tidak boleh bila pembatalan pinangan dilakukan tanpa alasan yang tidak sesuai dan tidak dibenarkan oleh syara, karena akan mengecewakan salah satu pihak.
18
1. Syarat-syarat Khitbah peminangan
Ada dua syarat meminang, yaitu
19
: a.
Syarat Muhtasinah. Yang dimaksud syarat muhtasinah adalah syarat yang berupa anjuran kepada seorang laki-laki yang akan meminang seorang
wanita agar ia meneliti terlebih dahulu wanita yang akan dipinangnya tersebut, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup berumah tangga
kelak. Yang termasuk ke dalam syarat muhtasinah adalah: 1
Wanita yang akan dipinang itu hendaklah sejodoh sekufu dengan laki-laki yang meminangnya.
2 Wanita yang mempunyai sifat kasih sayang dan wanita yang peranak.
3 Wanita yang jauh hubungan darah dengan laki-laki yang akan
meminangnya. 4
Hendaklah mengetahui keadaan-keadaan jasmaninya, budi pekertinya dan sebagainya dari wanita yang akan dipinangnya dan sebaliknya,
yang dipinangn sendiri harus mengetahui lelaki yang dipinangnya.
20
18
Subki Djunaedi, Pedoman Mencaridan Memilih Jodoh, bandung:CV. Sinar baru, 1992, h.118.
19
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: PT. Bulan Bintang 1993, cet, III, h. 33.
20
Ibid,.hal 31
5 Misi advokasi, jika dalam poin satu disebutkan syarat setara sekufu
yang menitik beratkan pada kesamaan seperti starata, pendidikan, agama, dan tidak menutup kemungkinan pada masalah-masalah fisik,
maka dalam misi advokasi berlaku kebalikan. Orang yang berharta dianjurkan
untuk menikahai
orang miskin,
karena untuk
membantunya. Yang berpendidikan dianjurkan untuk menikahi orang yang kurang berpendidikan dengan tujuan untuk mendidiknya. Bagi
yang beragama Islam dianjurkan untuk menikahi non muslim dengan tujuan untuk mengislamkanya. Bagi yang berpangkat di anjurkan
untuk menikahi dengan kaum sudera, dengan alasan untuk menghilangkan sekat-sekat strata. Inilah yang di contohkan oleh Nabi
Muhammad SAW, dengan menikahi para janda
21
. b.
Syarat Lazimah. Yang dimaksud dengan syarat lazimah adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum peminangan dilakukan. Yang termasuk
kedalam syarat ini adalah 1
Wanita yang akan dinikahi tidak sedang ada dalam pinangan orang lain. Namun laki-laki yang meminangnya telah melepaskan hak
pinangannya, Berdasarkan hadits:
21
Thariq Ismail Kakhiya, Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: C. V. Yasa Guna, 1987, h. 62.
22
Artinya : “Dari Umar r.a. Berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW.
bersabda: Janganlah seorang laki-laki meminang pinangan saudaranya, hingga peminang sebelumnya meninggalkannya
atau
mengizinkann ya melakukan pinangan”. HR.
Bukhari. Disebutkan pula dalam Hadits lain:
23
Artinya : “Dari Abdurrahmann Bin Syumasah, bahwa dia telah mendengar
Uqbah bin Amir r.a. berkata dia atas mimbar, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, „Seorang mukmin tidak boleh membeli
sesuatu yang masih dalam penawaran saudaranya, juga tidak boleh melamar perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya
kecuali jika ia telah meninggalkannya atau melepasnya”. HR. Muslim.
Dari dua buah hadits di atas jelas menunjukan kepada adanya larangan bagi seorang laki-laki muslim untuk meminang wanita yang secara resmi telah
dipinang oleh laki-laki lain. Adapun hikmah larangan meminang perempuan yang telah dipinang yang dengan jelas menerima pinangan tersebut. Karena
22
ِِAbii Abdillah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, juz-3, h. 251.
23
Hafidz Dzakiyu ad- Diin Abdul Mu’aziim al-Mundziriy, Mukhtasar Shahih Muslim,cet. 1,
h.407.
perbuatan tersebut merusak hati dan memberi kemudharatan kepada peminang pertama, sedangkan merusak perasaan seseorang itu hukumnya adalah haram.
Di antara ada yang merasa perlu untuk memberi pengajaran bagi pelaku perbuatan ini dengan suatu hukuman
ta’zir. Hukuman itu ditetapkan oleh sang Imam atau putusan qadhi hakim seperti membayar denda,
hukuman dera atau mempermalukannya, hukuman ini ditetapkan karena orang tersebut telah melakukan perbuatan maksiat.
Jumhur Ulama berpendapat jika seseorang meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain dan wanita tersebut menerimanya, lalu
melangsungkan akad nikah dengan peminang yang terahir, maka pernikahannya dianggap sah dan tidak boleh dibatalkan
24
. Karena peminangan tidak ada sangkut pautnya dengan akad nikah dan peminangan bukan
termasuk salah satu rukun dan bukan pula termasuk dalam syarat sah pernikahan.
Sementara sebagian ulama berpendapat, apabila terjadi akad nikah dengan wanita yang berada dalam pinangan orang lain, maka pernikahan
tersebut dibatalkan, alasannya adalah karena larangan meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain hukumnya adalah haram
25
24
Abd. Nashir Taufiq Al-Athar, h. 79-81.
25
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, Semarang: CV. Asy Syifa, 1990, h. 2-3.
Tetapi alasan dapat dibantah, karena larangan untuk meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain, hanya sebatas pada pinangan, tidak
termasuk haran untuk menikah. Dengan demikian, larangan untuk meminang wanita yang berada
dalam pinangan orang lain adalah larangan yang menitik beratkan pada adab- adab Islam dan tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan
26
. Alasan yang membolehkan bagi seseorang untuk meminang wanita
yang berada dalam pinangan orang lain adalah ketidak tahuan terhadap pinangan terlebih dahulu atau dia mengetahui pinangan namun tidak tahu
bahwa pinangan itu diterima. Namun sebaiknya jika seseorang laki-laki ingin meminang seorang wanita terlebih dahulu menyelidiki status wanita tersebut.
Jumhur Ulama berpendapat, bahwa meminang wanita yang telah dipinang orang lain hukumnya haram berkata Al-Khatibi, bahwa larangan
disini adalah adab sopan santun bukan larangan haram
27
. Menurut Imam Syafi’I dan Imam Hanbali, bahwa meminang itu haram jika telah diterima
pinangaan yang pertama oleh pihak wanita. Tetapi apabila pinangan ditolak, maka tidaklah haram meminangnya.
Menurut Jumhur Ulama termasuk Imam Syafi’i dan Imam Malik, bahwa meminang wanita yang dipinang oleh laki-laki yang meminang
pertama itu bukan orang Islam, maka haram juga orang Islam meminangnya,
26
Abd. Nashir Taufiq Al-Athar, h. 81.
27
Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulus as-Salaam, Surabaya: al-Ikhlas. 1995, jilid III, h. 412
karena menjaga pergaulan dan hubungan baik sesama warga Negara meskipun berlainan agama
28
. Menurut Amir Husain dalam kitabnya as-Syifa sesungguhnya boleh
meminang wanita sholehah yang dipinang oleh orang fasik
29
. Pendapat demikian dikutip juga dari Ibnu Qasim, sahabat Malik dan diperkuat oleh Ibnu
Arabi dan pendapat itu lebih dekat kepada kebenaran, apabila wanita yang dipinang itu adalah wanita suci lagi sholehah dengan demikian orang fasik itu
jelas tidak sekufu dengan wanita suci lagi sholehah itu. 2
Wanita yang tidak dalam masa iddah. Haram hukumnya meminang seorang wanita yang dalam masa talak
raj’i. Apabila wanita yang dalam masa iddah raj’i yang lebih berhak mengawininya kembali adalah bekas suaminya.
Kaitannya dengan hukum haram lamaran atau pinangan, dibagi menjadi tiga
30
: a
Boleh dilamar atau dipinang wanita yang dicerai dan wanita belum disetubuhi, sebab wanita tersebut sama sekali tidak masuk dalam hitungan
iddah menurut kesepakatan para Ulama, yang didasarkan kepada firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab 33: 49.
28
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: tp, 1995, h. 11-12.
29
Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulus as-Salaam,., h.413.
30
Ahmad Sudirman Abaas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antara Mazhab, hal. 112.
33 49
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-
sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah dan
lepaskanlah
mereka itu
dengan cara
yang sebaik-
baiknya ”.QS. Al-Ahzab 33: 49.
b Wanita yang tidak boleh dilamar atau dipinang baik isyarat maupun secara
terang-terangan, yaitu wanita yang ditalak raj’i, karena masih dalam
hukum wanita yang diperistri. c
Wanita yang boleh dilamar atau dipinang dengan isyarat, tapi tidak boleh terang-terangan, yaitu wanita pada masa iddah karena suaminya
meninggal dunia
31
. d
Wanita yang dilamar atau dipinang itu tidak berada dalam ikatan pernikahan dengan laki-laki lain
32
. Contoh dari ucapan terang-terangan dan sindiran dalam pinangan seperti, bahasa terus terang yaitu : “Bila
kamu dicerai oleh suamimu saya akan mengawini kamu”, atau dengan
31
Butsainan as-Sayyid al-Iraqy, Rahasia Pernikahan yang Bahagia, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, h.54-55.
32
Muhammad Ali as-Shabuni, Pernikahan Dini, Kairo: Pustaka an-Naba, 2002, h. 57.
bahasa sindiran seperti “Jangan khawatir dicerai suamimu, saya akan melindungimu”.
Dalam hukum Islam, ada wanita-wanita yang boleh dinikahkan dan ada pula yang tidak boleh di nikahkan. Wanita yang tidak boleh dinikahkan
tentu jelas tidak boleh dipinang. Wanita yang boleh di nikahkan tentu jelas wanita tersebut boleh dipinang.
2. Etika meminang khitbah