Etika meminang khitbah Khitbah peminangan.

bahasa sindiran seperti “Jangan khawatir dicerai suamimu, saya akan melindungimu”. Dalam hukum Islam, ada wanita-wanita yang boleh dinikahkan dan ada pula yang tidak boleh di nikahkan. Wanita yang tidak boleh dinikahkan tentu jelas tidak boleh dipinang. Wanita yang boleh di nikahkan tentu jelas wanita tersebut boleh dipinang.

2. Etika meminang khitbah

Membicarakan etika peminangan tidak dapat dipisahkan dengan syaratnya. Kerena dilihat dari arti etika peminangan itu sendiri adalah tata cara atau sopan santun di dalam peminangan antara peminang dengan yang dipinang atau walinya yang dipinang, tentu merupakan rangkaian yang bersamaan dengan syaratnya. Seorang laki-laki yang akan meminang seorang wanita dianjurkan meneliti terlebih dahulu wanita yang akan dipinangnya itu, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup berumah tangga yang bahagia dan sejahtera. Hal ini termasuk kedalam syarat mustahsinah 33 , yaitu: a. Wanita yang akan dipinang tidak sedang ada dalam pinangan orang lain, ataupun dalam pinangan orang lain namun laki-laki yang meminangnya telah melepaskan hak pinangannya. Bedasarkan Hadits: 33 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, h.32-33. 34 Artinya : “Dari Umar RA. Berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: janganlah seorang laki-laki meminang pinangan saudaranya, hingga peminang sebelumnya meninggalkannya atau mengizinkannya melakukan pinangan” HR. Bukhari. Disebutkan pula dalam hadits lain : 35 Artinya : “Dari Abdurrahman bin Syumasah, bahwa dia telah mendengar Uqbah bin Amir RA berkata di atas mimbar, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, „Seorang mukmin itu saudara mukmin yang lain. Oleh karena itu seorang mukmin tidak boleh membeli sesuatu yang masih dalam penawaran saudaranya, juga tidak boleh melamar perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya k ecuali jika ia telah meninggalkannya”. HR. Bukhari. Dari dua buah hadits di atas jelas menunjukan kepada adanya larangan bagi seorang laki-laki muslim untuk meminang wanita yng secara resmi telah dipinang oleh laki-laki lain. Di antaranya ada yang merasa perlu untuk memberi pengajaran bgi pelaku perbuatan ini dengan suatu hukuman ta’zir. Hukuman itu ditetapkan oleh sang imam atau putusan hakim qadhi seperti membayar denda, hukuman dera atau mempermalukannya, hukuman ini ditetapkan karena orang tersebut telah melakukan perbuatan maksiat. 34 ِAbu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, h.251., 35 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhai,r h. 407 Sementara sebagian ulama berpendapat, jika terjadi akad nikah dengan wanita dengan wanita yang berada dalam pinangan orang lain, maka pernikahan tersebut di batalkan, alasannya adalah karena larangan meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain adalah haram hukumnya. Tetapi alasan dapat dibantah, karena larangan untuk meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain, hanya sebatas pada pinangan, tidak termasuk haram untuk menikah. Dengan demikian, larangan untuk meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain adalah larangan yang menitik beratkan pada adab- adab Islam dan tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan. Alasan yang membolehkan bagi seseorang untuk meminang wanita yang berada dalam pinangan orang lain adalah ketidak tahuan terhadap pinangan terlebih dahulu atu dia mengetahui pinangan namun tidak tahu bahwa pinangan itu diterima. Namun sebaliknya jika seorang laki-laki ingin meminang seorang wanita terlebih dahulu menyelidiki status wanita tersebut. b. Wanita yang sedang dalam sedang masa iddah, kaitannya dengan hukum haram lamaran atau pinangan sampai habis masa iddahnya. 36 c. Wanita yang dilamar atau dipinang tersebut tidak berada dalam ikatan pernikahan dengan laki-laki lain 37 . 36 Butsainan as-Sayyid al-Iraqy, Rahasia Pernikahan yang Bahagia, h. 54-55. 37 Muhammad Ali As-Shubuni, Pernikahan Dini, h.57. d. Wanita yang berlainan Agama musyrikah sebagai mana firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Baqarah ; 2: 221.                             2 221 Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. QS. Al- baqarah : 221 e. Wanita yang sedang berihram dalam ibadah haji atau umrah. Dilarang melakukan aqad nikah dan melakukan lamaran. Dalam hukum Islam, ada wanita-wanita yang boleh dinikahkan dan ada pula yang tidak boleh dinikahkan. Wanita yang tidak boleh dinikahkan tentu jelas tidak boleh dilamar atau dipinang, wanita yang boleh dinikahkan tentu jelas boleh dipinang.

3. Tujuan meminang khitbah