Keriteria wali WALI ADHAL DALAM FIQH MADZHAB

dilangsungkanya perkawinan. pencegahan inilah yang oleh Fiqih sebagai pencegahan yang tidak beralasan tidak ada sebab syar’i dan ini pula yang di kenal sebagai wali ‘adhal dalam perkawinan. adapun untuk memudahkan dalam mendeteksi wali ‘adhal ini, maka di susunlah kriterianya.

C. Keriteria wali

‘adhal Para ulama sepakat, bahwa untuk kriteria wali ‘adhal setidaknnya ada dua syarat yang dapat di penuhinya, di antaranya adalah : lelaki yang melamarnya adalah sekufu sejodoh, dan sanggup membayar mahar mitsil. Mengenai kesepakatan ulama di atas, pernah di ungkapkan oleh ibnu rusydi di dalam kitabnya “bidayatul mujtahid”dalam keterangan: Para ulama sepakat bahwa tidak di benarkan bagi wali untuk mencegah anak perempuannya dari kawin takkala ia berhadapan dengan pasangan yang sejodoh berikut dengan mahar mitsilnya.Ibnu Rusydi 9 Begitu juga sayyid sabiq dalam “Fiqhus Sunnahn” juga memberi keterangan senada: Di kalangan ulama telah ada sepakat bahwa sesungguhnya tidak ada hak bagi wali untuk menghalangi maulanya, apalagi melarangnya untuk 9 Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid, Semarang: Asyafi’iyah, 1990 Cet ke-1 melangsugkan perkawinan, manakala ada yang menghendaki laki-laki yang sejodoh dengannya dan dengan membayar mahar mitsil. 10 Dari dua keterangan di atas walaupun secara tidak langsung mengenai kriteria wali ‘adhal akan tetapi keterangan tersebut mengandung pengertian, bahwa seorang wali akan di nyatakan sebagai wali ‘adhal, manakala pencegahanpelarangnya terhadap perempuan yang di bawah perwaliannya itu telah memenuhi dua syarat di atas,yaitu pasanganlaki-laki yang mengawininya telah sejodoh, serta membayar mahar mitsil. Demikian penjelasan ulama perihal kriteria wali ‘adhal yang bila di simpulkan akan terkumpul empat syarat yaitu: 1. laki-laki yang akan mengawini telah sejodoh dengan perempuan yang akan di kawini 2. Dengan membayar mahar mitsil 3. adanya keinginankehendakdari maula utuk kawin 4. telah saling mencintai saling rela antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut di atas maka jika seorang wali menolak untuk mengawinkan orang yang di bawah perwaliannya maka wali 10 Sayiq Sabiq, Fiqh Sunah Alih Bahasa: Muhammad Thalib. Bandung: PT. Alma’arif , 1997, cet ke-13 jilid 7, h.121 tersebut dinamakan wali ‘adhal,dan hak perwaliannya berpindah kepada orang lain.

BAB IV PERSPEKTIF EMPAT IMAM MADZHAB TENTANG WALI ‘ADHAL