Adapula yang mengartikan walimah dengan pesta, perayaan, upacara, jamuan atau kenduri yang dimaksudkan untuk melahirkan kegembiraan dan
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada dirinya.
41
Yang terpenting dari adanya walimah adalah pengumuman atas telah berlangsungnya sebuah perkawinan dan mengumpulkan kaum kerabat serta
teman-temannya. Sekaligus untuk memasukan kegembiraan dan kebahagiaan ke dalam jiwa mereka
42
.
1. Hukum dan Waktu Pelaksanaan Walimah
Adapun hukum walimah, yaitu walimah al-urus pesta perkawinan dengan mengundang orang-orang, hukumnya sunnah muakkad. Sunnah
mengadakan perjamuan pernikahan yang dapat menenangkan jiwanya dan sebatas yang dimampukan orang setara dengannya. Jika ia mampu
menyembelih hewan bagi mereka, maka disunnahkan tidak kurang dari seekor kambing, karena itulah batas minimal yang diminta bagi yang mampu,
bedasarkan sabda Rasulullah SAW kepada Abdurrahman bin „Auf :
43
41
M. Abdul Majid, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta, PT. Pustaka Firdaus, 1994, cet. Ke-14 h. 417.
42
Mahmud Mahdi al-Istanbuli, kado perkawinan, Alih Bahasa: Ibnu Ibrahim, Jakarta, Pustaka Azzam 2000, cet ke-4 h. 467.
43
Abii Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhai,r h. 412
Artinya : “Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW bersabda:
Rayakanlah walimah sekalipun dengan memotong seekor kambing”.
HR. Bukhari. Sedangkan apabila tidak mampu, maka cukup dengan apa yang ia
mampukan. Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan:
44
Artinya: “Bahwa Nabi SAW pernah merayakan pernikahan dengan salah
se orang istrinya dengan dua mudd gandum”HR. Bukhari.
Syafi’iyah berpendapat bahwa, disunahkan membuat makanan dan mengundang orang setiap kali mendapat kebahagiaan atau kesenangan, baik
berupa perkawinan walimah al-Urus, sunatan khitan atau datang dari berpergiaan jauh dan lain sebagainya. Akan tetapi pesta dalam acara jamuan
pernikahan tentu lebih besar. Mengadakan perjamuaan ketika dating dari perjalanan itu disunnahkan hanyalah bila perjalanan itu memakan waktu yang
lama secara „urf’ ke daerah-daerah yang jauh. Sedangkan apabila perjalanan itu singkat atau ke daerah-daerah yang dekat, maka tidak disunnahkan
mengadakan perjamuan. Sedangkan wadhimah jamuan ketika ada kematian , maka disunnahkan dari tetangga mayit.
Malikiyah berpendapat bahwa walimah pesta perkawinan hukumnya mandub, bukan wajib dan bukan pula sunnah bedasarkan pendapat yang
shahih, mandub hanyalah pesta pernikahan walimah al- „urus. Sedangkan
44
Al Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, h.533
selain pesta pernikahan, seperti jamuan khitan, hukumnya boleh, bukan wajib dan tidak juga mustahab.
Hanafiyah mereka berpendapat bahwa yang sunnah hanyalah pesta pernikahan walimah al-urus. Yakni ketika seorang laki-laki hendak
menggauli istrinya maka di sunnahkan mengundang sanak keluarga, tetangga dan teman-temannya dengan menyediakan makanan serta menyembelih
hewan untuk mereka. Sedangkan undangan pesta selain pernikahan, seperti undangan pesta khitanan dan lain sebagainya itu boleh selama tidak
mengandung sesuatu yang dilarang agama. Hanabilah berpendapat bahwa yang sunnah hanyalah undangan
jamuan perkawinan saja. Sedangkan macam-macam undangan lainya yang telah disebutkan tadi, hukumnya boleh selain undangan jamuan kematian,
maka yang demikian itu makruh.
2. Menghadiri Undangan Walimah