Analisis penerapan informasi dan komunikasi dalam siklus penjualan dan dampkanya terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan (studi kasus Pt. Pertamina

(1)

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

M.Sandy Pradhana Putra NIM: 107082003603

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

M. Sandy Pradhana Putra NIM: 107082003603 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si NIP. 197306152005011009 NIP. 197609242006042002

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 8 Juni 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : M. Sandy Pradhana Putra

2. NIM : 107082003603

3. Jurusan : Akuntansi/Audit

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Informasi Dan Komunikasi Dalam Siklus Penjualan Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan Laporan Keuangan

(Studi Kasus Pt. Pertamina)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Juni 2011

1. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. ( ________________________ ) Ketua

2. Yulianti, SE., M.Si ( ________________________ )

NIP. 198203182011012011 Sekretaris

3. Erika Amelia, SE., M.Si ( ________________________ ) Penguji Ahli


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Jum’at, 17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : M.Sandy Pradhana Putra

2. NIN : 107082003603

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Informasi Dan Komunikasi Dalam Siklus Penjualan Dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan Laporan Keuangan (Studi Kasus PT. Pertamina)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS ( )

NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua

2. Rahmawati, SE, MM ( ). NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris

3. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( )

Penguji Ahli 1

4. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si ( ) NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I

5. Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si ( )


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : M.Sandy Pradhana Putra

No. Induk Mahasiswa : 107082003603

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 15 Juni 2011 Yang Menyatakan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : M. Sandy Pradhana Putra

2. Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 30 November 1989

3. Alamat : Jl. Bumi Daya VIII/No.195 Cinere, Depok

4. Telepon : 085692715279

5. Email : king_sandy_tiger@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN 011 Pagi, Pondok Labu, Jakarta Selatan Tahun 1995-2001

2. SMPN 85 Jakarta Tahun 2001-2004

3. SMA Negeri 34 Jakarta Tahun 2004-2007 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2011

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Rohis SMA N 34 Jakarta Sebagai Anggota (2004-2007) 2. 34 High Tech Society (2007-Sekarang)

3. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Sebagai Anggota (2009-2010) dan Koord. Dept. Hubungan Masyarakat (2010-2011)


(7)

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ir. M. Budi Setiawan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 18 Agustus 1958

3. Ibu : Rr. Leksmanawati Dwika. W

4. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 17 Maret 1961


(8)

ANALYSIS OF THE APPLICATION OF INFORMATION AND COMMUNICATION INSIDE SALES CYCLE AND ITS IMPACT ON THE EFFECTIVENESS OF THE FINANCIAL STATEMENTS

(CASE STUDTY PT. PERTAMINA) ABSTRACT

This study analyzes the implementation of internal control system especially information and communications component and their impact on the effectiveness of making financial reports. This research is located at the headquarters of PT. Pertamina, Jakarta. Sampling method is by observation and using scondary data, while the data processing method used by researchers is to compare the actual conditions in the field with the rules set by PT. Pertamina

The results of this study indicate that application of the internal control system, especially information and communication component sales cycle has been implemented quite effectively, but still needs improvement. This has resulted in a lack of effective financial statement and in particular related to the sales cycle.

Keyword: Internal control, information and communications, sales cycle, financial statement


(9)

ANALISIS PENERAPAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PT. PERTAMINA)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa penerapan sistem pengendalian internal komponen informasi dan komunikasi serta dampaknya terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan. Penelitian ini berlokasi di kantor pusat PT. Pertamina Jakarta. Metode penentuan sampel ialah dengan melakukan observasi serta menggunakan metode data sekunder, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah membandingkan kondisi nyata di lapangan dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh PT. Pertamina

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem pengendalian internal komponen informasi dan komunikasi khususnya siklus penjualan telah dilaksanakan cukup efektif, namun masih perlu adanya perbaikan. Hal ini berdampak pada kurang efektifnya pembuatan laporan keuangan khususnya terkait dengan siklus penjualan.

Kata kunci: Sistem pengendalian internal, informasi dan komunikasi, siklus penjualan, laporan keuangan


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Informasi dan Komunikasi Dalam Siklus Penjualan dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan Laporan Keuangan (Studi Kasus PT. Pertamina)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Adikku yang telah menyemangati dan memberikan banyak do’a terbaiknya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.


(11)

6. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Heru Sutrisno selaku SVP Business Development PT. Pertamina, Ibu Nunik selaku Kepala Dept. Distribusi Hilir, Bapak Yusran Bustamar dan Ibu Hendarsih yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi di PT. Pertamina.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Terima kasih kepada Eyang Putri yang telah memberikan dukungan berupa do’a dan moril kepada peneliti serta Tante Aniek yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi di PT. Pertamina.

10. Rahma, Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi dan sidang kompre. Semoga Allah membalas kebaikanmu.

11. “Si Bongsor” selaku komputer tercinta, terima kasih sudah menemani peneliti disaat suka dan duka.

12. Sahabat terdekat peneliti: Nadiyya “ungu” hayatunnufus, Septi, Chiko, Yuni, dan Mita yang sudah mendukung peneliti.

13. Kak Atina, terima kasih atas masukkan dan sarannya sehingga peneliti berhasil menyelesaikan skripsi. Serta semua teman-teman BEMJ Akuntansi periode 2010-2011 dan Akuntansi D angkatan 2007.

14. Sahabat - sahabat peneliti di kampus lain terima kasih atas bantuannya dalam meminjamkan literatur terkait dengan penelitian skripsi.

15. Tika, terimakasih atas bantuannya selama ini.


(12)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 16 Juni 2011


(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ...ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ...iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ...iv

Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ...v

Daftar Riwayat Hidup ...vi

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...10

A. Tinjauan Literatur ...10


(14)

2. Sistem Informasi Akuntansi

(Accounting Information System) ...14

3. Sistem Pengendalian Internal ...16

4. Siklus Penjualan ...27

5. Efektivitas ...28

6. LaporanKeuangan ...29

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...32

C. Kerangka Pemikiran ...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...36

A. Ruang Lingkup Penelitian ...36

B. Metode Pengumpulan Data ...38

C. Metode Analisis Data ...37

D. Operasionalisasi Variabel ...38

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...39

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...39

B. Profil Perusahaan ...39

C. Siklus Penjualan PT. Pertamina ...51

D. Penerapan Pengendalian Internal Komponen Informasi Dan Komunikasi Dalam Siklus Penjualan PT.Pertamina ...54

E.Permasalahan Yang Terjadi Terkait Transaksi Penjualan PT.Pertamina ...62


(15)

G.Dampaknya Terhadap Efektivitas Laporan Keuangan ...83

BAB V PENUTUP ...86

A. Kesimpulan ...86

B. Implikasi ...88

C. Saran ...89

Daftar Pustaka ...90


(16)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 32

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 38

4.1 Jurnal Transaksi Penjualan ... 51

4.2 Jurnal Pada Saat PT. Pertamina Menerima Goods Issue ... 52

4.3 Jurnal Pada Saat Invoicing ... 52

4.4 Transaksi Penjualan ... 63

4.5 Transaksi Yang Tidak Teridentifikasi Nama Produknya ... 66

4.6 Pencatatan Jurnal Penjualan ... 66

4.7 Penerimaan Pembayaran PPN ... 67

4.8 Jurnal Pada Saat PT. Pertamina Menerima Goods Issue dari TNI ... 69

4.9 Jurnal Pada Saat Invoicing Berdasarkan Hasil Pencocokan dan Penelitian ... 71

4.10 Pencatatan Jurnal Penjualan ... 77

4.11 Penerimaan Pembayaran PPN ... 77

4.12 Jurnal Koreksi Atas Transaksi Penerimaan Pembayaran ... 78

4.13 Saran Perbaikan ... 80


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 34

4.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina... 50

4.2 Flowchart Penjualan Tunai OPBS ... 56

4.3 Flowchart Penjualan Tunai Non-OPBS ... 58

4.4 Flowchart Penjualan Tunai Kepada Instansi Pemerintah ... 60

4.5 Skema Tugas dan Peran Compliance System PT.Pertamina ... 85


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman 1 Surat Penelitian Skripsi ... 95 2. Cover Surat Perjanjian Bersama ... 96 3. Cover Berita Acara Pencocokan dan Penelitian ... 97 4. Cover Tata Kelola Organisasi Penjualan Central Collection


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 mengenai Badan Usaha Milik Negara, merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Adapun maksud dan tujuan dari pendirian BUMN berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 mengenai Badan Usaha Milik Negara ialah:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya,

2. Mengejar keuntungan,

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak,

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi,

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat,


(20)

Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementrian BUMN yang dipimpin oleh Menteri Negara BUMN.

Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan, ketertiban umum dan atau kesusilaan. Salah satu bentuk tanggung jawab BUMN ialah melalui penyajian laporan keuangan, yang berisi mengenai segala informasi mengenai kinerja keuangan BUMN selama suatu periode tertentu, dimana informasi laporan keuangan tersebut digunakan untuk seluruh stakeholders baik, pemerintah, investor, lembaga pemerintah lainnya maupun rakyat Indonesia. Oleh karena itu, laporan keuangan BUMN haruslah bebas dari salah saji, serta kesalahan informasi yang dapat merugikan para pengguna laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan BUMN dikritik oleh mantan Menteri Ekonomi Sri Mulyani, dikarenakan masih cukup banyak laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara yang belum mengikuti standar pelaporan keuangan. Hal ini menyebabkan tidak diperbolehkannya sebagian besar BUMN untuk listing di pasar modal asing, hanya PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Yang telah listing. Pemerintah terus berusaha memperbaiki laporan keuangan BUMN. Hal ini untuk bertujuan agar BUMN menjadi lebih transparan dan memudahkan investor untuk menanamkan modal di dalam negeri (Bataviase, 2008:1).


(21)

Banyak BUMN yang saat ini terjerat masalah keuangan. Hal ini terbukti dari hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 32 BUMN menunjukkan adanya kasus BUMN yang merugi, terindikasi kasus korupsi, dan kredit macet. Dari keseluruhan, BPK memaparkan 73 temuan yang berindikasi kerugian negara senilai Rp2,48 triliun. Pemeriksaan keuangan dilakukan terhadap empat BUMN, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Perum Perusahaan Film Nasional (PFN), dan PT Sarana Karya. BPK memberikan pendapat "Tidak Wajar" (TW) terhadap Laporan Keuangan PT Sarana Karya, "Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan" terhadap Perum PFN. Kemudian, "Wajar Tanpa Pengecualian" terhadap PT PLN, dan "Tidak Memberikan Pendapat" terhadap Perjan RSCM (Suara Merdeka, 2007:1).

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan perusahaan kepada para pengguna informasi laporan keuangan. Pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2009) adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.


(22)

Dalam PSAK nomor 1 (2009) tujuan laporan keuangan secara umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan khusus laporan keuangan dalam APB Statement No 4 adalah untuk menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Oleh karena itu hendaknya laporan keuangan harus disajikan secara wajar sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan terkait dengan perusahaan tersebut. Untuk mewujudkan laporan keuangan yang bebas dari salah saji dan kesalahan informasi maka dibutuhkan sistem pengendalian internal yang baik serta terstruktur dengan baik di lingkungan perusahaan.

Pengertian sistem pengendalian internal menurut Committee of

Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) dalam

Boynton dan Johnson (2006:391) adalah proses yang dilakukan oleh dewan manajemen, direksi, dan pegawai lainnya dari entitas yang bersangkutan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dari keandalan dari laporan keuangan, kepatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku, efektivitas, dan efisiensi dari kegiatan operasi.


(23)

Sistem pengendalian internal memiliki lima komponen yang saling berkaitan satu sama lain yang berfungsi untuk melakukan kontrol atas resiko-resiko yang terjadi. COSO (AU 319.07) dalam Boynton dan Johnson (2006:392) pun menjelaskan komponen pengendalian internal yaitu lingkungan pengendalian (control enviroment), penilaian resiko (risk

assement), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan

komunikasi (information & communication), serta pemantauan (monitoring).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengendalian internal memiliki peran penting dalam meningkatkan efektivitas dari laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian internal merupakan elemen penting yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembuatan laporan keuangan yang bebas dari salah saji dan kesalahan informasi. Maka dibutuhkan pengendalian internal yang kuat untuk mengawasi pembuatan laporan keuangan.

Berdasarkan hasil audit Badan Pemerikasaan Keuangan (BPK) pada semester II tahun 2010, terhadap enam laporan keuangan BUMN/D dan badan lainnya. Laporan Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII (Persero) TB 2009, Laporan Keuangan PDAM Kota Padang TB 2009, Laporan Keuangan West Sumatera Earthquake Disaster Project (WSEDP) pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk Periode yang Berakhir 30 Juni 2010, Laporan Keuangan Penyelenggaraan Ibadah Haji (PIH) Tahun 1430H/2009M dan Tahun 1429H/2008M, serta Laporan


(24)

Keuangan Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (dahulu Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam) TA 2009. Dari hasil pemerikasaan tersebut BPK memberikan opini WTP terhadap Laporan Keuangan WSEDP BNPB TA 2010, opini WDP diberikan terhadap Laporan Keuangan PDAM Kota Padang TB 2009 serta BP Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam TA 2009 (BPK, 2010:37).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pertama, masih banyaknya laporan keuangan BUMN yang belum memenuhi standar pelaporan keuangan. Kedua, untuk mengetahui seberapa besar peranan sistem pengendalian khususnya informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian di PT. Pertamina. Badan Usaha Milik Negara tersebut bergerak dalam bidang energi serta memiliki cakupan penjualan yang begitu luas.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Informasi dan Komunikasi dalam Siklus Penjualan dan Dampaknya Terhadap Efektivitas Pembuatan Laporan Keuangan (Studi Kasus PT. Pertamina)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis lebih memfokuskan penelitian ini terhadap internal control khususnya


(25)

informasi dan komunikasi perusahaan pada siklus penjualan PT. Pertamina. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal informasi dan komunikasi pada siklus penjualan terhadap efektivitas laporan keuangan PT. Pertamina?

2. Permasalahan apa yang timbul dalam siklus penjualan terkait dengan pengendalian internal informasi dan komunikasi?

3. Apakah laporan keuangan PT. Pertamina telah disajikan dengan efektif, khususnya yang terkait dengan siklus penjualan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk penerapan sistem pengendalian internal informasi & komunikasi pada siklus penjualan terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan PT. Pertamina.

b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam siklus penjualan terkait dengan pengendalian internal informasi dan komunikasi

c. Untuk mengetahui efektivitas pelaporan keuangan PT.Pertamina khususnya terkait dengan siklus penjualan.


(26)

2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

2) Bagi Masyarakat, sebagai sarana informasi mengenai auditing,

pengendalian internal, dan penerapan informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang pengendalian internal dan laporan keuangan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

1) PT. Pertamina, dapat mengetahui kemampuan dari pengendalian internal yang digunakan oleh perusahaan serta penerapan informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan. Manfaat lain yaitu sebagai dasar untuk melakukan rekomendasi


(27)

perbaikan atas kelemahan yang ditemukan dalam sistem pengendalian internal.

2) Pemerintah, dapat mengetahui informasi mengenai penerapan informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan serta memberikan informasi tambahan bagi BUMN lainnya.

3) Stakeholders, dapat mengetahui informasi mengenai penerapan

informasi dan komunikasi terhadap efektivitas pembuatan laporan keuangan, selain itu dapat digunakan sebagai tinjauan para pengguna laporan keuangan dalam melakukan proses pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Auditing

Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) adalah

sebagai berikut:

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done

by a competent, independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Arens et al.(2010) pada umumnya terdapat tiga jenis audit, yaitu:

a. Financial statement audit (audit laporan keuangan), yang mencakup

mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti terhadap laporan keuangan suatu entitas sebagai upaya memberikan opini kewajaran penyajian laporan keuangan.

b. Compliance audit (audit kepatuhan), mencakup mendapatkan dan

mengevaluasi bukti-bukti apakah aktivitas suatu entitas baik keuangan maupun operasionalnya mematuhi peraturan dan standar tertentu.


(29)

c. Operational audit (audit operasional), mencakup mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas aktivitas suatu entitas untuk tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Boynton dan Johnson (2010:6), definisi audit yang berasal dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of

the American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah

sebagai berikut:

A Systematic process of objectively obtaining and evaluating

regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established

criteria and communicating the results to interested users

Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakaian yang berkepentingan”.

Kemudian Boynton et al. (2010:8-9) membagi tipe-tipe audit dalam 3 kelompok, yaitu:

a. Financial statement audit

“A financial statement audit involves obtaining and evaluating evidence about an entity’s presentation of its financial position,

results of operations, and cash flows for the purpose of expressing an opinion on whether they are presented fairly in comformity wwith


(30)

b. Compliance audit

“A compliance audit involves obtaining and evaluating evidence to

determine whether certain financial or operating activities of an entity

conform to specified conditions, rules or regulation”.

c. Operational audit

“An operational audit involves obtaining and evaluating about effiency and effectiveness of entity’s operating activities in relation to specified objectives”.

Namun belakangan muncul satu audit lagi, yaitu audit fraud atau audit investigasi. Audit ini memfokuskan pada ada atau tidaknya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan entitas kemudian menelusuri pihak-pihak yang melakukan kecurangan tersebut. Audit ini memerlukan keahlian khusus tambahan diluar pengetahuan audit secara umum.

Fraud audit berbeda dengan audit investigasi, fraud audit meliputi

proses pendeteksian, pencegahan, dan perbaikan. Sedangkan, audit investigasi lebih kepada kegiatan untuk mendapatkan bukti-bukti yang mendukung sangkaan awal. Bukti tersebut nantinya akan digunakan sebagai pendukung dalam proses penuntutan di pengadilan (Widiastono, 2008).

Menurut Widiastono (2008), agar dapat membongkar terjadinya fraud

(kecurangan) maka seorang akuntan forensik harus mempunyai pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat, pengenalan perilaku manusia, dan organisasi (human and organization behaviour), pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan


(31)

pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum), pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi

(profiling), pemahaman terhadap pengendalian internal, dan kemampuan

berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Personel yang melakukan audit disebut dengan auditor. Menurut Arens

et al., (2010:15). Terdapat empat jenis auditor yang umum dikenal

masyarakat, yaitu:

a. Certified Public Firms (Akuntan Publik)

Akuntan publik disebut juga auditor eksternal atau auditor independen Untuk membedakannya dengan auditor internal, akuntan ini bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan keuangan organisasi yang dipublikasikan, serta memberikan opini atas informasi yang diauditnya.

b. General Accounting Office Auditors (Akuntan Pemerintah)

Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah. Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Laporan audit ini diserahkan kepada kongres, dalam hal ini untuk Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat.

c. Internal Revenue Agent (Akuntan Pajak)

Akuntan pajak mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.


(32)

d. Internal Auditors (Auditor Internal)

Auditor internal bertanggung jawab terhadap manajemen perusahaan. Tinjauannya adalah audit terhadap berbagai prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran rekomendasi manajemen untuk meningkatkan kualitas operasi perusahaan.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka pengertian audit adalah suatu proses yang sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai dan kejadian ekonomi (informasi) suatu entitas dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

2. Sistem Informasi Akuntansi (Accounting Information System)

Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (Accounting Information

System) menurut Romney, Steinbart (2009:28) adalah sebagai berikut:

An Accounting Information System (AIS) is a system that collects, records, stores, and process data to produce information for decisions

makers”

Artinya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk menghasilkan informasi untuk para pengambil keputusan.


(33)

Menurut Hall, James (2009) Sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu:

a. Transactions Processing System (TPS)

Sistem yang Mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di seluruh organisasi.

b. The General Ledgers/ Financial Reporting System (GL/FRS)

Sistem yang menghasilkan laporan keuangan tradisional, seperti laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak, dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh hukum.

c. The Management Reporting System (MRS)

Sistem yang menyediakan manajemen internal dengan laporan keuangan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti anggaran, varians laporan, dan laporan pertanggungjawaban

Definisi sistem informasi akuntansi menurut Bodnar dan Hopwood (2009:7) adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragaman keputusan.

Berdasarkan penjabaran diatas maka sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang menghasilkan sebuah informasi. Informasi yang dihasilkan tersebut dapat berguna bagi perusahaan untuk menentapkan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan masa depan perusahaan, rekomendasi perbaikan terhadap sistem pengendalian


(34)

internal, informasi mengenai kekeliruan atau kecurangan, dan lain sebagainya.

3. Sistem Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan berbagai kepentingan. Istilah pengendalian internal diambil dari terjemahan istilah “Internal Control

meskipun demikian penulis menterjemahkan sebagai pengawasan intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah menjadi masalah karena tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.

Menurut Arens et al. (2010:290), suatu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering disebut pengendalian dan secara kolektif mereka meringkas pengendalian internal entitas itu.

Pengertian sistem pengendalian internal menurut COSO dalam Boynton dan Johnson (2006:391) adalah proses yang dilakukan oleh dewan manajemen, direksi, dan pegawai lainnya dari entitas yang bersangkutan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dari keandalan dari laporan keuangan, kepatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasi.


(35)

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:319.2) Pengendalian Internal di definisikan sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.”

Dengan adanya sistem pengendalian internal yang terdapat di suatu perusahaan memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan perusahaan yang terdiri dari kategori: (a) pelaporan keuangan yang bisa diandalkan, (b) efektivitas dan efisiensi dari operasi, dan (c) pemenuhan hukum dan peraturan yang berlaku. Dapat tercapai dengan baik dan maksimal. Selain itu dengan penggunaan SPI yang baik dan kuat dapat mengurangi terjadinya kecurangan yang dapat berakibat fatal terhadap

going concern suatu entitas.

b. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang diciptakan dalam perusahaan harus mempunyai beberapa tujuan. Menurut Arens et al. (2010:370) pengendalian internal memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Reliabilitas pelaporan keuangan

Tujuan pengendalian internal ini adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.


(36)

2) Efisiensi dan efektivitas operasi

Tujuan yang penting dari pengendalain ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.

3) Ketaatan pada hukum dan peraturan

Dalam section 404 mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas laporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam section 404, organisasi-organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagi hukum dan peraturan.

Menurut Louwers, Ramsay (2008:158) Sistem pengendalian internal didesain utuk mencapai tujuan pengendalian yang terdiri dari tiga target yaitu:

1) Financial reporting category

Hal ini ditujukan untuk menerbitkan laporan keuangan yang handal dan menjaga aset dari penggunaan ilegal.

2) Operations category

Contoh dari target ini adalah bisnis reputasi yang baik, return on

invesment, pengenalan produk baru, market share, dan penggunaan

aset secara efisien dan efektif.

3) Compliance category

Compliance category memiliki tujuan untuk mematuhi hukum dan


(37)

Dari hal diatas dapat kita ketahui bahwa sistem pengendalian internal yang ada didalam suatu perusahaan memiliki tujuan yang sangat penting dalam menyajikan laporan keuangan yang handal, mengawasi proses operasi perusahaan, dan mematuhi hukum yang berkaitan dengan perusahaan. Jika sistem pengendalian internal ini tidak dilaksanakan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut akan mengalami banyak masalah dari kecurangan, kekeliruan, dan lain-lain. c. Elemen-Elemen Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen

pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control

Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Prosedur

Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).

Manajemen sebaiknya memperhitungkan pertimbangan 5 komponen pengendalian internal yang cukup dan efektif yang ditentukan dalam COSO report. Kelima komponen tersebut yaitu: (Rezaee, 1995:6-7)

1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian terdiri dari jumlah elemen-elemen seperti integritas, nilai-nilai etika, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, kebijakan dan praktek sumber daya manusia, keterlibatan dewan direktur dan komite audit, kompetensi


(38)

personalia, dan otoritas dan pertanggungjawaban tugas yang didisain untuk menyediakan kesadaran pengendalian yang meyakinkan dalam perusahaan. Lingkungan pengendalian menyajikan dasar untuk mengevaluasi kecukupan dan keefektivitasan sistem pengendalian internal dan menilai kemampuan perusahaan untuk meyakinkan tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab dan reliabilitas laporan keuangan. Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai dasar dari komponen-komponen pengendalian internal yang lainnya.

2) Penilaian resiko (Risk Assessment)

Penilaian resiko memerlukan identifikasi dan investigasi baik resiko internal dan ekstenal dan penerimaan yang hati-hati atas resiko bisnis dalam mencapai tujuan perusahaan. Penilaian resiko membantu manajemen dan auditor internal berada dalam pengendalian.

3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, prosedur, dan peraturan yang menyediakan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian internal telah dijalankan secara benar dan resiko telah diatur secara efektif.

4) Informasi dan Komunikasi (Information and Communications) Komponen informasi dan komunikasi dari internal kontrol mempertimbangkan informasi yang didapat dan bagaimana pesan


(39)

mengalir melalui sebuah entitas. Semua orang di dalam entitas seharusnya menerima pesan yang jelas melalui top manajemen bahwa pertanggungjawaban pengendalian internal harus dijalankan dengan serius. Personil yang dipengaruhi oleh sistem pengendalian internal semestinya mengerti dengan jelas aspek-aspek relevan dari sistem pengendalian internal, bagaimana mereka bekerja, dan tugas dan tanggung jawab mereka dalam sistem tersebut. Komunikasi seharusnya berjalan dalam semua arah di fungsi pengendalian internal organisasi–up, down, dan across–dalam pengkomunikasian semua informasi internal dan eksternal yang relevan.

5) Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan memerlukan sistem pengendalian internal yang dipantau dalam proses berjalan dan dasar periodik untuk mempertahankan agar tetap efektif. Pemantauan berkelanjutan

(ongoing monitoring) adalah penilaian secara berkelanjutan

berbagai komponen sistem pengendalian internal melalui pelatihan yang tepat dan evaluasi personil, pengawasan terus menerus, dan implementasi rekomendasi yang diberikan oleh auditor. Evaluasi periodik (periodic evaluation) dapat melengkapi pemantauan yang berkelanjutan dan seharusnya digunakan pada basis ad hoc. Frekuensi dan ruang lingkup evaluasi periodik tergantung pada efektivitas dan hasil dari pemantauan berkelanjutan serta penilaian resiko yang terkait dengan sistem pengendalian internal.


(40)

Menurut Sukrisno Agoes. (2004:75), komponen pengendalian internal terdiri dari:

1) Lingkungan pengendalian

Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

2) Penaksiran resiko

Indentifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.

3) Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

4) Informasi dan komunikas

Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

5) Pemantauan

Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Menurut Hall et al. (2009), komponen pengendalian internal terdiri dari:


(41)

1) Lingkungan pengendalian (The Control Enviroment)

Lingkungan pengendalian merupakan landasan bagi empat komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian menetapkan keseluruhan dasar bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran kontrol manajemen dan karyawan.

2) Penilaian resiko (Risk Assement)

Lingkungan Organisasi harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang relevan untuk pelaporan keuangan.

3) Aktivitas pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk menghadapi risiko organisasi yang teridentifikasi.

4) Informasi dan komunikasi (Information & Communication)

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terdiri dari catatan dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi, dan merekam transaksi organisasi dan untuk memperhitungkan aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Kualitas informasi dari SIA menghasilkan dampak kemampuan manajemen untuk mengambil tindakan dan membuat keputusan sehubungan dengan operasi organisasi dan untuk menyiapkan laporan keuangan yang dapat diandalkan.


(42)

5) Pemantauan(Monitoring)

Pemantauan adalah proses dimana kualitas desain pengendalian internal dan operasi dapat dinilai. Hal ini dapat dicapai dengan prosedur yang terpisah atau dengan kegiatan yang sedang berjalan.

Komponen pengendalian internal dalam Arens et al. (2010:294) terdiri dari:

1) Control Enviroments

“The control environment consists of the action, policies, and

procedures that reflect the overall attitudes of top management, directors, and owners of an entity about internal control and its importance to the entity. To understand and assess the control environment, auditors should consider the most important control

subcomponents”.

2) Risk Assesment

“Risk assement for financial reporting is management’s

identification and analysis of risks relevant of financial statements in

conformity in GAAP”.

3) Control Activities

“Control activies are the policies and procedures, in addition in the

other four control components, that help ensure that necessary

actions are taken to address risks to achievement of the entity’s objectives”.

4) Information & Communication

“Methods used to intiniate, record, process, and report an entity’s

transactions and to maintain accountability”.

5) Monitoring

“Management’s ongoing and periodic assessment of the quality of

internal control performance to determine whether controls are


(43)

Komponen pengendalian internal dalam Louwers et al. (2008:160) yaitu:

1) Lingkungan pengendalian (Control Enviroments)

Lingkungan pengendalian menetapkan nada organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen lain dari pengendalian internal. Lingkungan pengendalian menyediakan disiplin dan terstruktur. Faktor-faktor lingkungan pengendalian meliputi integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi orang-orang entitas.

2) Penilaian resiko (Risk Assesment)

Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi risiko, perkiraan signifikansi mereka, kemungkinan, dan mempertimbangkan bagaimana mengelola risiko. Dengan menetapkan tujuan pengendalian, manajemen dapat mengidentifikasi faktor kesuksesan, kebijakan lembaga dan prosedur.

3) Prosedur pengendalian (Control Procedures)

Prosedur pengendalian adalah tindakan spesifik diambil oleh manajemen dan karyawan untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Prosedur pengendalian (manual maupun terkomputerisasi) yang dilaksanakan pada sistem akuntansi bertujuan untuk pencegahan, mendeteksi, dan mengoreksi atas kesalahan dan fraud yang bisa masuk dan mengalir dalam laporan


(44)

keuangan. Pada intinya, prosedur yang mencegah salah saji sebelum salah saji tersebut terjadi.

4) Informasi dan komunikasi (Information & Communication)

Informasi dan komunikasi komponen pengendalian internal adalah mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan pengendalian manajemen. Untuk membuat keputusan yang efektif, manajer harus memiliki akses ke informasi yang tepat waktu, dapat diandalkan, dan relevan.

Sistem informasi harus dianjurkan untuk mengidentifikasi data dari sumber eksternal seperti pemasok, pelanggan dan sebagainya. Manajemen mengevaluasi kualitas informasi menentukan apakah isi informasi tersebut telah sesuai dan informasi tersebut tepat waktu, arus, akurat, dan dapat diakses.

Komunikasi meliputi pembuatan dan pendistribusian laporan. Laporan internal merupakan umpan balik bagi manajemen untuk memantau operasi. Sedangkan laporan eksternal adalah informasi keuangan bagi investor luar, kreditur, dan lain-lain. Komunikasi juga melibatkan harapan, tanggung jawab kelompok individu, dan hal-hal penting lainnya.

5) Pemantauan (Monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu dipantau. Manajemen harus menilai kualitas kinerja pengendalian secara tepat waktu. Pemantauan tidak termasuk kegitan rutin manajemen dan pengawasan pengendalian dan aktivitas personel lainnya.


(45)

Dari penjabaran diatas, dapat kita ketahui bahwa sistem pengendalian internal memiliki lima framework: lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, penilaian resiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Yang disebut juga dengan COSO

Framework. Lima framework ini merupakan satu kesatuan yang saling

terkait yang akan membantu suatu perusahaan dalam mengendalikan sistem pengendalian internal. Serta mengamankan aset dan mencegah terjadinya kecurangan di perusahaan tersebut.

4. Siklus Penjualan

Siklus penjualan menurut Arens et al. (2010:32) merupakan keputusan dan proses penting perpindahan kepemilikan barang dan jasa ke pelanggan. Hal ini dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan konversi material atau layanan menjadi rekening piutang, dan pada ujungnya menjadi uang tunai.

Sedangkan menurut Romney et al. (2008:392) siklus penjualan dan penagihan merupakan serangkaian kegiatan usaha dan pemrosesan operasi yang terkait dengan penyediaan barang dan jasa untuk para pelanggan dan mengumpulkan uang pembayaran dari penjualan tersebut.

Menurut Louwers et al. (2008:282) siklus penjualan dan penagihan terdiri dari pemrosesan pesanan pelanggan, memeriksa kredit, pengiriman barang, tagihan pelanggan, akuntansi untuk accounts receiveable, dan mengumpulkan dan akuntansi penerimaan kas.


(46)

Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa siklus penjualan dan penagihan merupakan kegiatan perusahaan yang terdiri menerima pesanan pelanggan, kemudian melakukan pemeriksaan kredit pelanggan setelah itu dilanjutkan dengan pengiriman barang ke pelanggan. Yang kemudian diikuti dengan proses billing dan collecting cash dari hasil penjualan.

5. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu kondisi dimana berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Sudarmayanti (2004) dalam Rahmawati (2008), efektivitas adalah untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target telah tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan menggunakan seluruh sumber daya dan sarana yang ada.

Menurut Gibson dalam (W. Saragih, 1999) dalam Rahmawati (2008) efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Bila makin dekat prestasi yang dicapai terhadap prestasi yang diharapkan dikatakan lebih efektif.

Secara singkat kriteria efektivitas adalah sebagai berikut : a. Merupakan suatu prestasi kerja

b. Tercapainya sasaran, tujuan, dan keberhasilan c. Menggunakan cara kerja yang baik dan benar

d. Merupakan hasil dari penggunaan sumber daya yang ada e. Merupakan arti produktivitas dalam bentuk materi ataupun jasa


(47)

6. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan perusahaan kepada para pengguna informasi laporan keuangan. Pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2009) adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga, sedangkan menurut Harahap (1995) dalam Wahyudin (2007), mengartikan laporan keuangan sebagai gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha sesuatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Dalam PSAK (2009) tujuan laporan keuangan secara umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan khusus laporan keuangan dalam APB Statement No 4 adalah untuk menyajikan


(48)

secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Menurut IAI dalam PSAK 1 Seksi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan ada empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat diperbandingkan, yang penjelasannya sebagai berikut:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.


(49)

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat diperbandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan suatu laporan yang digunakan oleh para pengguna laporan tersebut untuk mengetahui berbagai informasi yang bermanfaat untuk kepentingan para pengguna laporan keuangan. Jika laporan keuangan tersebut disalahsajikan, yang disebabkan adanya kecurangan maka laporan keuangan tersebut menyediakan informasi


(50)

yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Serta dapat merugikan para pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu.

No. Penelitian, Tahun

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Jeffrey Doyle, Weili Ge, Sarah McVay (2006) Determinants of weaknesses in internal control over financial reporting Penggunaan variabel laporan keuangan dan internal control Variabel informasi dan komunikasi, serta dalam penelitian ini mengguna-kan metode penelitian kuantitatif Kelemahan material dalam internal control dikarenakan perusahaan masih berskala kecil, kurang menguntungkan, lebih komplex, berkembang terlalu cepat, atau sedang dalam masa restrukturisasi. Penemuan ini konsiten dengan perusahaan yang sedang berusaha dengan pengendalian atas laporan keuangan mereka dengan kurangnya sumber daya, persoalan akuntansi yang rumit, dan perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Tabel 2.1


(51)

No. Penelitian, Tahun

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

2. Morris, (2011)

The Impact of Enterprise Resource Planning (ERP) Systems on the Effectiveness of Internal Controls over Financial Reporting Pengendalian internalatas pelaporan keuangan Studi empiris pada perusahaan yang telah mengimpleme-ntasikan sistem ERP antara1994 dan 2003 dibandingkan dengan perusahaan berdasarkan industri dan ukuran yang sama, menggunakan model regresi probit Perusahaan yang mengimplementa sikan ERP kecil kemungkinannya untuk melaporkan kelemahan pengendalian internal dibandingkan pada perusahaan yang tidak mengimplementa sikan ERP. Perbedaan ini ada baik pengendalian secara umum (entity-wide) maupun tingkat individu

(account-level) Tabel 2.1

Lanjutan


(52)

C.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.

Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara

Faktor-faktor Penyebab Laporan Keuangan Tidak Memenuhi Standar

Basis Teori: Teori-teori Auditing Lemahnya Pengendalian Internal

Pengendalian Internal 1. Lingkungan

pengendalian 2. Penilian

resiko 3. Aktivitas

pengendalian 4. Informasi

dan

komunikasi 5. pengawasan

Siklus Penjualan PT. Pertamina

Efektivitas Dalam Pembuatan Laporan Keuangan Perusahaan

Pertamina’s SOP

Compliance System


(53)

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Hasil Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Metode Analisis

Perbandingan Kondisi Aktual Dengan SOP

Gambar 2.1 Skema Kerangka


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pengendalian internal khususnya informasi dan komunikasi yang dimiliki oleh perusahaan dalam efektifitas pembuatan laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina, Jakarta. B. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Penelitian Lapangan (Field Research) Studi lapangan merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan korelasional antar variabel dengan kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang minimal. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara langsung mengenai prosedur pengendalian internal yang ada di PT. Pertamina khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan pada siklus penjualan.

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara mengumpulkan data melalui observasi.


(55)

C. Metode Analisis Data

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan secermat mungkin mengenai suatu hal dari data yang ada. Penelitian tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu menjadi suatu wacana dan konsklusi dalam berpikir logis, praktis dan teoritis. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta. Pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pembahasan penelitian ini akan memberikan gambaran peranan sistem pengendalian internal khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

Teknik analisis yang dilakukan oleh peneliti ialah pengujian secara fakta berdasarkan landasan teoritis dan realita yang terjadi ditempat penelitian. Maksudnya adalah peneliti akan memfokuskan mekanisme terhadap peranan sistem pengendalian internal khususnya informasi dan komunikasi dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.


(56)

D. Operasional Variabel

No. VARIABEL INDIKATOR

1.

2.

Informasi Dan komunikasi

Efektivitas Laporan Keuangan

a) Sistem akuntansi dilaksanakan dengan baik

b) Penggunaan sistem informasi dan komunikasi

c) Kualitas sistem informasi dan komunikasi

d) Informasi yang terintegrasi e) Menjamin kebutuhan terhadap

kualitas data

f) Kebijakan pimpinan

dikomunikasikan dengan jelas g) Adanya pemahaman yang baik

tentang peran dan tanggung jawab individual menganai pengendalian intern atas Laporan Keuangan a) Kesesuaian dengan kondisi

perusahaan

b) Full Disclosure

c) Tingkat materialitas

d) Bebas dari Informasi yang bias Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian


(57)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.

Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan

Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (PERSERO) Pusat di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi di PT. Pertamina. Selama penelitian, peneliti berada di bagian controller dan keuanganhilir. Penelitian dilakukan mulai tanggal 1 Februari 2011 hingga 30 April 2011.

B. Profil Perusahaan

PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)"


(58)

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan adalah untuk:

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Agar mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.

3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas

(LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.


(59)

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar. Sebagai bagian dari manajemen perubahan yang tengah digulirkan berkenaan dengan perubahan status hukum Pertamina menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perseroan, PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good

Corporate Governance atau Tata Kelola perusahaan yang baik sebagai

bagian dari usaha untuk visi dan misi perusahaan. Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini merupakan salah satu wujud komitmen tersebut dan menjabarkan Tata Nilai Unggulan PT Pertamina (Persero), yaitu Clean (Bersih), Competitive(Berdaya saing), Confident

(Percaya Diri), Customer Focused (Fokus pada Pelanggan), Commercial

(Komersial), dan Capable (Berkemampuan) ke dalam intrepetasi perilaku yang terkait dengan etika usaha dan tata perilaku.

Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk menjadi acuan perilaku bagi Komisaris, Direksi, dan Pekerja sebagai insan Pertamina dalam mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Code of Conduct ini terdiri atas 5 (lima) bagian, salah satunya pada bagian kedua terdapat Standar Etika Usaha. Standar Etika Usaha ini terdiri atas:


(60)

1. Etika Perusahaan dengan Pekerja

Pertamina memperlakukan pekerja secara aspek setara (fair) dan tidak membedakan suku, agama, dan ras dalam segala aspek. Pertamina menyadari bahwa pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, setiap pekerja dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitas kerja melalui hubungan yang dinamis, harmonis, selaras dan seimbang antara perusahaan dan pekerja. Dalam melaksanakan etika ini, perusahaan:

a) Mengacu kepada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam hal kesejahteraan pekerja, kompetisi yang sehat, penyediaan sarana dan prasarana kerja.

b) Melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) secara konsisten. c) Memastikan setiap pekerja telah memiliki buku Perjanjian Kerja

Sama (PKB).

d) Menyediakan penasehat hukum kepada pekerja dalam setiap tahapan proses hukum yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya di perusahaan yang bukan merupakan pengaduan perusahaan.

e) Melindungi hak pekerja untuk memilih atau tidak memilih menjadi anggota Serikat Pekerja.


(61)

f) Menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra perusahaan dengan mengikutsertakan Serikat Pekerja dan atau Federasi Serikat Pekerja dalam pengambilan keputusan terkait dengan hubungan industrial. 2. Etika Perusahaan dengan Konsumen

Pertamina mengutamakan kepuasan dan kepercayaan konsumen dengan:

a. Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. b. Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan

konsumen tanpa diskriminasi terhadap konsumen.

c. Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair, jujur, tidak menyesatkan serta diterima oleh norma-norma masyarakat.

3. Etika Perusahaan dengan Pesaing

Pertamina menempatkan pesaing sebagai pemacu peningkatan diri dan introspeksi dengan cara:

a. Melakukan market research dan market intelligent untuk mengetahui posisi pesaing.

b. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan produk dan layanan yang bermutu.

4. Etika Perusahaan dengan Penyedia Barang dan Jasa

Pertamina menciptakan iklim kompetisi yang adil (fair) dan transparan dalam pengadaan barang dan cara:


(62)

a. Menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan kepada kemampuan dan prestasi.

b. Melaksanakan pembayaran kepada penyedia barang dan jasa dengan tepat waktu dan tepat jumlah.

c. Menjatuhkan sanksi yang tegas terhadap penyedia barang dan jasa yang melakukan pelanggaran.

d. Memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan jasa termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan.

e. Memanfaatkan hubungan baik dengan penyedia barang dan jasa sebagai market intelligent dan competitor intelligent.

f. Menerapkan teknologi pengadaan barang dan jasa terkini (misalnya e-procurement).

5. Etika Perusahaan dengan Mitra Kerja

Pertamina meningkatkan iklim saling percaya, menghargai, dan memupuk kebersamaan dengan mitra kerja sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dengan cara:

a. Membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling menguntungkan dengan mitra kerja dan tidak melanggar aturan dan prosedur.

b. Mengutamakan pencapaian hasil optimal sesuai standar yang berlaku dan terbaik.

c. Membangun komunikasi secara intensif dengan mitra kerja untuk mencari solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja.


(63)

6. Etika Perusahaan dengan Kreditur/Investor

Pertamina menerima pinjaman/penanaman modal hanya ditujukan untuk kepentingan bisnis dan peningkatan nilai tambah perusahaan dengan cara:

a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon kreditur/investor.

b. Memilih kreditur/investor berdasarkan aspek kredibiltitas dan bonafiditas yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Menerima pinjaman/penanaman modal yang diikat melalui perjanjian yang sah dengan klausul perjanjian yang mengedepankan prinsip kewajaran (fairness).

d. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana untuk meningkatkan kepercayaan kreditur/investor.

e. Menjajaki peluang bisnis dengan kreditur untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

7. Etika Perusahaan dengan Pemerintah

Pertamina berkomitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cara:

a. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Pusat dan Daerah.

b. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan memperhatikan peraturan yang berlaku mengenai kualitas produk, kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan pelayanan.


(64)

8. Etika Perusahaan dengan Masyarakat

Pertamina melaksanakan program sosial dan kemasyarakatan untuk memberdayakan potensi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas serta dapat bersinergi dengan program-program Pemerintah terkait, dengan cara:

a. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan kemasyarakatan serta kebijakan-kebijakan yang relevan.

b. Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui kegiatan-kegiatan perusahaan dalam batas tertentu dan untuk mempromosikan produk setempat dalam acara-acara perusahaan. c. Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan perusahaan

kepada masyarakat.

d. Melarang pekerja memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar kewenangannya.

e. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada diskriminasi masyarakat berdasar suku, agama, ras, dan antar golongan.

9. Etika Perusahaan dengan Media Massa

Pertamina menjadikan media massa sebagai mitra dan alat promosi untuk membangun citra yang baik dengan:

a. Memberikan informasi yang relevan dan berimbang kepada media massa.


(65)

b. Menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun yang disampaikan melalui media massa, namun tetap memperhatikan aspek risiko dan biaya.

c. Mengundang media massa untuk mengekspos berita tentang perusahaan.

10.Etika Perusahaan dengan Organisasi Profesi

Pertamina menjalin kerjasama yang baik dan berkelanjutan dengan organisasi profesi untuk memperoleh informasi perkembangan bisnis, mendapatkan peluang bisnis dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan:

a. Menerapkan standar-standar yang ditetapkan organisasi profesi. b. Memberikan perlakuan yang setara terhadap organisasi profesi.

Sesuai dengan Etika Usaha dan Tata Perilaku yang telah diuraikan sebelumnya maka dasar penelitian ini pun dapat melihat dari standar Code

of Conduct tersebut. Code of Conduct ini pun harus sesuai dengan visi dan

misi perusahaan dan berikut merupakan visi dan misi dari PT Pertamina (Persero):

Visi:

“Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia”. Misi:

“Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara berintegrasi, berdasakan prinsip-prinsip komersial yang kuat”.


(1)

87 diakibatkan telatnya penyampaian peraturan baru sehingga terjadi kesalahan pencatatan serta pengakuan penjualan, pendapatan, dan biaya yang terkait. Selain itu adanya keterlambatan dalam pembuatan sales order yang dikarenakan telatnya informasi yang dibutuhkan oleh salah satu bagian di PT. Pertamina yang berfungsi untuk mengakui transaksi penjualan tersebut sehingga terjadi keterlambatan pengakuan penjualan, dan biaya-biaya yang terkait. Kemudian adanya kesalahan master data di dalam MY SAP sehingga menimbulkan kesalahan klasifikasi nama pelanggan. Pengawasan arus informasi dan komunikasi di bagian penjualan masih cukup lemah dikarenakan seringnya terjadi perbedaan jumlah saldo penjualan di beberapa transaksi, dimana jumlah cukup material dan tidak hanya terdapat di satu transaksi saja. Hal ini diakibatkan rekonsiliasi hanya pada bagian hutang piutang saja. Selain itu perlunya perbaikan sistem pencatatan penjualan serta pengawasan atas akun-akun yang terkait dengan penjualan juga invoicing.

3. Efektivitas laporan keuangan terutama terkait dengan siklus penjualan di PT. Pertamina kurang efektif, hal ini dikarenakan PT. Pertamina perlu adanya perbaikan terkait masalah COKLIT, yang menimbulkan perbedaan saldo yang cukup material. Sehingga lebih diperhatikan mengenai tata cara serta prosedur COKLIT dan pengawasan dari saldo penjualan sejak terjadinya penjualan hingga dilaksanakan COKLIT dan terjadinya pelunasan oleh pelanggan. Selain itu juga lambatnya pemberian informasi


(2)

88 mengenai TKO yang baru kepada pihak di lapangan sehingga menimbulkan salah catat dan pengakuan penjualan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, dapat kita ketahui bahwa penerapan informasi dan komunikasi di PT. Pertamina kurang berjalan efektif. Hal ini dibuktikan dari beberapa permasalahan terkait penjualan yang muncul di PT. Pertamina. Hal ini menyebabkan PT. Pertamina telat untuk mengakui penjualan, piutang, dan biaya-biaya yang terkait. Dari telatnya pengakuan ini akan berujung pada telatnya penagihan penjualan pada proses billing. Hal ini dapat menyebabkan penyajian laporan keuangan menjadi tidak efektif dimana penuh dengan informasi yang tidak relevan dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem di bagian penjualan serta meningkatkan pengawasan dalam pengendalian internal atas informasi dan komunikasi oleh compliance system. Sehingga dapat mengurangi kelemahan yang terdapat di saat proses transaksi hingga informasi tersebut diproses menjadi laporan keuangan.

Proses pencocokan dan penelitian (COKLIT) antara PT. Pertamina dengan entitas Pemerintah untuk mencocokan saldo penjualan di MY SAP apakah sesuai dengan saldo penjualan sebenarnya ternyata sering kali ditemukannya perbedaan yang jumlahnya cukup signifikan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi pihak PT. Pertamina. Oleh karena itu hendaknya hendaknya selain melakukan rekonsiliasi di saldo hutang piutang juga ke


(3)

89 saldo penjualan serta menelusuri dan juga meningkatkan pengawasan terhadap hasil dari penelusuran yang telah ditemukan.

Compliance system PT. Pertamina belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik dikarenakan organisasi ini baru terbentuk di lingkungan PT. Pertamina. Oleh karena itu, hendaknya bagian ini di manfaatkan secara maksimal untuk mengawasi arus informasi dan komunikasi sehingga dapat membantu dalam efektivitas pembuatan laporan keuangan.

C. Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti di bagian yang berbeda di PT. Pertamina. Serta mengganti atau menambah variabel informasi dan komunikasi dengan variabel lain yang berhubungan dengan sistem pengendalian internal terutama yang termasuk di dalam COSO frameworks.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa wawancara dari beberapa auditor eksternal responden penelitian agar bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.


(4)

90

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Auditing, Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Edisi 3. Jilid 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.2004 Amrizal. Pencegahan dan Pendeteksian Keurangan Oleh Internal Auditor.

Jakarta, 31 Agustus 2004.

Anonim. Penginvestigasian Audit Expectation Gap Pada Sektor Publik. Jurnal Akuntansi. 31 Agustus 2009

---. “Banyak BUMN Terjerat Masalah Keuangan”. Suara Merdeka. Diakses melalui: http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/02/eko02.htm, Pada tanggal 10 oktober 2010

---. “Ernst & Young Audit Investigasi Laporan Keuangan Pertamina”. Antaranews. Diakses melalui: http://www.antaranews. com/ print/1137053678, Pada tanggal 10 oktober 2010

---. “Laporan Keuangan BUMN Disorot”. Bataviase. Diakses melalui: http://bataviase.co.id/node/199769, Pada tanggal 10 oktober 2010

---. “Pemerintah Minta PLN Restrukturisasi Neraca Keuangan”. Koran Tempo. Diakses melalui: http://www.korantempo.com/news/2005/1/10/ Ekonomi%20dan%20Bisnis/18.html, Pada tanggal 10 oktober 2010

Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. Auditing & Assurance Services An Integrated Approach. 13th Edition. Prentice Education International. 2010

Boynton, William C, and Raymond N Johnson. Modern Auditing. Eighth edition. Wiley. 2006

Bodnar, George H., and William S. Hopwood. Accounting Information System. Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission: Internal

control - integrated framework (1994)

Ferdian, Riki & Ainun Na’im. “ Pengaruh Problem- Based Learning (PBL) pada Pengetahuan Tentang Kekeliruan & Kecurangan (Error & Irregularities)”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9. Padang, 23 -26 Agustus 2006.


(5)

91 Gemalia dan M. Achsin. Pemahaman Strukturisasi Atas Praktik Audit Investigatif Pada Kantor Perwakilan BPK-RI Di Surabaya : Studi Kasus Tindak Pidana Korupsi. Universitas Brawijaya-Malang. 2008

Glen D. Moyes, Ping Lin, Raymond M. Landry Jr, Handan Vicdan. Internal Auditors Perceptions Of The Effectiveness Of Red Flags To Detect Fraudulent Financial Reporting. Journal of accounting, ethics, and public policy. Volume 6, no 1 (2006).

Hall, James A., Accounting Information Systems. Sixth Edition, South-Western College Publishing, 2009

Helmijaya, Herda. Advance Topic On Fraud. Makalah seminar audit fraud. Tidak dipublikasikan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 24 November 2009. Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba

Empat. Jakarta. 2009

---, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat. Jakarta. 2001.

K.Klamm, Bonnie, Marcia Weidenmeir Watson. SOX 404 Reported Internal Control Weakness: A Test of COSO Framework Components and Information Technology.Journal of Information System. Vol 23, No.2, Fall 2009

Koroy, Tri Ramaraya. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 10 No 1. STIE Nasional Banjarmasin. Indonesia. Mei 2008. 22-23.

Louwers, Ramsay, Sinason, and Strawser. Auditing & Assurance Services. Third Edition. McGraw-Hill Internasional Edition. 2008

Muh. Arief Effendi. Tanggung Jawab Akuntan Publik Dalam Pencegahan Dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi UniversitasvTrisakti Jakarta. Diakses diblog Muh Arief Effendi pada 28 Maret 2008.

Mohammad, H. Iqbal. Peran dan TanggungJawab Internal Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. Percikan Ikatan Keluarga Besar universitas Jambi. Volume 43, hlmn 55-62. 2003.

Morris, John J. “The Impact of Enterprise Resource Planning (ERP) Systems on the Effectiveness of Internal Controls over Financial Reporting”, Journal Of Information Systems, Vol. 25 No. 1, pp. 129-157, American Accounting Association, 2011.


(6)

92 Murtanto, Edi Maulana. Pengaruh Independensi, Integritas dan Kompetensi Terhadap Efektivitas Peranan Komite Audit. Konferensi Nasional Akuntansi : Peran Akuntansi dalam Membangun Good Corporate Governanve

Rahmawati, Eka Putri . “Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan Dalam Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara“. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 25 juni 2008.

Romney, Marshall B. Accounting Information System. Pearson Education Internasional. New Jersey. 2009.

Rezaee, Zabihollah. Financial Statement Fraud : Prevention and Detection. John Wiley & Sons. August 2002

Rezaee, Zabihollah. “What the COSO report means for internal auditors”, Managerial Auditing Journal, Vol. 10 No. 6, pp. 5-9, MCB University Press Limited, 1995.

Tuanakotta, Theodorus M.. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.

Widayanti Dan Subekti. Analisis Keahlian Auditor BPK-RI Menuju Pelaksanaan Fraud Auditing. Tema. Volume II, No.2, hlm 97-115. 2001.

Widiastono, Nuur. Akuntansi Forensik Dan Peran BPK. Artikel. Diakses diblog pribadi Angkringan Mas Wiwied di kampung blog.com pada tanggal 19 November 2008.

Wilopo. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9. Padang, 23 – 26 Agustus 2006