selain pesta pernikahan, seperti jamuan khitan, hukumnya boleh, bukan wajib dan tidak juga mustahab.
Hanafiyah mereka berpendapat bahwa yang sunnah hanyalah pesta pernikahan walimah al-urus. Yakni ketika seorang laki-laki hendak
menggauli istrinya maka di sunnahkan mengundang sanak keluarga, tetangga dan teman-temannya dengan menyediakan makanan serta menyembelih
hewan untuk mereka. Sedangkan undangan pesta selain pernikahan, seperti undangan pesta khitanan dan lain sebagainya itu boleh selama tidak
mengandung sesuatu yang dilarang agama. Hanabilah berpendapat bahwa yang sunnah hanyalah undangan
jamuan perkawinan saja. Sedangkan macam-macam undangan lainya yang telah disebutkan tadi, hukumnya boleh selain undangan jamuan kematian,
maka yang demikian itu makruh.
2. Menghadiri Undangan Walimah
Menghadiri undangan walimah, yaitu perjamuan pernikahan secara khusus, adalah fardu. Maka bagi yang diundang menghadiri undangan selain
walimah , yaitu seperti perjamuan-perjamuan khitan, perjamuan ketika datang dari bepergian jauh dan lain sebaginya hukumnya sunnah. Menghadiri
walimah hukumnya wajib atau sunnah hanyalah dengan beberapa syarat
45
:
45
Abdurrahman al-jaziri, Fiqih Empat Mazhab, jilid 5, h. 209-215.
Malikiyah berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan walimah adalah wajib dengan alasan sebagai berikut :
a. Yang diundang itu tertuju secra eksplisit langsung atau inplisit tidak
langsung . Contoh pertama, yaitu orang yang punya hajat shahib al- walimah mengundang orang tersebut secara langsung maupun lewat
utusannya sekalipun utusan itu masih anak-anak. b.
Walimah itu tidak mengandung sesuatu yang munkar dalam pandangan syari’at, misalnya memakai permadani sutera, menggunakan tempat
makan dan minuman dari emas atau perak, ataun terdapat sesuatu yang haram didengar seperti nyanyian yang mengandung hal-hal yang tidak di
bolehkan oleh syari’at. c.
Di tempat walimah itu tidak dipajang patung manusia atau hewan Syafi’iyah berpendapat, syarat wajib menghadiri undangan walimah
al-nikah dan syarat sunnah menghadiri undangan lainnya, antara lain
46
: a.
Yang mengundang tadi tidak mengkhususkan undangan untuk orang- orang kaya saja, tetapi termasuk juga orang-orang miskin.
b. Undangan tersebut pada hari pertama dari hari-hari walimah. Jika
dirayakan selama tiga hari atau lebih, misalnya sampai tujuh hari, maka yang wajib hanyalah yang pertama.
46
Abdurrahman al-jaziri, Fiqih Empat Mazhab, , h215
c. Yang mengundang itu seorang muslim . jika ia kafir, maka menghadiri
undanganya hukumnya tidak wajib. Akan tetapi jika ia kafir dzimmi sunnah untuk menghadiri.
d. Yang mengundang itu mempunyai hak penuh dalam membelanjakan
hartanya. Jika yang mengundang tadi belum cukup usia, maka menghadiri undangan tersebut haram, tetapi jika yang mengundang itu walinya dari
harta sendiri, maka menghadririnya wajib. e.
Yang mengundang memutuskan sendiri orang yang akan diundangnya tau lewat utusannya.
f. Ia mengundang bukan karena takut kepadanya karena pangkat atu
kedudukan seseorang. g.
Yang mengundang bukan orang fasik, jahat dan sombong. h.
Sebagian banyak dari hartanya yang mengundang itu tidak haram. Jika demikian, maka menghadiri undangannya makruh. Jika ia tahu bahwa
makanan yang dihidangkan itu dari harta haram, maka haram memakannya, karena harta yang di dapat dari hasil yang haram maka
haram untuk dimakan. Hanafiyah mereka berpendapat bahwa menghadiri undangan tidak
sunnah kecuali dengan beberapa syarat
47
: a.
Yang mengundang bukan orang yang suka berbuat kefasikan kemaksiatan dengan terang-terangan. Maka menghadiri undangan orang
47
ibid
fasik dan zalaim tidak sunnah, karena memang selayaknya kita menjaga diri untuk tidak makan-makanan orang zalim.
b. Hendaklah sebagian besar dari hartanya itu tidak haram. Jika diketahui
demikian, maka tidak wajib menghadiri undangannya, dan ia tidak boleh makan sebelum yang mengundang tadi memberi tahu bahwa harta yang
digunakan untuk membuat makanan itu halal yang diperoleh dari harta waris dan sebagainya. Jika sebagian besar harta itu halal, maka tidak apap-
apa menghadirinya. c.
Walimah itu tidak mengandung kemaksiatan, seperti khamar dan lain sebgainya.
Barangsiapa memndapat
undangan walimah,
tidak disunnahkan hadir bila tahu bahwa walimah itu mengundang kemaksiatan,
jika tidak tahu, maka tuntutan menghadiri walimah itu tidak gugur. Bila ia hadir dan tahu lalu mendapatkan kemaksiatan seperti minum khamar dan
memajang patung, maka jika berada di tempat hidangan, ia tidak boleh duduk bahkan wajib keluar.
d. Yang diundang tidak mempunyai uzur yang bersifat syar’i, seperti sakit
dan lain sebagainya. e.
Yang mengundang menujukan secara langsung atau tidak langsung orang yang di undangnya.
f. Undangan walimah itu pada waktunya yang disyari’atkan.
Hanabilah mereka
berpendapa, untuk
menghadiri undangan
disyaratkan sebagai berikut :
a. Undangan itu tertuju langsung eksplisit kepada dirinya. Jika ia diundang
secar tidak langsung implisit bersama orang-orang. Misalnya orang yang mengundang tadi mengumumkan kepada orang lain untuk menyampaikan
undangannya. b.
Yang mengudang itu muslim maka haram ditinggalkan. Jika yang mengundang seorang zimmi orang bukan islam yang berada di bawah
lindungan pemerintah islam, maka menghadiri undangan tersebut hukumnya makruh. Demikian juga apabila yang mengundang orang zalim,
fasik, ahli bid’ah atau mengundang karena kesombongan, maka menghadiri undangan tersebut tidak wajib, bahkan makruh.
c. Mata pencarian orang yang mengundang itu bersih. Jika seluruh mata
pencariannya kotor, maka tidak wajib menghadiri undangannya, bahkan haram.
d. Orang yang diundang mampu menghadiri undangan tersebut. Jika sakit
atau dapat menyebabkan orang lain sakit, atau sedang sibuk menjaga hartanya sendiri atau harta orang lain, atau ketika cuacanya yang tidak
menentu. e.
Walimah itu tidak mengandung sesuatu yang munkar, misalnya ada kelakar atau pembicaraan dusta, atau disana terdapat wanita-wanita
pelacur yang dengan tanpa malu berdansa dan menari dan lain sebagainya, atau dalam acara tersebut adanya minuman yang memabukan khamer,
atau terdapat bejana dari emas dan perak.
f. Diundang pada hari pertama. Jika di undang pada hari kedua, maka tidak
wajib hadir, melainkan sunnah, jika diundang pada hari ketiga maka hukumnya makruh.
Dapat disimpulkan bahwa menghadiri walimah al-nikah terdapat beberapa ketentuan bedasarkan pendapat dari imam mazhab di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut : a.
Yang mengundang bukan orang yang jelas-jelas fasik atau dzalim atau ia mempunyai tujuan tertentu yang tidak baik, seperti membanggakan
dirinya sendiri dan kesombongan, atau untuk mempengaruhi yang diundang agar dapat memberikan dukungannya dalam kemaksiatan,
seperti undangan seorang hakim agar orang tersebut menjadi di lancarkan dalam urusan keputusannya.
b. Yang diundang tidak berhalangan karena berhalangan suatu alasan yang
bersifat syar’i yang membolehkannya mengundurkan diri dari para undangan, seperti sakit dan lain sebagainya. Jika mengundangnya melalui
utusan maka undangan tersebut itu tidak wajib tetapi sunnah. c.
Dalam acara walimah tersebut tidak mengandung sesuatu yang diharamkan atau di makruhkan.
C. Biaya Pernikahan