannya untuk melaporkan
kelemahan pengendalian
internal dibandingkan
pada perusahaan yang tidak
mengimplementa sikan ERP.
Perbedaan ini ada baik pengendalian
secara umum entity-wide
maupun tingkat individu
account-level
Tabel 2.1 Lanjutan
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
34
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.
Bersambung pada halaman selanjutnya Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara
Faktor-faktor Penyebab Laporan Keuangan Tidak Memenuhi Standar
Basis Teori: Teori-teori Auditing Lemahnya Pengendalian Internal
Pengendalian Internal
1. Lingkungan
pengendalian 2.
Penilian resiko
3. Aktivitas
pengendalian 4.
Informasi dan
komunikasi 5.
pengawasan Siklus
Penjualan PT. Pertamina
Efektivitas Dalam Pembuatan Laporan
Keuangan Perusahaan Pertamina’s
SOP
Compliance System
35 Gambar 2.1 Lanjutan
Hasil Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Metode Analisis
Perbandingan Kondisi Aktual Dengan SOP
Gambar 2.1 Skema Kerangka
Pemikiran
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pengendalian internal khususnya informasi dan
komunikasi yang dimiliki oleh perusahaan dalam efektifitas pembuatan laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina, Jakarta.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah Penelitian Lapangan Field Research Studi lapangan merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan korelasional antar variabel dengan
kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang minimal. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara langsung
mengenai prosedur pengendalian internal yang ada di PT. Pertamina khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan
keuangan pada siklus penjualan.
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara
mengumpulkan data melalui observasi.
37
C. Metode Analisis Data
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan
secermat mungkin mengenai suatu hal dari data yang ada. Penelitian tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisis dan interpretasi tentang arti data itu menjadi suatu wacana dan konsklusi dalam berpikir logis, praktis dan teoritis. Penelitian ini terbatas
pada usaha mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta. Pemilihan
metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pembahasan penelitian ini akan memberikan gambaran peranan sistem pengendalian internal
khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.
Teknik analisis yang dilakukan oleh peneliti ialah pengujian secara fakta berdasarkan landasan teoritis dan realita yang terjadi ditempat
penelitian. Maksudnya adalah peneliti akan memfokuskan mekanisme terhadap peranan sistem pengendalian internal khususnya informasi dan
komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.
38
D. Operasional Variabel
No. VARIABEL
INDIKATOR 1.
2. Informasi Dan
komunikasi Efektivitas Laporan
Keuangan a
Sistem akuntansi dilaksanakan dengan baik
b Penggunaan sistem informasi dan
komunikasi c
Kualitas sistem informasi dan komunikasi
d Informasi yang terintegrasi
e Menjamin kebutuhan terhadap
kualitas data f
Kebijakan pimpinan dikomunikasikan dengan jelas
g Adanya pemahaman yang baik
tentang peran dan tanggung jawab individual menganai pengendalian
intern atas Laporan Keuangan
a Kesesuaian dengan kondisi
perusahaan b
Full Disclosure c
Tingkat materialitas d
Bebas dari Informasi yang bias
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
39
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan
Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina PERSERO Pusat di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara melakukan observasi di PT. Pertamina. Selama penelitian, peneliti berada di bagian controller dan keuangan hilir. Penelitian dilakukan mulai
tanggal 1 Februari 2011 hingga 30 April 2011.
B. Profil Perusahaan
PT PERTAMINA PERSERO didirikan berdasarkan akta notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan
oleh Menteri Hukum HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini
dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang- Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan
Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Persero, dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara PERTAMINA Menjadi Perusahaan Perseroan PERSERO
40 Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah
untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau
menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan adalah untuk:
1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan
secara efektif dan efisien. 2.
Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Agar mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil
olahan dan turunannya. 2.
Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi PLTP yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.
3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas
LNG dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG. 4.
Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.
41 Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru,
Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan
kepada mekanisme pasar. Sebagai bagian dari manajemen perubahan yang tengah digulirkan berkenaan dengan perubahan status hukum Pertamina
menjadi Badan Usaha Milik Negara BUMN Perseroan, PT Pertamina Persero berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good
Corporate Governance atau Tata Kelola perusahaan yang baik sebagai
bagian dari usaha untuk visi dan misi perusahaan. Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku Code of Conduct ini merupakan salah satu wujud
komitmen tersebut dan menjabarkan Tata Nilai Unggulan PT Pertamina Persero, yaitu Clean Bersih, CompetitiveBerdaya saing, Confident
Percaya Diri, Customer Focused Fokus pada Pelanggan, Commercial Komersial, dan Capable Berkemampuan ke dalam intrepetasi perilaku
yang terkait dengan etika usaha dan tata perilaku. Etika Usaha dan Tata Perilaku Code of Conduct ini disusun untuk
menjadi acuan perilaku bagi Komisaris, Direksi, dan Pekerja sebagai insan Pertamina dalam mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan
tujuan perusahaan. Code of Conduct ini terdiri atas 5 lima bagian, salah satunya pada bagian kedua terdapat Standar Etika Usaha. Standar Etika
Usaha ini terdiri atas:
42 1.
Etika Perusahaan dengan Pekerja Pertamina memperlakukan pekerja secara aspek setara fair dan
tidak membedakan suku, agama, dan ras dalam segala aspek. Pertamina menyadari bahwa pekerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, setiap pekerja dituntut dapat berpartisipasi dan
berperan aktif dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitas kerja melalui hubungan yang dinamis, harmonis, selaras dan seimbang
antara perusahaan dan pekerja. Dalam melaksanakan etika ini, perusahaan:
a Mengacu kepada Perjanjian Kerja Bersama PKB dalam hal
kesejahteraan pekerja, kompetisi yang sehat, penyediaan sarana dan prasarana kerja.
b Melakukan Perjanjian Kerja Bersama PKB secara konsisten.
c Memastikan setiap pekerja telah memiliki buku Perjanjian Kerja
Sama PKB. d
Menyediakan penasehat hukum kepada pekerja dalam setiap tahapan proses hukum yang berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawabnya di perusahaan yang bukan merupakan pengaduan perusahaan.
e Melindungi hak pekerja untuk memilih atau tidak memilih menjadi
anggota Serikat Pekerja.
43 f
Menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra perusahaan dengan mengikutsertakan Serikat Pekerja dan atau Federasi Serikat Pekerja
dalam pengambilan keputusan terkait dengan hubungan industrial. 2.
Etika Perusahaan dengan Konsumen Pertamina mengutamakan kepuasan dan kepercayaan konsumen
dengan: a.
Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. b.
Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan konsumen tanpa diskriminasi terhadap konsumen.
c. Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair,
jujur, tidak menyesatkan serta diterima oleh norma-norma masyarakat.
3. Etika Perusahaan dengan Pesaing
Pertamina menempatkan pesaing sebagai pemacu peningkatan diri dan introspeksi dengan cara:
a. Melakukan market research dan market intelligent untuk
mengetahui posisi pesaing. b.
Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan produk dan layanan yang bermutu.
4. Etika Perusahaan dengan Penyedia Barang dan Jasa
Pertamina menciptakan iklim kompetisi yang adil fair dan transparan dalam pengadaan barang dan cara:
44 a.
Menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan kepada kemampuan dan prestasi.
b. Melaksanakan pembayaran kepada penyedia barang dan jasa
dengan tepat waktu dan tepat jumlah. c.
Menjatuhkan sanksi yang tegas terhadap penyedia barang dan jasa yang melakukan pelanggaran.
d. Memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan
jasa termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan. e.
Memanfaatkan hubungan baik dengan penyedia barang dan jasa sebagai market intelligent dan competitor intelligent.
f. Menerapkan teknologi pengadaan barang dan jasa terkini
misalnya e-procurement. 5.
Etika Perusahaan dengan Mitra Kerja Pertamina meningkatkan iklim saling percaya, menghargai, dan
memupuk kebersamaan dengan mitra kerja sesuai dengan kaidah- kaidah yang berlaku dengan cara:
a. Membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling
menguntungkan dengan mitra kerja dan tidak melanggar aturan dan prosedur.
b. Mengutamakan pencapaian hasil optimal sesuai standar yang
berlaku dan terbaik. c.
Membangun komunikasi secara intensif dengan mitra kerja untuk mencari solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja.
45 6.
Etika Perusahaan dengan KrediturInvestor Pertamina menerima pinjamanpenanaman modal hanya ditujukan
untuk kepentingan bisnis dan peningkatan nilai tambah perusahaan dengan cara:
a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon
krediturinvestor. b.
Memilih krediturinvestor berdasarkan aspek kredibiltitas dan bonafiditas yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Menerima pinjamanpenanaman modal yang diikat melalui
perjanjian yang
sah dengan
klausul perjanjian
yang mengedepankan prinsip kewajaran fairness.
d. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana
untuk meningkatkan kepercayaan krediturinvestor. e.
Menjajaki peluang bisnis dengan kreditur untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
7. Etika Perusahaan dengan Pemerintah
Pertamina berkomitmen untuk memenuhi peraturan perundang- undangan yang berlaku dengan cara:
a. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah
Pusat dan Daerah. b.
Menerapkan standar terbaik best practices dengan memperhatikan peraturan yang berlaku mengenai kualitas produk,
kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan pelayanan.
46 8.
Etika Perusahaan dengan Masyarakat Pertamina melaksanakan program sosial dan kemasyarakatan untuk
memberdayakan potensi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas serta dapat bersinergi dengan program-program Pemerintah terkait,
dengan cara: a.
Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan kemasyarakatan serta kebijakan-kebijakan yang relevan.
b. Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui
kegiatan-kegiatan perusahaan dalam batas tertentu dan untuk mempromosikan produk setempat dalam acara-acara perusahaan.
c. Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan perusahaan
kepada masyarakat. d.
Melarang pekerja memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar kewenangannya.
e. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada
diskriminasi masyarakat berdasar suku, agama, ras, dan antar golongan.
9. Etika Perusahaan dengan Media Massa
Pertamina menjadikan media massa sebagai mitra dan alat promosi untuk membangun citra yang baik dengan:
a. Memberikan informasi yang relevan dan berimbang kepada media
massa.
47 b.
Menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun yang disampaikan melalui media massa, namun tetap memperhatikan
aspek risiko dan biaya. c.
Mengundang media massa untuk mengekspos berita tentang perusahaan.
10. Etika Perusahaan dengan Organisasi Profesi
Pertamina menjalin kerjasama yang baik dan berkelanjutan dengan organisasi profesi untuk memperoleh informasi perkembangan bisnis,
mendapatkan peluang bisnis dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan:
a. Menerapkan standar-standar yang ditetapkan organisasi profesi.
b. Memberikan perlakuan yang setara terhadap organisasi profesi.
Sesuai dengan Etika Usaha dan Tata Perilaku yang telah diuraikan sebelumnya maka dasar penelitian ini pun dapat melihat dari standar Code
of Conduct tersebut. Code of Conduct ini pun harus sesuai dengan visi dan
misi perusahaan dan berikut merupakan visi dan misi dari PT Pertamina Persero:
Visi: “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia”.
Misi: “Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara
berintegrasi, berdasakan prinsip- prinsip komersial yang kuat”.
48 PT Pertamina Persero ini juga memiliki tata nilai yang dijunjung
tinggi oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Clean Bersih Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
b. Competitive Berdaya Saing
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja. c.
Confident Percaya diri Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor
dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa. d.
Customer Focused Fokus pada Pelanggan Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. e.
Commercial Komersial Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. f.
Capable Berkemampuan Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
49 Pedoman Tatakelola Perusahaan merupakan acuan penerapan
Good Corporate Governance dalam membuat keputusan, menjalankan
tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, patuh kepada peraturan perundang-undangan dan kesadaran akan tanggung jawab social
perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders. Tujuan penerapan GCG adalah:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan .
2. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara professional dan
mandiri; 3.
Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4.
Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders;
5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya
di bidang energi dan petrokimia.
50 Adapun struktur organisasi PT. Pertamina adalah sebagai berikut:
Head of Internal Audit President Director
CEO Head of integrated
Supply Chain Head of Corporate
Legal Corporate Secretary
Head of LNG Business
Director,Investment, Planning Risk
Management Director Refinery
Director General Affairs
Director Finance Director Human
Resources Director Marketing
Trading Director Upstream
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT.Pertamina
Sumber: PT. Pertamina
51
C. Siklus Penjualan PT.Pertamina
Penjualan merupakan salah satu kegiatan dari perusahaan manufaktur, dimana perusahaan menjual sejumlah barang dagang kepada vendor atau
pihak pembeli berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan didalam perjanjian jual. Transaksi penjualan diawali ketika perusahaan
mendapatkan permintaan pesanan barang dari perusahaan lain sebagai pihak pembeli, kemudian perusahaan melakukan penjualan atas sejumlah
barang dagang yang dipesan oleh pihak pembeli, pada umumnya transaksi penjualan dengan metode perpetual dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Sumber: PT. Pertamina Transaksi penjualan di PT. Pertamina, dimulai dengan adanya
permintaan atas sejumlah barang tertentu dari pihak pembeli, di PT. Pertamina hal ini disebut dengan Goods Issue. Ketika Goods Issue telah
diterima oleh PT. Pertamina maka akan dibuat Surat Perjanjian Bersama SPB atas Goods Issue sejumlah barang dagang tertentu berdasarkan
permintaan pihak pembeli. Di dalam Surat Perjanjian Bersama dijelaskan secara rinci mengenai jumlah dan harga barang dagang yang diperjual
belikan, tata cara penagihan, penyerahan, pembayaran, masa berlakunya
Jurnal Debet
Credit
Account Receiveable XXX
Cost of Goods Sold XXX
Sales XXX
Inventory XXX
Tabel 4.1 Jurnal Transaksi Penjualan
52 Surat Perjanjian Bersama, hak dan kewajiban para pihak yang
melaksanakan perjanjian, serta penyelesaian jika terjadi masalah dikemudian hari. PT. Pertamina untuk mencatat transaksi tersebut dibantu
dengan menggunakan MY SAP sebagai accounting software, transaksi tersebut dicatat sebagai berikut:
Jurnal Debet
Credit
Clearing Account XXXX
Cost of Goods Sold XXXX
Sales XXXX
Inventory XXXX
Tabel 4.2 diatas menyajikan pencatatan jurnal PT. Pertamina ketika adanya permintaan atas sejumlah barang tertentu dari pihak pembeli.
Sedangkan pada saat invoicing pencatatan jurnal disajikan pada tabel 4.3
Jurnal Debet
Credit
Account Receiveable XXX
InventoryCOGS XXX
Clearing Account XXX
Tabel 4.2 Jurnal Pada Saat PT.Pertamina
Menerima Goods Issue
Tabel 4.3 Jurnal Pada Saat Invoicing
Sumber PT. Pertamina Sumber: PT. Pertamina
53 Ketika SPB telah disetujui oleh kedua belah pihak, maka barang yang
diperjual belikan dikirimkan kepada pihak pembeli, prosedur pengiriman dilaksanakan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam SPB. Proses
penagihan dilakukan oleh PT. Pertamina dengan mengirimkan debet notatagihan kepada pihak pembeli berdasarkan jumlah tertentu sesuai
dengan yang tertera didalam SPB. Sebelum pembayaran dilakukan oleh pihak kedua, pihak kedua
melaksanakan suatu proses yang disebut pencocokan dan penelitian COKLIT. Proses pencocokan dan penelitian dimana PT. Pertamina
sebagai pihak pertama selaku penjual barang dagang dan Pihak kedua sebagai pembeli yang membutuhkan barang yang diproduksi oleh pihak
pertama, saling bertemu untuk mencocokan dan meneliti atas kebenaran dokumen tagihan, melalui pencocokan terhadap bukti-bukti transaksi baik
bukti fisik maupun yang berada didalam MYSAP. Setelah proses pencocokan dan penelitian selesai, jika ditemukan
kesalahan atau dokumen kurang lengkap, pihak kedua dapat mengembalikan dokumen tagihan kepada PT. Pertamina untuk diperbaiki
dan dilengkapi. Kemudian akan ditagihkan kembali kepada pihak kedua sesuai jumlah yang benar sesuai dengan proses pencocokan dan penelitian
yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Setelah debet nota disetujui oleh pihak kedua, maka proses pembayaran akan dilakukan oleh pihak
kedua sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam debet nota yang dikirimkan oleh PT. Pertamina kepada pihak kedua.
54
D. Penerapan Pengendalian Internal Komponen Informasi dan
Komunikasi Pada Siklus Penjualan PT. Pertamina
Pada penjualan tunai yang dilakukan oleh PT. Pertamina kepada pelanggan terkait dengan penjualan BBM terbagi menjadi dua prosedur
yaitu Prosedur Online Payment Banking System OPBS dan Prosedur Non-Online Payment Banking System
Non-OPBS. Dimana Prosedur OPBS adalah sistem penjualan produk BBM dan Non BBM dengan
pembayaran melalui Bank Persepsi yang Sales Order di-input oleh petugas Bank Persepsi. Sedangkan Prosedur Non-OPBS adalah sistem penjualan
produk BBM dan Non BBM dengan pembayaran melalui Bank Persepsi yang Sales Order diproses oleh Fungsi Penjualan.
56 Adapun flowchart untuk prosedur penjualan OPBS sebagai berikut:
No. Prosedur
Bank KasBank
InstalasiDepot HutangPiutang
1. Menerima setoran dari Pelanggan Pertamina dan membuat
Sales Order dengan sistem OPBS melalui Web-based Application yang terhubung ke Sistem SAP.
2. Menerima Data Electronic Bank Statement dan Hard Copy
Rekening Koran. Sistem SAP akan meng-create posting otomatis ke rekening Main Bank dan BIC serta posting
otomatis BIC dan Down Payment Customer dan apabila proses otomatis gagal, maka dilakukan proses posting secara
manual
3. a. Mencetak Delivery Order dan memproses Good Issue
berdasarkan Delivery Order PNBP, kemudian sistem SAP meng-create Billing secara otomatis menghasilkan dokumen
pembukuan rekening Account Receivable dan rekening sales
. b. Melakukan monitoring terhadap keberhasilan proses
billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal,
maka dilakukan proses billing secara manual. 4.
Melakukan proses clearing AR Account Receivable
dan memonitor saldo pelanggan penjualan tunai
Gambar 4.2 Flowchart Penjualan Tunai OPBS
1.
2.
3.
4.
Sumber: PT. Pertamina
57
Berdasarkan gambar 4.2 prosedur OPBS ini dimulai ketika Bank Persepsi menerima setoran dari Pelanggan Tunai Pertamina, kemudian
sistem SAP melalui Electronic Bank System EBS akan secara otomatis melakukan proses posting Main Bank pada Bank Incoming Clearing
BIC. Kemudian bank persepsi membuat sales order dengan melalui sistem OPBS yang terhubung langsung Web-Based Application dengan
SAP, sales order dibuat berdasarkan tanggal setor, customer account, dan nomor aplikasi bukti setor. Fungsi kasbank Perbendaharaan menerima
Data Electronic Bank Statement dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan mengcreate Posting Otomatis dari transaksi pelunasan
Pelanggan ke rekening BIC dan Account Receivable Pelanggan. Kemudian Fungsi Penjualan-InstalasiDepot mencetak delivery order,
dan memproses goods issue sesuai dengan delivery order. Kemudian sistem SAP meng-create Billing secara otomatis menghasilkan dokumen
pembukuan rekening Account Receivable dan rekening sales. Bagian instalasidepot melakukan melakukan monitoring terhadap keberhasilan
proses billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal, maka dilakukan proses billing secara manual. Pada akhirnya Sistem SAP akan
melakukan proses clearing AR secara otomatis, apabila gagal maka fungsi hutangpiutang yang akan melakukan proses manual serta memonitoring
saldo akun penjualan tunai pelanggan. Adapun flowchart untuk prosedur penjualan Non-OPBS sebagai
berikut:
58
No. Prosedur
Bank KasBank
InstalasiDepot HutangPiutang
1. Menerima setoran dari Pelanggan
Pertamina, dan sistem SAP akan meng-create pembukuan Main Bank pada
BIC secara otomatis
2. Menerima Data Electronic Bank Statement
dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan meng-create pembukuan BIC
pada Down Payment Customer.
3. a. Membuat Sales Order dan mencetak
Delivery Order b. Memproses Good Issue berdasarkan
Delivery Order
PNBP, kemudian sistem SAP meng-create Billing secara otomatis
menghasilkan dokumen pembukuan rekening Account Receivable dan rekening
sales
. c. Melakukan monitoring terhadap
keberhasilan proses billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal, maka
dilakukan proses billing secara manual.
4. Melakukan proses clearing AR Account
Receivable dan memonitor saldo
pelanggan penjualan tunai
Gambar 4.3 Flowchart Penjualan Tunai Non-OPBS
1.
2.
3.
4. Sumber: PT. Pertamina
59
Berdasarkan gambar 4.3 untuk penjualan tunai Non-OBPS, prosedur dimulai ketika Bank Persepsi menerima setoran dari Customer Tunai
Pertamina, kemudian sistem SAP melalui EBS akan secara otomatis melakukan proses posting Main Bank pada BIC. Kemudian Fungsi
KasBank – Perbendaharaan menerima Data Electronic Bank Statement
dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan mengcreate Posting Otomatis dari transaksi pelunasan pelanggan ke rekening BIC dan Account
Receivable Pelanggan.
Fungsi penjualandepot membuat sales order, mencetak delivery order,
dan memproses goods issue berdasarkan delivery order. Pada saat yang sama sistem SAP meng-create billing secara otomatis dan
menghasilkan dokumen pembukuan rekening Account Receivable dan rekening sales. Kemudian fungsi penjulandepot melakukan monitoring
terhadap keberhasilan proses billing otomatis tersebut dan apabila proses otomatis gagal, maka dilakukan proses billing secara manual. Pada
akhirnya sistem SAP akan melakukan proses clearing AR secara otomatis, apabila gagal maka fungsi hutangpiutang yang akan melakukan proses
manual serta memonitoring saldo akun penjualan tunai pelanggan. PT. Pertamina selain melaksanakan penjualan BBM dan Non-BBM
tunai dengan pelanggan, PT.Pertamina juga melaksanakan penjualan BBM dan Non-BBM dengan instansi pemerintah. Adapun flowchart untuk
prosedur penjualan kepada instansi pemerintah sebagai berikut:
60
No Prosedur
Pemasaran dan Niaga
Fungsi Penjualan Unit
InstalasiDepot Hutangpiutang
Niaga Unit Keuangan
Hilir 1
Menerima daftar pesanan barang dari TNI kemudian mengirimkan kepada fungsi
penjualan unit
2 Meneruskan daftar pesanan barang ke
instalasidepot, dan memonitor realisasi penyerahan produk ke TNI
3 a. Membuat sales order berdasarkan surat
pesanan barang. Membuat delivery order
dan memproses goods issue. MY SAP secara otomatis meng-create
billing yang mengahasilkan dokumen
b. Membuat PB 221 berdasarkan delivery
order yang ditanda tangani oleh Satuan
Pemakai-TNI dan Pertamina serta mengirimkannya ke keuangan unit
4 Memindahbukukan account receivable dan
mengirimkan ke keuangan hilir dengan dilampirkan PB 221 asli serta memonitor
saldo hutang piutang TNI di unit yang bersangkutan
5 a. Membuat debet nota sebagai penagihan
kepada TNI
serta melakukan
monitoring terhadap saldo piutang TNI b.
Melakukan pencocokan dan penelitian COKLIT setiap triwulan
1.
2
4
5 3
Gambar 4.4 Flowchart Penjualan Tunai Kepada Instansi Pemerintah
Sumber: PT. Pertamina
61
Berdasarkan gambar 4.4, adapun prosedur penjualan dan pengendalian yang dilaksanakan oleh PT.Pertamina diawali ketika fungsi pemasaran dan
niaga menerima daftar SA Surat Alokasi SP2M Surat Perintah Penyaluran Minyak SP3M Surat Perintah Pelaksanaan Pengambilan
Minyak dari instansi pemerintah, kemudian mengirimkan ke fungsi penjualan unit. Kemudian fungsi penjualan unit meneruskan daftar
SASP2MSP3M ke instalasideptDPPU, dan memonitor realisasi penyerahan produk kepada instansi pemerintah. Kemudian fungsi
penjualan unit membuat sales order, mencetak delivery order, dan memproses goods issue berdasarkan delivery order. Setelah itu, fungsi
KasBank – Perbendaharaan menerima Data Electronic Bank Statement
dan Hard Copy Rekening Koran. Sistem SAP akan mengcreate Posting Otomatis dari transaksi pelunasan Pelanggan ke rekening BIC dan Account
Receivable Pelanggan. Kemudian instalasidepotDPPU membuat PB 221
bukti penyerahan BBM kepada pihak instasi pemerintah berdasarkan delivery order
yang ditandatangani oleh Satuan Pemakai SATKAI instansi pemerintah dan PT.Pertamina, serta mengirimkannya ke keuangan
unit. Selanjutnya fungsi hutang piutang niaga unit memindah bukukan
account receiveable ke keuangan distribusi hilir dilampiri PB 221 serta
melakukan monitoring dan memastikan saldo account receiveable customer
instansi pemerintah tidak ada outstanding. Pada akhirnya fungsi keuangan distribusi hilir membuat debet nota sebagai penagihan kepada
62 instansi pemerintah serta melakukan monitoring terhadap saldo piutang
instansi pemerintah di Distribusi Hilir. Kemudian fungsi keuangan Distribusi Hilir, fungsi keuangan unit dan instansi pemerintah melakukan
Pencocokan dan Penelitian COKLIT, yang kemudian setelah customer melakukan pelunasan maka fungsi controller Distribusi Hilir melakukan
Clearing manual atas account receiveable.
E. Permasalahan-Permasalahan yang Terjadi Terkait Transaksi
Penjualan PT. Pertamina
Masalah-masalah yang terjadi berkaitan transaksi penjualan di PT. Pertamina ialah sebagai berikut:
1. Tidak Dilakukannya Rekonsiliasi Angka Penjualan untuk
Costumer Credit
Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap beberapa costumer kredit, beberapa customer kredit telah melakukan rekonsiliasi hutang
piutang atas penjualan yang dilakukan antara manajemen dengan customer kredit tersebut. Namun tidak diikuti dengan rekonsiliasi
jumlah penjualannya. Sehingga antara jumlah penjualan di tahun berjalan yang dijadikan dasar pembuatan berita acara rekonsiliasi
hutang piutang tidak sama dengan jumlah yang tercatat di General Ledger
akun penjualan MY SAP. Berikut ini hasil perbedaan penjualan tersebut:
63 Dari tabel 4.4, dapat kita ketahui bahwa perbedaan tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan antara jumlah penjualan berita acara dengan jumlah yang tercatat di GL akun penjualan MY SAP. Pada
umumnya proses rekonsiliasi dibagian pemasaran lebih difokuskan terhadap angka hutang piutang sehingga tidak dilakukan rekonsiliasi
terhadap jumlah penjualan sehingga mengakibatkan seringnya terjadi perbedaan dari penjualan kepada pihak pembeli.
2. Surat Pengantar Pengiriman Surat Jalan Tidak diarsip,
Keterlambatan dalam Pembuatan Faktur Komersial, dan Sales
Order Penjualan Pelumas.
Setiap akan dilakukan pengiriman BBM industri dari depot, fungsi penjualan di depot akan menerbitkan surat jalan. Surat jalan
dibuat 4 rangkap, rangkap pertama untuk di file oleh pertamina dan 2, 3, 4 untuk pelanggan. Namun kenyataan yang terjadi dilapangan tidak
No. Nama Customer
Jumlah Penjualan Dalam Ribuan
Per Berita Acara
Per MY SAP Perbedaan 1.
PT. Indonesia Power 11.686.562
11.610.199 76.363
2. PT. Pembangkitan Jawa Bali
8.532.428 8.550.246
17.818 3.
PT. PLN Persero 19.370.554
19.395.158 24.594
TOTAL 39.589.554
39.555.603 33.951
Tabel 4.4 Transaksi Penjualan
Sumber PT. Pertamina